Jumat sore habis Asyar sesuai dengan rencana yang telah dibuat, aku dan ibu akan umroh, anak-anak sama bapaknya ga ikutan. Rencananya mereka hanya mengantar kami dan nanti akan ikut Thawaf saja, tanpa Sa'i. Jam 5 kami berangkat ke Masjid Aisyah, Tan'im, untuk ambil miqat. Kemudian lanjut menuju Masjidil Haram.
Pas iqamat shalat magrib kami sampai di Masjidil Haram. Kami kebagian tempat shalat di dekat eskalator halaman masjid. Setelah selesai shalat maghrib kami segera masuk ke dalam Masjidil haram, rencan kamu mau Thawaf berlima batal karena tingkat kepadatan masjid. Suami mengurungkan niatnya. Kasian anak-anak kalau berdesakan. Dia memilih menjaga anak-anak didalam masjid saja serta nanti akan mengajak anak-anak bermain di pelataran masjid biar ga bosan nungguin aku dan ibu ibadah umroh.
Tadinya aku dan ibu mau Thawaf di lantai bawah, sebenarnya sempat eyel-eyelan dulu, aku pengennya ibu aku dorong pakai kursi roda yang telah kami bawa dari rumah, biar ibu ga kecapekan, dan karena aku tau ibu ada masalah dengan kakinya. Kata dokter kaki kiri ibu mengalami masalah pengapuran tulang. Jadi kalau dibawa jalan lama terasa sakit dan ngilu, dan karena masalah itu pula ibu ga bisa jalan cepat. Tadinya ibu bersikukuh ga mau di dorong, mau jalan pelan-pelan saja. Aku turuti. Setelah sampai lantai Thawaf bawah yang ternyata padat banget, ibu mulai berpikir ulang. Aku ajak dia keluar dari padatnya lantai Thawaf di bawah. Aku telpon suamiku mau nanya dimana posisinya, aku mau ambil kursi roda.
Tapi sebelum sempat menelepon, aku melihat suamiku lagi jalan gendong anak ketiga. Sambil tangannya dorong kursi roda yang dinaikkan anak pertama dan kedua. Betapa rempongnya suamiku. Subhanallah, lelakiku itu memang sangat penyabar.
Kemudian aku minta kursi rodanya, ibu di rayu lagi agar Thawaf dan Sa'i selama umroh aku dorong saja, biar bisa lebih cepat dan yang penting ibu ga kecapekan. Ya, biar bisa lebih cepat, karena aku akan meninggalkan bayi tiga bulanku yang masih ASI ekslusif dengan suamiku. Biar si kecil ga sampai rewel dengan Abinya. Aku ga masalah dorong Ibu, demi dia juga agar kakinya ga sakit nanti. Akhirnya ibu mau. Aku dan ibu kemudian melaksanakan Thawaf di lantai dua. Yang juga ga kalah padatnya dengan lantai 1. Setelah Thawaf tujuh putaran kami menuju tempat Sa'i. Banyak tangga yang harus kami lalui. Tapi aku ga kuatir, nanti ibu aku minta turun dulu dari kursi roda kalau melewati tangga-tangga, sementara aku pasti akan ada yang bantuin angkat kursi roda ini. Dan ternyata benar, selamat melewati anak tangga, ada saja beberapa orang yang membantuku. Subhanallah. Aku percaya bahwa dunia ini diisi oleh banyak orang baik.
Selama Sa'i, tiap mau naik ke bukit Safa dan Marwah juga ada saja bantuan yang aku terima, orang tidak aku kenal, yang membantu mendorong kursi roda pas naik tanjakan. Sesama umat muslim yang sedang melaksanakan ibadah umroh, entah darimana asal negara mereka, dn juga ras mereka. Semuanya disatukan dalam persaudaraan Islam.
Jam 10 malam kami selesai melaksanakan ibadah umroh. Total kurang lebih 3 jam saja. Selesai berdoa dan shalat sunah, kami keluar masjid dan mencari keberadaan suami dan anak-anakku. Setelah kumpul kami istirahat di halaman masjid. Jam 11 malam baru "pulang". Pulang dalam tanda kutip! Sebenarnya pengen pulang. Makan dan istirahat di rumah, tapi ternyata anak-anak minta di antar ke taman kota untuk bermain sebentar. Akhirnya kami turuti kemauan anak dulu. Tadi mereka sudah dengan senang hati menunggui kami umroh. Sekarang giliran aku dan ibu yang harus dengan ikhlas menunggui mereka ingin ke taman.
Kami mampir ke restoran Arab sebentar. Suamiku membeli makanan di bungkus untuk kami makan di taman. Kami makan nasi ayam mandi, martabak sayuran dan minum air putih biasa.
Jam satu malam anak-anak di rayu untuk sudah dulu mainannya. Malam Sabtu adalah malam libur, walau sudah lewat tengah malam masih ramai keluarga yang duduk-duduk dan anak-anak bermain di taman. Anak-anakku tadinya belum mau pulang, dengan dikasih pengertian, akhirnya mereka mau juga. Walau dengan sakit ngambek.
Jam setengah dua baru sampai rumah. Langsung pada bersih - bersih dan bersiap tidur.
Bangun pagi baru aku rasakan kaki agak pegal. Mungkin sedikit lelah. Tapi lelahku ini tak seberapa dibanding pengorbanan ibu yang telah berjasa dalam hidupku. Sang Malaikat ku yang nyata di dunia ini.
No comments :
Post a Comment