Menanggapi adanya gerakan anti
imunisasi yang digencarkan oleh beberapa kalangan di Indonesia sekarang ini,
saya hanya ingin menegaskan sekali lagi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu betapa pentingnya imunisasi
agar tidak ada keraguan dalam melaksanakan imunisasi untuk buah hatinya. Jangan
sampai kita termakan isu-isu itu hanya karena kurangnya pengetahuan yang
didapat.
Ada sebuah artikel menarik yang di
tulis oleh seorang dokter spesialis anak yang perlu kita simak dengan baik agar
lebih mendalami mengapa kita harus mengimunisasi anak-anak kita:
- Imunisasi dan vaksinasi mempunyai pengertian yang sama yaitu memberikan kekebalan tubuh. Imunisasi berasal dar kata "immune" artinya kebal, jadi imunisasi berarti mengebalkan, sedangkan vaksinasi berasal dari kata "vaccine" yaitu zat yang dapat merangsang timbulnya kekebalan.Sebetulnya kata "vaccine" berasal dari nama virus "vaccinia" yaitu sejenis virus cacar yang tidak berbahaya yang dulu pertama kali dipakai untuk vaksinasi terhadap virus variola yang berbahaya. Jadi vaksinasi artinya memberikan vaksin yang merangsang kekebalan tubuh.
- Ada sekelompok orang yang menentang imunisasi karena melihat adanya beberapa dampak imunisasi yang mungkin berbahaya. Memang belum ada vaksin yang 100% sempurna. Seperti juga obat bahkan makanan, tidak semua orang dapat mentolerir dengan baik. Contohnya alergi atau reaksi simpang terhadap obat atau makanan. Hal tersebut juga terjadi pada vaksin. Sangat tidak bijaksana kalau gara-gara efek samping atau alergi yang hanya terjadi pada sebagian kecil individu lantas langsung menghapuskan imunisasi. Justru kita harus berusaha bagaimana kita dapat membuat vaksin yang lebih baik. Kalau vaksinasi dihentikan, untuk negara maju seperti Amerika, mungkin tidak terlalu nyata dampaknya karena higiene lingkungan sudah sangat baik. Bagaimana kalau vaksinasi dihentikan di Indonesia dengan higiene lingkungan yang masih kurang? Kita tidak bisa bayangkan malapetaka yang akan terjadi. Kita ingat pada tahun 50an yang mungkin generasi sekarang tidak mengalami ,adanya wabah cacar berbahaya (istilah awam cacar api yang menyebabkan bopeng bila lolos dari maut) yang menelan banyak korban. Sekarang kita tidak menemukan lagi penyakit tersebut. Hal ini tentunya hasil vaksinasi massal yang dilakukan setelah wabah tersebut. Demikian juga sekarang sudah jarang sekali ditemukan penyakit difteri, polio maupun tetanus. Hal ini tentunya juga akibat keberhasilan imunisasi. Oleh karena itu marilah kita membantu pemerintah untuk mendukung program imunisasi ini dan jangan terpengaruh oleh isu-isu negatif yang tentunya akan merugikan masyarakat kita sendiri.
- Anggapan bahwa MMR memicu terjadinya autism sangatlah tidak rasional. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa MMR ada hubungan dengan autisme. Anak yang menderita autisme sudah punya bakat kelainan dalam susunan sarafnya sejak dalam kandungan. Jauh lebih banyak anak yang mendapat suntikan MMR tanpa menderita autisme dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat MMR tapi menderita autisme.
- Tidak ada vaksin yang efektif 100 % . Efektivitas vaksin bergantung pada beberapa faktor, antara lain dari anak yang menerima vaksin maupun vaksinnya sendiri. Vaksin dari pabrik bagus, tapi penyimpanannya kurang baik akan rusak atau berkurang efektivitasnya. Atau mungkin vaksinnya bagus , tapi daya tahan anak sedang tidak baik untuk dirangsang kekebalannya, maka efektivitasnya juga akan kurang. Oleh karena itu, penyimpanan vaksin harus baik, anak dalam keadaan sehat waktu diimunisasi, perhatikan tanggal kadaluwarsa vaksin untuk menjamin hasil imunisasi yang baik.
- Pasien dengan gangguan kekebalan tubuh bukan dilarang untuk pemberian vaksin selama penyakitnya sudah terkontrol dengan baik. Yang tidak boleh diberikan vaksin hidup (vaksin dari kuman yang dilemahkan) adalah pasien yang menderita defisiensi imun (gangguan kekebalan tubuh). Misalnya vaksin polio oral.
