Seharian ini aku mengalami homesick, kangeeen banget sama orang tua, rumah dan kampung halaman. Bawaan hari ini jadi males mau ngapa-ngapain, rumah berantakan dibiarkan, masak buat suami dan anak-anak ala kadarnya. Sungguh tidak bersemangat.
Sore tadi saat sedang santai, anak-anak aku ajak ngobrol "Mas, Adek, pulang ke rumah Mbah Uti yuuk, mau ga?" Anak-anak serempak menjawab mau semua. Mereka juga kangen dengan Mbah Uti katanya. Kemudian aku tanya lagi "Kalau pulangnya cuma sama Ummi mau ga? Abi ga ikut, soalnya Abi kerja.." Mereka mulai bertanya ini dan itu, Nanti Abi sama siapa? Kok Abi ga ikut? Kenapa? ....
Kemudian aku mengambil iPad, pena dan kertas, kami bertiga tiduran dilantai aku berada ditengah-tengahnya. Aku ajak mereka browsing tiket pesawat, membandingkan harga maskapai penerbangan satu dengan yang lainnya, mencari tiket paling murah, tetapi cepat sampainya.
Saat sedang asyik bertiga, suamiku pulang dari kerja. Langsung masuk rumah dan menemukanku lagi tiduran dilantai bersama anak-anak dengan iPad, kertas oret-oretan dan pena di tangan. Menyapa kami "Lagi pada ngapain sih?" Mas Shafwan antusias menjawab "Ummi lagi lihat-lihat tiket pesawat". "Heri mau pulang kan? Ini aku habis mbanding-mbandingin harga aja, ada tuh yang lagi promo" kataku. Heri adalah teman satu kerjaan dengan suami, dia memang akan pulang ke Indonesia dalam waktu dekat, surat cutinya sudah turun.
Aku ga bisa bicara bahwa aku ingin pulang dengan anak-anak. Aku pasti ga akan tega meninggalkan suamiku sendirian disini, walau mungkin cuma sebulan saja. Anak-anak belum pernah berpisah lama dengan Abinya. Aku ga akan tega..
Homesick ini harus bisa aku atasi. Aku lawan. Sedih memang saat kita kangen orang tua dan kampung halaman yang jauh disana, tapi ga bisa dengan mudah menjangkaunya. Padahal bulan Agustus 2013, sekitar 7 bulan yang lalu, aku baru saja dari sana.
Malam ini, saat suami dan anak-anak sudah pulas dengan tidurnya, perlahan airmataku mengalir membasahi bantal. Sedih... Mencurahkan isi hati lewat tulisan inilah aku bisa mengurangi kesedihan itu, sedih akibat menahan kerinduan dengan orang tua dan kampung halaman. Homesick.
Ga terasa jam sudah menunjukkan angka 2:30 hampir dini hari. Sekarang waktunya tidur, semoga besok pagi aku bangun dengan keadaan yang lebih baik. Rasa homesick hilang, semangat baru muncul. Biar anak-anak ga melihat Ibunya yang mendung terus mukanya, biar suami bisa menemukan muka ceriaku lagi. Sudah cukup seharian tadi aku merasa malas ngapa-ngapain. Harus sabar.. Semua akan indah jika kita selalu bersama - sama dimanapun berada. Semangat!