Laman

Saturday, December 6, 2014

04 Desember

04 Desember 2008.
Dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta, aku menaiki pesawat Garuda untuk pertama kalinya. Pesawat ini akan membawaku terbang menuju Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Aku hijrah menuju Tanah Suci Mekkah menyusul suamiku yang ada disana.

04 Desember 2014.
Hitungan mundur sudah genap 6 tahun yang lalu. Berarti sudah 6 tahun aku menjadi penduduk Tanah Suci.

Thursday, December 4, 2014

Masa - Masa Menjadi Anak Kos (2)

Mencari tempat kuliah, Yogyakarta.

(2). Numpang di kos Mbak Fitri
Klitren Lor, Yogyakarta. Dekat kampus AA YKPN dan ATA YKPN. Daerah belakang Gardena Supermarket, Jalan Urip Sumoharjo.

Setelah lulus SMA tahun 2003, aku hijrah ke Yogyakarta. Ada kakakku yang telah menjadi mahasiswa disana. Karena kakakku laki-laki, jadi aku tidak bisa menginap di kamar kosnya, tetapi aku diinapkan di kos salah seorang teman perempuannya, namanya Mbak Fitri. Di kos Mbak Fitri ada namanya Mbak Layli, Mbak Tetti, Mbak Wahyu, Mbak Ratih, dan induk semangnya namanya Mbak Ambar sekeluarga. Senang sekali bisa berkenalan dan berbaur dengan mereka walaupun cuma sebentar. Mereka semua lebih senior dariku. Yang paling aku ingat adalah saat aku ikutan mereka semua bergerombol jalan-jalan sore hari hunting calon tempat kos baru karena beberapa dari mereka memang merencanakan mau pindah tempat kos.

Kurang lebih sebulan aku tinggal bersama Mbak Fitri. Aku tidak tinggal secara gratis disini, tetapi pada saat mau keluar aku membayar uang sebagai uang sewa kepada pemilik tempat kos. Masa sebulan itu aku jalani dengan survey calon  kampus dan jurusan kuliah yang akan aku ambil. Ikut tes SMPB kampus negeri serta tes di beberapa universitas swasta terbaik dengan memilih jurusan yang kuinginkan. Hingga akhirnya aku menyerahkan diriku di Fakultas Peternakan, UGM.

Bersambung...

Masa - Masa Menjadi Anak Kos (1)

Dimulai dari SMA, awal mulai menjadi anak kos.

(1) Kos Pak Sulaeman, Tanah Merah, Gumawang, Belitang

Selama 3 tahun menjadi siswi di SMA Negeri 1 Belitang, tahun 2000 - 2003, aku ngekos di rumah bedeng milik Pak Sulaeman, belakang perumahan guru tanah Merah, Gumawang. 

Dua tahun pertama kos ini sangat menyenangkan. Semua akrab. Bisa jalan-jalan sore santai dengan sebagian dari mereka, mengobrol dan tertawa sampai puas dari kamar ke kamar. Hidup seperti tanpa beban. Kadang kami gantian ikut pulang ke kampung halaman rumah teman di akhir pekan, Aku menginat ketika sering berjalan kaki ke pasar Gumawang dengan Ari dan Siti, duduk santai dilapangan di sore hari dengan Desi dan Wartini, bercanda dan tiduran di kamar Lina, Mariah, serta yang lainnya. Saling tunggu saat mau mudik di akhir pekan dan kami menunggu bis bersama-sama dengan Sriah, Win, Wiwik, Pur, Latifah, dan lainnya yang berasal dari desa yang sama. Ketika semua masih akrab.

Tahun ketiga suasananya mulai kurasakan tidak lagi menggairahkan. Entah bosan, entah karena mulai tidak ada kecocokan lagi. Pada fase ini, aku sudah kelas 3 SMA. Pulang sekolah menjadi lebih senang masuk kamar, kunci, istirahat, tidur, membaca buku, belajar. Keluar kamar hanya saat mau mandi, mau membeli makanan dan keperluan mendesak lainnya. Aku menjadi lebih sering menyendiri di kamar. Berkumpul bersama sudah jarang terjadi. Hubungan antar anak kos memang mulai merenggang, tidak seakrab dulu lagi. Bermain dengan anak kos pada masa ini hanya formalitas semata.

Pada masa ini aku lebih menikmati pergaulanku dengan teman-teman akrab disekolahku. Teman bermainku telah berganti, bukan sesama anak kos lagi, tapi aku lebih sering di jemput oleh teman-teman sekolah dan diajak keluar oleh mereka. Bahkan aku jadi sering menginap di rumah teman sekolahku. Pitria, Vina, Dewi, Yusi, Purwiasih serta teman yang lainnya mengisi hari-hariku, baik di sekolah maupun diluar jam sekolah.

