Laman

Friday, February 17, 2012

Minum SUSU UNTA Yuuukk...


Peternakan Unta, Hudaibiyah
Kalau minum susu sapi atau kambing, kita semua mungkin sudah biasa ya.. . Tapi kalau minum susu unta ini yang ga biasa. Apa lagi minum susu unta fresh dan langsung setelah di perah dari sumbernya, ini baru luarrr biasa….☺☺ Yup! Saya sudah menikmatinya, meminum susu unta yang baru saja di perah dari sang induk dan saya melihat sendiri proses pemerahan. Asli masih mentah dan berbusa. (Kenapa susu unta bisa banyak busanya gitu ya?? ini asli saya benar-benar ga tau lho ☺).

Proses pemerahan air susu dari sang induk unta ini menurut saya menganut azas “tega”. Ketika tidak ada pembeli, payudara si induk unta pada bagian putting di tutup dengan semacam karung goni. Hal ini untuk menghindari agar si anak unta tidak bisa menyusu langsung pada induknya. Tetapi, pada saat ada pengunjung yang mau membeli susu, karung pembungkus putting induk di lepas, anak unta di dekatkan dan di suruh menyusu pada induknya. Hisapan mulut anak unta ini dapat merangsang keluarnya air susu  si induk. Setelah susu mengalir keluar, si anak unta di usir oleh peternaknya dan posisi mulut si anak unta di gantikan dengan perasan tangannya yang dengan kasar memerah puting dan air susu di tampung di baskom. Tega sekalikan si peternak-peternak ini? Kasihan si anak unta yang malang :-(. Dimana letak animal welfare-nya? 

Menurut seorang peneliti bernama Fatima AbdulRahman, pemimpin Ahli Mikrobiologi Makanan di Laboratorium Pusat Dubai, Uni Emirat Arab (UAE), susu unta mempunyai kandungan gizi yang lebih baik dari susu sapi karena susu itu lebih rendah lemak dan kolesterol, namun lebih kaya potassium, zat besi dan mineral seperti sodium dan magnesium. Susu unta adalah sumber protein yang berlimpah. Kualitas susu dipengaruhi oleh jumlah anak unta, usia hewan tersebut, kadar hewan itu menyusui anak, kualitas dan jumlah makanan, serta jumlah air yang tersedia. Rasa susu unta biasanya manis dan tajam, tapi kadangkala terasa asin dan pada saat lain terasa berair.

Oh ya, peternak yang menjual susu unta ini banyak terdapat di daerah Hudaibiyah, jalur lama jalan Makkah – Jeddah. Mekkah. Di sepanjang jalan antara Museum Kiswah dan Masjid Hudaibiyah berjejer puluhan peternak dan unta perahan mereka. Para peternak ini mayoritas berasal dari golongan suku Badui Arab.

Susu unta per baskom sekali perah kira-kira sebanyak 1,5 liter susu, pada musim biasa dihargai 10 – 15 riyal/baskom, tetapi jika pada musim haji dan umrah harga jual menjadi lebih tinggi. Mereka mengemasnya dalam botol ukuran 300 ml dan setiap botol di patok harga 5 riyal. Kebanyakan pengunjung akan langsung meminum susu unta di tempat membeli. Seperti yang kami lakukan. Padahal meminum susu unta mentah bisa mengakibatkan brucellosis. Ada juga yang jadi diare. Jadi sebaiknya susu unta ini di masak terlebih dahulu, tak perlu dimasak sampai mendidih seperti susu sapi atau kambing. Susu yang kaya akan rasa, harus diminum secara perlahan untuk memungkinkan perut mencernanya.
Susu unta segar langsung diminum

Catatan :
*Animal welfare atau di Indonesia dikenal dengan istilah kesejahteraan hewan/satwa.
* Brucellosis atau demam malta atau demam yang naik turun, yaitu penyakit yang terjadi akibat meminum susu mentah yang berasal dari hewan ruminansia yang terserang penyakit  dari bakteri brucellosis. Dapat menular ke manusia akibat minum susu mentah dari hewan yang terserang penyakit. Kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan pencemaran lingkungan melalui darah hewan itu dan jaringan yang terinfeksi juga dapat mengakibatkan brucellosis.