- Imunisasi wajib dan yang dianjurkan disesuaikan dengan penyakit di negara masing-masing.
- Vaksin combo tidak menyebabkan efek melemahkan akibat akumulasi efek samping. Logikanya, kita kontak dengan vaksin combo yang mengandung hanya sekitar 3 sampai 5 jenis kuman yang dilemahkan, dibandingkan dengan kehidupan kita sehari-hari yang kontak dengan ribuan jenis kuman sekeliling kita, nyatanya kita aman-aman saja, kecuali bila daya tahan kita sedang menurun. Oleh karena itu dianjurkan saat vaksinasi dalam keadaan sehat.
- Tubuh kita dibekali Tuhan sistem kekebalan yang sangat hebat/sempurna yaitu kekebalan nonspesifik dan spesifik. Kekebalan non spesifik sudah siap pakai, artinya menangkal segala zat asing termasuk kuman penyebab infeksi ke dalam tubuh kita.Tapi tidak selamanya hal ini berhasil, tergantung keganasan (virulensi) kuman atau kekebalan tubuh sendiri (misalnya usia dini atau sudah tua). Bila kekebalan ini gagal, maka akan diambil alih oleh kekebalan yang spesifik. Kekebalan spesifik ini tidak siap pakai, harus “belajar/kenal” dulu dengan kuman tersebut, dengan kata lain harus sakit dulu. Seseorang yang sakit bisa kebal atau malah meninggal. Apakah kita mau untuk “belajar” ini harus sakit dulu? Supaya kita kebal tanpa sakit tentunya harus belajar kenal dengan kuman yang dilemahkan alias imunisasi. Seperti juga dalam proses belajar sehari-hari, tentunya harus ada jadual yang tepat yang harus diikuti yang berdasarkan dari banyak penelitian mengenai efektivitas jadual pemberian vaksin (DR.dr.Zakiudin M, SpA(K)).
Saya pernah bertanya pada sebuah forum jejaring sosial online yang isinya
para dokter spesialis anak, kebetulan saat itu anak kedua saya baru saja
mendapat imunisasi untuk usia yang ke 4 bulannya. Pertanyaan saya kurang lebih
demikian “Saya baru saja melaksanakan vaksinasi OPV, DTP, Hep B, Hib dan PCV
13. Kalau di Indonesia kira-kira berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk
sekali vaksinasi itu dokter?” Seorang dokter menjawab “Harga vaksinnya aja
sekitar Rp.1,7juta, diluar biaya administrasi rumah sakit dan dokter”. Woow,
berarti sekitar Rp.2jutaan harus dikeluarkan plus biaya RS dan dokternya.
Padahal vaksinasi itu mendapat ulangan sebanyak 4x. Saya bersyukur tinggal di
Negara ini, semuanya itu saya dapatkan dengan gratisan. (heehee... dasar
ibu-ibu, sukanya yang gratis-gratis ☺☺. Padahal diluar jenis imunisasi yang saya
sebutkan masih ada beberapa jenis imunisasi lainnya yang harus dilaksanakan
sampai si anak usia 2 tahun. Alhamdulillah, saya telah menghemat uang untuk
jaminan kesehatan anak-anak saya, kebayang kalau saya tinggal di Indonesia saat
ini, saya harus banyak sekali mengeluarkan uang untuk biaya imunisasi anak
saya.
Di Indonesia sendiri juga ada beberapa
imunisasi yang digratiskan oleh pemerintah, mereka menyebutnya imunisasi wajib,
sedangkan yang tidak digratiskan mereka menyebutnya imunisasi anjuran
pemerintah walaupun sebenarnya juga wajib, tetapi karena masyarakat harus
menggunakan uang pribadi untuk biaya vaksinasi makanya pemerintah hanya bisa
menganjurkan. Semoga pemerintah Indonesia mempunyai dana yang lebih besar lagi
buat subsidi kesehatan, sehingga semua jenis imunisasi wajib dan yang mahal
juga bisa di gratiskan demi kesehatan anak-anak Indonesia di masa mendatang. Ayo
Indonesiaku, kamu pasti bisa!!. (Sumiati Istrizain).
♥♥♥ Lebih
baik mencegah daripada mengobati ♥♥♥
No comments :
Post a Comment