Tuesday, November 18, 2014

Les Bahasa Arab Online dari Madinah

Sudah sejak sekitar bulan Maret 2014 saya mengikuti les belajar Bahasa Arab secara online yang dikelola oleh seorang guru dari Madinah bernama Teacher Lamia. Les ini gratisan dan hanya untuk para perempuan yang telah mendaftarakan diri di website pengelola. Media belajarnya menggunakan aplikasi WizIQ yang bisa kita install baik di gadget android, iOS, maupun laptop yang berbasis windows. Les diadakan setiap hari Selasa dan Sabtu mulai jam 8 pagi sampai jam 10.00 pagi waktu Arab Saudi. Karena saat ini saya bermukim di Mekkah jadi tidak ada perbedaan waktu. Setiap akan memulai pelajaran, kami para siswanya diberikan link untuk membuka kelas oleh Teacher Lamia melalui group WhatsApp yang beliau kelola untuk media kami berkomunikasi.

Dalam mengikuti les Bahasa Arab online ini pertama kami mempelajari Kitab Qoidah Nuroniah yang bertujuan untuk memperlancar membaca dan mengucapkan huruf hijaiyah (huruf Arabic). Sekarang kami telah menamatkan Kitab Qoidah Nuroniyah dan telah memasuki pelajaran Bahasa Arab. Buku panduan yang dipakai adalah Kitab Durusul Lughoh Al'arabiyah. Kitab ini merupakan salah satu buku panduan belajar Bahasa Arab yang dipakai di Islaamic University of Madeenah. E-book kitab bisa di download dari http://www.gulfup.com/?nxqLDZ. Selain belajar Bahasa Arab, kami juga dilatih menghafal Alquran (tahfidz Qur'an) setiap menjelang kelas berakhir. Karena siswa belajar Bahasa Arab online berasal dari berbagai negara jadi bahasa pengantarnya menggunakan Bahasa Inggris. Setiap selesai pelajaran ada pekerjaan rumah (PR) yang harus kami kerjakan. PR yang telah dikerjakan di foto kemudian di upload ke group WhatsApp untuk diperiksa oleh Teacher Lamia.

Kitab Durusul Lughoh Al'arabiyah
Setiap mau mengikuti kelas online, saya selalu menyiapkan Kitab Durusul Lughoh Al'arabiyah yang telah di print, hape Xperia TX saya dengan aplikasi WizIQ serta headsetnya untuk berkomunikasi dengan Teacher Lamia jika pas dapat giliran membaca ataupun mendapat pertanyaan, pena untuk menulis dan kamus yang telah saya install di iPad sebagai penunjang jika tidak mengetahui suatu makna dari Bahasa Arab ke Bahasa Inggris. Untuk kamus saya menginstall Arabic To English Dictionary dari pengembang iComet. Menurut saya kamus ini paling mudah digunakan setelah sebelumnya mencoba berbagai aplikasi kamus. Selain itu saya juga menggunakan kamus online dari www.kamusarab.com/full-translation.php Koneksi internet yang bagus sangat diperlukan selama proses belajar berlangsung.

Kitab dan aplikasi kamus penunjang

Saturday, November 15, 2014

Menerjang Badai Pasir

Badai Pasir Jalur Mekkah - Jeddah
Kemarin jam 3an kami sekeluarga berangkat ke Jeddah mau menepati janji ketemu dengan teman sekalian hendak bermain ke pantai di hari libur akhir pekan. Semenjak mau berangkat cuaca Mekkah memang sedikit mendung dan ada suara geluduk, tanda mau turun hujan.

Baru perjalanan sekitar 10 menit keluar dari rumah (rumah dekat jalur cepat Mekkah - Jeddah) kami sudah mendapati keadaan yang kurang bersahabat. Jalanan gelap berwarna cokelat, angin kencang membawa pasir dan debu beterbangan. Terjadi badai pasir. Sepanjang jalan Mekkah - Jeddah di sisi kiri dan kanan jalannya memang hampir diisi dengan gunung batu dan padang pasir.

Mobil - mobil jadi berjalan sangat lambat dan semua menyalakan lampu. Jarak pandang sangat terbatas. Hati ini sedikit gelisah, takut. Ingin rasanya balik arah pulang lagi dan tidak jadi melanjutkan perjalanan ke Jeddah, tapi karena sudah terlanjur ada janji yang ingin kami tepati. Anak-anak juga sudah terlanjur gembira mau di ajak bermain ke pantai sore nanti. Dengan segenap hati yang terus berdoa kami tetap melanjutkan perjalanan.