Thursday, February 16, 2012

Ibu Rumah Tangga Biasa Saja

Pekerjaanku ibu rumah tangga,setiaphari kerjanya menemani,melayani, mengurusi dan merawat anak-anakku, dua batita gantengku, Shafwan (2,5 tahun) dan Ziyad (11 bulan). Selain itu peran pentingku lainnya adalah mengabdikan diriku untuk suami tercinta.

Beberapa teman setiap baru ketemu bertanya padaku "Sekarang kerja dimana?". Hmm..sambil tersenyum aku menjawab "Kerjaku di rumah saja menemani anak-anak, jadi ibu rumah tangga" ☺☺. Mungkin bagi sebagian orang pilihan hidupku ini di anggap berpikir cara kuno, bahkan ada yang menyayangkan status ijazahku, bahkan ada yang bilang 'rugi kalo ga kerja, ga punya uang sendiri, mau beli apa-apa harus nodong sama suami'. Aku ga peduli. Dua minggu sebelum menikah aku melepas karirku, tak lain karena aku ingin menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. 
Senang bisa bermain bersama mereka setiap hari ☺
Aku selalu bersyukur dan berterima kasih kepada ALLAH SWT atas rezeki yang diberikan dalam rumah tangga kami. Alhamdulillah kami tidak pernah merasa kekurangan dengan pendapatan yang diterima dari suami.

Aku bangga bisa menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, aku bahagia bisa memberikan ASI eksklusif dan pelayanan terbaik untuk anak-anakku, aku senang bisa menghidangkan makanan istimewa buat keluarga, aku senang bisa sepenuhnya mengatur urusan dalam rumah kami. Aku ingin mencurahkan kasih sayang, rasa cinta, mendidik dan merawat anak-anakku dengan segenap kemampuanku. Aku ingin mengabdi seutuhnya buat suamiku tercinta. Menyiapkan sarapan dan bekal makan siangnya di tempat kerja, dan menyambutnya pulang dengan senyuman cinta. ☺☺☺.

Kalau kata Om Mario Teguh: 
Karir terbaik seorang wanita adalah menjadi ibu rumah tangga ♥

(Ku tulis ini sambil memperhatikan duo ganteng yang masih tertidur pulas -sambil sesekali mengelus-elus punggungnya jika terbangun mencariku-, setelah selesai melakukan pekerjaan khas ibu rumah tangga di pagi hari dan melepas keberangkatan suami ke tempat kerja, tak lupa cium tangan dan kecup sayang untuknya ♥).



Wednesday, February 15, 2012

Mengapa Imunisasi Wajib?

