Ketika suasana bermain bersama terasa membosankan, tiba-tiba Shafwan berlari, kadang sambil berdiri di atas kursi atau di atas kasur, lalu iseng menggoda Adiknya yang masih konsentrasi mainan di lantai. Teriak - teriak asal ngomong "Ziyad dhang-dhu-dha... Ziyad dhang-dhu-dha.."
"Bukan Ziyad dhang-dhu-dhaa.." Ziyad yang terusik ga mau kalah, membalas teriak.
"Ziyad dhang-dhu-dha.. Ziyad dhang-dhu-dha.." masih belum puas menggoda.
Ziyad mulai marah, berdiri, lalu mengambil mainan siap untuk melempar Shafwan "Bukaan Ziyaad dhang-dhu-dhaaaaa.."
Beberapa detik kemudian apa yang akan terjadi sudah bisa diprediksi. Dua anak itu mulai berkelahi. Shafwan berlari, Ziyad mengejar. Teriakan olok-olok dan teriakan pembelaan terus berlanjutan. Satunya berlari sekuat mungkin menghindar sambil tertawa puas, satunya lagi mengejar dengan tangan membawa mainan untuk dipukulkan dan sambil nangis. Akhir dari kejar-kejaran itu jika salah satu dari mereka sudah mulai merasa ga aman.
"Ummi.... Ummi... Tolongin Mas..." Teriakan Ziyad dhang-dhu-dha sudah tidak lagi terdengar lagi berganti suara Shafwan yang mencari Ummi untuk perlindungan karena posisinya sudah mulai terancam. Mulai kelahan berlari sementara Ziyad masih semangat mengejarnya dan siap memukul.
Aku yang sedari tadi sebenarnya memperhatikan ulah mereka mulai turun tangan. Menangkap keduanya dalam tangan kiri dan kanan. Shafwan berdiri bersembunyi di belakang Ummi, Ziyad yang masih dengan tangisan amarah berontak tetap berusaha memukul Kakaknya. Susah payah aku menenangkannya dalam pelukan.
"Adek.. Mas.. Sudah berkelahinya. Ayo damai. Sayang - sayangan" Aku mulai menengahi.
"NGGAK MAUU......" teriak Ziyad yang masih terus menangis.
"Emang kenapa sih...? Adek, Mas, ayo jelaskan sama Ummi."
"Mas nakalin Adek... Ngomong Ziyad dhang-dhu-dha - Ziyad dhang-dhu-dha gitu.." Ziyad menjelaskan dengan tangisnya yang sudah mulai mereda.
"Sudah biarin aja, Dek.. Cuekin aja kalau Mas godain Adek. Nggak usah marah" Kataku sembari menenangkan Ziyad.
"Mas nggak boleh ngomong-ngomong Ziyad dhang-dhu-dha.... " Ziyad membela dirinya sambil terisak-isak.
"Emang yang bener Ziyad apa sih? Coba Adek ngomong, biar di dengar sama Mas.." pintaku.
"ZIYAD GANTENG! Gitu.."
Aku tersenyum mendengar itu. Kemudian berkata "Mas, ayo minta maaf sama Adek. Adek ga mau Mas ngomong - ngomong Ziyad dhang-dhu-dha lagi, bolehnya Ziyad ganteng! Ayo minta maaf! Dan nggak boleh diulangi lagi ya?"
Aku tersenyum mendengar itu. Kemudian berkata "Mas, ayo minta maaf sama Adek. Adek ga mau Mas ngomong - ngomong Ziyad dhang-dhu-dha lagi, bolehnya Ziyad ganteng! Ayo minta maaf! Dan nggak boleh diulangi lagi ya?"
"Iyaa... Adek, Mas minta maaf ya..." Shafwan mengulurkan tangannya untuk salaman.
Perkelahian hari ini berakhir dengan permintaan maaf dari Shafwan dan pelukan antar keduanya. Kemudian mereka bermain-main bersama lagi. Tertawa bersama seperti baru saja tidak terjadi apa-apa antara mereka. Akrab seperti biasanya.
Beberapa jam kemudian tiba-tiba terdengar lagi suara gaduh dari tempat mereka bermain.
Shafwan : "Ini mobilan Mas!"
Ziyad : "Adek mau yang itu!"
Shafwan : "Nggak boleh... Adek mobil spot yang itu aja. Ini yang Felali melah punya Mas.."
Ziyad : "NGGAK MAUU.... ADEK MAU YANG ITU..."
"Deek, kalau mau pinjam mainan punya Mas, ngomongnya yang baik dong.. Coba Adek ngomongnya gini : Pinjam Maas.. Pasti dikasihkan kalau ngomongnya baik-baik" Aku menimpali mereka dari tempatku berada.
"Pinjam Maas.." kali ini Ziyad meminta dengan halus dan senyum sambil tangan menengadah meminta.
"Ini. Adek ga boleh lebut - lebut.. Kalau mau pinjam yang bagus ngomongnya" Kata Shafwan sambil meminjamkan mainannya.
"Iyaa... Hihihiii" Ziyad gembira ria.
Begitulah cuplikan hari-hariku bersama mereka. Mas yang sekarang berusia 4 tahun 4 bulan dan Adek yang bulan depan genap berusia 3 tahun itu membuat suasana rumah ini berwarna. Aku banyak belajar dari mereka dalam banyak hal. Hati mereka sungguh mulia. Mudah saling memaafkan dan tidak menyimpan rasa dendam
Kalau aku bercerita pada suamiku bahwa anak-anak hari ini begini-begitu, dia hanya berkata "Yaa.. namanya juga langit, kadang panas, kadang hujan, kadang juga mendung."
Filosofi yang sederhana tetapi mengandung makna yang luar biasa.