Gerimis perlahan turun menghentikan serangan angin dan pasir terbang. Hujan yang tidak begitu deras menyapu pasir di mobil dan jalanan. Alhamdulillah, badai pasir telah lewat. Hujan juga tidak lebat dan hanya sebentar.

Selepas melewati garis batas tanah suci Mekkah, cuaca lain sudah muncul. Tampaknya badai pasir dan hujan hanya melanda kota Mekkah. Area Jeddah dan sekitarnya hanya sedikit mendung. Sinar matahari juga masih kelihatan.

Akhirnya, janji dengan teman bisa kami tepati. Dan lesehan di pantai sore ini bisa kami nikmati. Melihat dan memperhatikan anak-anak bermain pasir dan berlarian dipinggiran laut Merah dengan riang hati adalah kebahagiaan kami.
Bermain air dan pasir di Pantai Jeddah

Thursday, November 13, 2014

Syarat Pembuatan Passport Anak/Bayi di Saudi

Hari ini memang sudah rencana kami untuk ke kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah untuk terjemah Akte Kelahiran Bahasa Indonesiaku ke dalam Bahasa Arab. Nah, teman kami yang bernama Wulan mau ikutan ke KJRI juga, dia mau membuatkan passport untuk anaknya yang baru berusia 40 hari. Wulan ikut bersama kami dengan membawa anaknya ditemani oleh Ibunya.  Kami berangkat dari Mekkah sekitar jam 8 pagi, setelah perjalanan kurang lebih satu jam sampailah kita di kantor KJRI Jeddah. 
 
Syarat yang diperlukan untuk pembuatan paspor (passport) untuk anak di KJRI Jeddah adalah: 
1). Akte kelahiran anak yang telah di ambil dari kantor Ahwal Madani kota tempat lahir anak. Anaknya Wulan lahir di Rumah Sakit Hera, Mekkah. Pengambilan akte kelahiran anak di Ahwal Madani dengan membawa surat kelahiran dari rumah sakit tempat melahirkan, fotokopi identitas (iqamah) orangtuanya, surat nikah yang telah di terjemah dalam Bahasa Arab, fotokopi paspor orangtuanya. Kantor Ahwal Madani di Mekkah ini ada di Gedung Jaroshi Mall, Rusaifah.
2). Fotokopi iqamah orang tua (bapak dan ibu si anak).
3). Fotokopi paspor orang tua.
4). Fotokopi surat nikah Bahasa Indonesia. 

Langkah pembuatan paspor anak sebagai berikut:  
1). Akte kelahiran anak diterjemahkan dahulu ke dalam Bahasa Indonesia, bisa dilakukan di kantor KJRI saat itu juga dengan membayar 60 riyal (estimasi kurs sekarang 1 SR = Rp 3.200). Untuk lokasinya tanya saja pada Pak Satpam yang jaga, kantor terjemah ada di pintu bagian depan, sedangkan untuk pengurusan paspor ada di pintu belakang. Untuk menerjemahkan akte kelahiran dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia ini harus membawa : surat kelahiran asli dan fotokopi, fotokopi surat nikah orang tua, fotokopi iqamah orang tua, serta fotokopi paspor orang tua. Jadi saya sarankan anda membawa double dokumen yang diperlukan, yang satu untuk keperluan terjemahan akte lahir anak dan yang satunya lagi untuk keperluan pembuatan paspor anak.
2). Mengisi formulir permohonan pembuatan paspor baru. Kertas formulir bisa diambil di pintu masuk KJRI. 
3). Setelah syarat lengkap dan formulir telah diisi tinggal mengajukan ke petugas loket pengajuan pembuatan paspor. Petugas akan memeriksa kelengkapan syarat dan meminta bayaran pembuatan paspor. Paspor 24 halaman (paspor untuk 3 tahun seharga 40 Riyas Saudi). Setelah selesai, kita tinggal membawa anak kita ke ruangan foto disamping loket untuk diambil fotonya. 
4). Setelah pengambilan foto selesai, berarti langkah pembuatan paspor anak kita telah selesai. 
Oh ya, di loket pengajuan pembuatan paspor tadi kita akan di kasih nota bukti pembayaran pembuatan paspor yang berguna untuk pengambilan paspor jika sudah jadi, Paspor baru bisa diambil keesokan harinya jam 2 siang sampai jam 4:30 sore, atau selepas dhuhur sampai waktu asyar. 
 
Kalau paspor sudah di tangan kita, bisa kita pakai untuk pengurusan izin tinggal anak kita di Negara Arab Saudi ini alias membuat iqamah. Caranya dengan datang ke kantor imigrasi Saudi (Jawazat). Kalau iqamah sudah jadi anak kita sudah terdaftar resmi sebagai Warga Negara Asing yang legal numpang hidup di Saudi. Pembuatan iqamah anak setahuku gratis kok.. 
 