Menanggapi adanya gerakan anti imunisasi yang digencarkan oleh beberapa kalangan di Indonesia sekarang ini, saya hanya ingin menegaskan sekali lagi kepada masyarakat  khususnya ibu-ibu betapa pentingnya imunisasi agar tidak ada keraguan dalam melaksanakan imunisasi untuk buah hatinya. Jangan sampai kita termakan isu-isu itu hanya karena kurangnya pengetahuan yang didapat.
Ada sebuah artikel menarik yang di tulis oleh seorang dokter spesialis anak yang perlu kita simak dengan baik agar lebih mendalami mengapa kita harus mengimunisasi anak-anak kita:
  1. Imunisasi dan vaksinasi mempunyai pengertian yang sama yaitu memberikan kekebalan tubuh. Imunisasi berasal dar kata "immune" artinya kebal, jadi imunisasi berarti mengebalkan, sedangkan vaksinasi berasal dari kata "vaccine" yaitu zat yang dapat merangsang timbulnya kekebalan.Sebetulnya kata "vaccine" berasal dari nama virus "vaccinia" yaitu sejenis virus cacar yang tidak berbahaya yang dulu pertama kali dipakai untuk vaksinasi terhadap virus variola yang berbahaya. Jadi vaksinasi artinya memberikan vaksin yang merangsang kekebalan tubuh.
  2. Ada sekelompok orang yang menentang imunisasi karena melihat adanya beberapa dampak imunisasi yang mungkin berbahaya. Memang belum ada vaksin yang 100% sempurna. Seperti juga obat bahkan makanan, tidak semua orang dapat mentolerir dengan baik. Contohnya alergi atau reaksi simpang terhadap obat atau makanan. Hal tersebut juga terjadi pada vaksin. Sangat tidak bijaksana kalau gara-gara efek samping atau alergi yang hanya terjadi pada sebagian kecil individu lantas langsung menghapuskan imunisasi. Justru kita harus berusaha bagaimana kita dapat membuat vaksin yang lebih baik. Kalau vaksinasi dihentikan, untuk negara maju seperti Amerika, mungkin tidak terlalu nyata dampaknya karena higiene lingkungan sudah sangat baik. Bagaimana kalau vaksinasi dihentikan di Indonesia dengan higiene lingkungan yang masih kurang? Kita tidak bisa bayangkan malapetaka yang akan terjadi. Kita ingat pada tahun 50an yang mungkin generasi sekarang tidak mengalami ,adanya wabah cacar berbahaya (istilah awam cacar api yang menyebabkan bopeng bila lolos dari maut) yang menelan banyak korban. Sekarang kita tidak menemukan lagi penyakit tersebut. Hal ini tentunya hasil vaksinasi massal yang dilakukan setelah wabah tersebut. Demikian juga sekarang sudah jarang sekali ditemukan penyakit difteri, polio maupun tetanus. Hal ini tentunya juga akibat keberhasilan imunisasi. Oleh karena itu marilah kita membantu pemerintah untuk mendukung program imunisasi ini dan jangan terpengaruh oleh isu-isu negatif yang tentunya akan merugikan masyarakat kita sendiri.
  3.  Anggapan bahwa MMR memicu terjadinya autism sangatlah tidak rasional. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa MMR ada hubungan dengan autisme. Anak yang menderita autisme sudah punya bakat kelainan dalam susunan sarafnya sejak dalam kandungan. Jauh lebih banyak anak yang mendapat suntikan MMR tanpa menderita autisme dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat MMR tapi menderita autisme.
  4. Tidak ada vaksin yang efektif 100 % . Efektivitas vaksin bergantung pada beberapa faktor, antara lain dari anak yang menerima vaksin maupun vaksinnya sendiri. Vaksin dari pabrik bagus, tapi penyimpanannya kurang baik akan rusak atau berkurang efektivitasnya. Atau mungkin vaksinnya bagus , tapi daya tahan anak sedang tidak baik untuk dirangsang kekebalannya, maka efektivitasnya juga akan kurang. Oleh karena itu, penyimpanan vaksin harus baik, anak dalam keadaan sehat waktu diimunisasi, perhatikan tanggal kadaluwarsa vaksin untuk menjamin hasil imunisasi yang baik.
  5. Pasien dengan gangguan kekebalan tubuh bukan dilarang untuk pemberian vaksin selama penyakitnya sudah terkontrol dengan baik. Yang tidak boleh diberikan vaksin hidup (vaksin dari kuman yang dilemahkan) adalah pasien yang menderita defisiensi imun (gangguan kekebalan tubuh). Misalnya vaksin polio oral.
  6.  Imunisasi wajib dan yang dianjurkan disesuaikan dengan penyakit di negara masing-masing.
  7.  Vaksin combo tidak menyebabkan efek melemahkan akibat akumulasi efek samping. Logikanya, kita kontak dengan vaksin combo yang mengandung hanya sekitar 3 sampai 5 jenis kuman yang dilemahkan, dibandingkan dengan kehidupan kita sehari-hari yang kontak dengan ribuan jenis kuman sekeliling kita, nyatanya kita aman-aman saja, kecuali bila daya tahan kita sedang menurun. Oleh karena itu dianjurkan saat vaksinasi dalam keadaan sehat.
  8. Tubuh kita dibekali Tuhan sistem kekebalan yang sangat hebat/sempurna yaitu kekebalan nonspesifik dan spesifik. Kekebalan non spesifik sudah siap pakai, artinya menangkal segala zat asing termasuk kuman penyebab infeksi ke dalam tubuh kita.Tapi tidak selamanya hal ini berhasil, tergantung keganasan (virulensi) kuman atau kekebalan tubuh sendiri (misalnya usia dini atau sudah tua). Bila kekebalan ini gagal, maka akan diambil alih oleh kekebalan yang spesifik. Kekebalan spesifik ini tidak siap pakai, harus “belajar/kenal” dulu dengan kuman tersebut, dengan kata lain harus sakit dulu. Seseorang yang sakit bisa kebal atau malah meninggal. Apakah kita mau untuk “belajar” ini harus sakit dulu? Supaya kita kebal tanpa sakit tentunya harus belajar kenal dengan kuman yang dilemahkan alias imunisasi. Seperti juga dalam proses belajar sehari-hari, tentunya harus ada jadual yang tepat yang harus diikuti yang berdasarkan dari banyak penelitian mengenai efektivitas jadual pemberian vaksin (DR.dr.Zakiudin M, SpA(K)).


 Selain dari apa yang ditulis di atas, saya juga ingin menambahi adanya sorotan tentang kehalalan dari vaksin itu sendiri. Ada beberapa golongan yang antivaksinasi meragukan kehalalan dari vaksin. Sebagai gambaran saja, kebetulan dua putra saya lahir di Kota Suci Mekkah, Saudi Arabia. Di Negara ini imunisasi itu hukumnya wajib dan semua jenis imunisasi digratiskan oleh pemerintah karena besarnya dana subsidi dari pemerintah untuk kesehatan. Sertifikat imunisasi digunakan sebagai syarat pengambilan akta kelahiran resmi dari pemerintah Saudi (akta kelahiran bisa di ambil setelah anak berusia di atas satu tahun), serta menjadi syarat untuk mendaftar ke sekolah baik sekolah negeri ataupun swasta, berbahasa arab maupun internasional. Nah, kalau di Mekkah saja imunisasi di wajibkan, kok masih ada saja yang gembar-gembor tentang kehalalannya. Di Indonesia sendiri juga ada lembaga yang bertanggung jawab terhadap halal – haramnya suatu produk yaitu MUI, dan MUI sendiri memperbolehkan imunisasi.

Saya pernah bertanya pada sebuah forum jejaring sosial online yang isinya para dokter spesialis anak, kebetulan saat itu anak kedua saya baru saja mendapat imunisasi untuk usia yang ke 4 bulannya. Pertanyaan saya kurang lebih demikian “Saya baru saja melaksanakan vaksinasi OPV, DTP, Hep B, Hib dan PCV 13. Kalau di Indonesia kira-kira berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk sekali vaksinasi itu dokter?” Seorang dokter menjawab “Harga vaksinnya aja sekitar Rp.1,7juta, diluar biaya administrasi rumah sakit dan dokter”. Woow, berarti sekitar Rp.2jutaan harus dikeluarkan plus biaya RS dan dokternya. Padahal vaksinasi itu mendapat ulangan sebanyak 4x. Saya bersyukur tinggal di Negara ini, semuanya itu saya dapatkan dengan gratisan. (heehee... dasar ibu-ibu, sukanya yang gratis-gratis ☺☺. Padahal diluar jenis imunisasi yang saya sebutkan masih ada beberapa jenis imunisasi lainnya yang harus dilaksanakan sampai si anak usia 2 tahun. Alhamdulillah, saya telah menghemat uang untuk jaminan kesehatan anak-anak saya, kebayang kalau saya tinggal di Indonesia saat ini, saya harus banyak sekali mengeluarkan uang untuk biaya imunisasi anak saya.

Di Indonesia sendiri juga ada beberapa imunisasi yang digratiskan oleh pemerintah, mereka menyebutnya imunisasi wajib, sedangkan yang tidak digratiskan mereka menyebutnya imunisasi anjuran pemerintah walaupun sebenarnya juga wajib, tetapi karena masyarakat harus menggunakan uang pribadi untuk biaya vaksinasi makanya pemerintah hanya bisa menganjurkan. Semoga pemerintah Indonesia mempunyai dana yang lebih besar lagi buat subsidi kesehatan, sehingga semua jenis imunisasi wajib dan yang mahal juga bisa di gratiskan demi kesehatan anak-anak Indonesia di masa mendatang. Ayo Indonesiaku, kamu pasti bisa!!. (Sumiati Istrizain).

♥♥♥ Lebih baik mencegah daripada mengobati ♥♥♥


MENIKMATI KEINDAHAN PANTAI SHOAIBA



Lepas Pantai Shoaiba
Pantai Shoaiba terletak di provinsi Mekah, berjarak sekitar 150km dari Jeddah. Pantai ini masih alami, oleh pemerintah setempat belum dioptimalkan sebagai daerah tujuan wisata terpadu seperti halnya pantai Jeddah yang sudah menjadi salah satu obyek wisata ‘wajib’ dikunjungi oleh jamaah haji dan umrah sebagai satu paket dalam perjalan wisata. Oleh karena itu, wisatawan yang datang ke Pantai Shoaiba rata-rata adalah penduduk lokal.
Pantai ini merupakan kawasan pantai terbuka dengan air laut yang berwarna biru jernih membentang, di dasar pantai dilapisi oleh batu karang yang hampir merata di seluruh permukaan laut. Jadi disarankan bagi yang akan memancing, menjaring ikan ataupun menyelam disana untuk memakan sepatu plastik supaya kaki tidak sakit saat menginjak karang.
Kegembiraan anak-anak menikmati air laut yang tenang

Sudah dua kali saya dan beberapa teman menghabiskan akhir pekan disana. Kami berenang di laut sambil menikmati sunset, lanjut dengan makan malam bersama, kemudian malamnya kami menunggui pancingan ikan yang telah di pasang sambil menikmati suasana malam khas pantai dengan deburan ombak kecilnya yang membuat terlena. Apabila pancing kami berhasil mengait ikan, kami bakar saat itu juga disana. Malamnya kami tidur di tenda-tenda yang telah kami buat, keesokan pagi harinya baru pulang.
Tenda-tenda kami
Bila kita menyusuri pantai di malam hari, jangan lupa membawa senter. Ketika kita arahkan cahaya senter ke air laut, akan banyak terlihat kepiting muncul di permukaan dan akan berlarian karena cahaya yang kita pancarkan kearahnya. Saya terpesona melihat ini pertama kali. Para kepiting itu akan membuat rumah-rumah di pasir pantai. Jadi tidak mengherankan jika di sepanjang pantai banyak terdapat gunung-gunung pasir kecil setinggi kurang lebih 20cm dan di dekatnya terdapat lubang karena itu adalah rumah yang telah mereka buat.
Oh iya, disana sudah ada sebuah tempat pamancingan dan villa yang sudah di komersilkan bernama Kattan Beach Village. Biaya untuk masuk seharga 150riyal/3jam/mobil dan 200riyal/6jam/mobil. Di sarankan bagi yang mau kepantai untuk membawa bekal makanan sendiri serta membawa air tawar untuk bilas sehabis mandi di laut, karena letak Pantai Shoaiba sangat jauh dari daerah pemukiman dan tidak ada pertokoan di sekitar pantai. (Sumiati Istrizain).
Kapal nelayan