Kantor Terjemah Resmi Indonesia - Arab di Saudi

Pagi tadi karena mau ada keperluan menggunakan Akte Kelahiranku yang versi Bahara Arab, jadi harus aku terjemahkan dulu Akte Kelahiran Bahasa Indonesiaku ke dalam Bahasa Arab. Tempat penerjemah resmi yang ada di luar negeri biasanya di layani di kantor Kedutaan Indonesia ataupun di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di yang tersedia di negara yang kita tinggali. Karena aku bermukim di Mekkah, Arab Saudi, jadi aku menuju kantor KJRI di Jeddah. Biaya terjemah Akte Kelahiran Indonesia ke dalam versi Bahasa Arab dikenai biayai 110 Saudi Riyal (saat ini estimasi kurs 1 SR = Rp 3.200). Jika kita terjemahnya pagi, hasil terjemahan bisa di ambil pada hari yang sama setelah jam 2 siang.  
 
Syarat untuk terjemah Akte Kelahiran Indonesia ke dalam Bahasa Arab hanya membawa Akte Kelahiran yang asli serta fotokopi, dan membawa bukti identitas resmi kita (iqamah) asli dan fotokopi. Di Kantor Kedutaan Indonesia maupun Kantor KJRI wilayah Arab Saudi juga melayani terjemahan sebaliknya untuk pengurusan dokumen resmi, misal dari Bahasa Arab mau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Friday, November 7, 2014

Bakar Sate di Iskan

Daging kambing siap bakar
Semalam jam 8:30 sehabis shalat isya aku, suami dan anak-anak berangkat ke daerah Iskan (atau dikenal dengan nama daerah Iskan Bin Laden), masih wilayah Mekkah. Kami berencana mau bakar sate daging kambing di taman kecil yang ada disana. Bakar-bakar sate mengisi malam yang santai, malam liburan akhir pekan. Kami mengajak keluarga Pak Satri. Jam 10 malam dia beserta istri dan dua anaknya menyusul kami yang sudah berada di lokasi.

Saya dan Teh Yani (istri Pak Satri) bagian mengiris dan menusuk daging, suamiku dan Pak Satri bagian bakar-membakar. Anak-anak berkumpul bermain bersama, mereka sudah dibekali sepeda, bola dan dibuatkan tenda untuk bersenang-senang.

Malam ini indah sekali, malam tanggal 14 Muharram, jadi bulan sudah hampir penuh menghias langit. Udara musim dingin yang sejuk membuat kami betah berada di lingkungan terbuka seperti ini. Hanya makan nasi, sate kambing dan sambal kecap terasa nikmat tak tertandingi.

Di sekitar kami juga banyak orang yang membentuk kelompok - kelompok. Ada yang terdiri dari beberapa keluarga, atau bapak-bapak saja, atau para pemuda laki-laki. Antara kelompok yang satu dengan lainnya berjarak paling dekat 15-20 meter. Rata-rata mereka datang dengan membawa bekal makan malam dan tidak sedikit yang membawa pembakaran untuk nyate. Mereka bisa menikmati malam libur sampai menjelang pagi, sementara keluargaku dan keluarga Pak Satri pulang setelah hampir jam satu malam.

Thursday, November 6, 2014

Tanda WhatsApp Sudah di Baca

Gambar : situs resmi WhatsApp

Baru-baru ini aplikasi pesan instan WhatsApp minta di update (perbaharui), hasil dari pembaharuan ini ternyata ada fitur tambahan yaitu fitur read alias tanda bahwa WhatsApp kita sudah dibaca oleh penerima. Jadi lebih enak dong, ga kalah sama BBM (Blackberry Messenger) yang sudah punya fitur read sejak dulu kala.

Kalau dulu kan tanda WhatsApp cuma ada dua, centang sekali yang artinya pesan sampai ke server dan centang dua kali yang artinya pesan sampai ke nomor tujuan penerima, tapi belum tentu sudah dibaca oleh si penerima. Kita taunya pesan kita sudah dibaca atau belum hanya dari melihat catatan waktu kapan terakhir kali si penerima melihat atau membuka WhataAppnya. Nah, sejak pembaharuan yang sekarang ini, yang dahulu (dan sampai sekarang) centang satu dan dua itu berwarna abu-abu, sekarang jika pesan kita sudah di baca oleh penerima warna centang dua berubah warna menjadi berwarna biru. Yang baru tau pasti langsung ngecek warna centangnya. hehe.

Dan kalau ternyata WhatsAppmu sampai sekarang belum ada centang dua berwarna biru padahal kamu baru saja chatting sama temanmu, berarti aplikasi WhatsAppmu perlu di update! Oke? Atau jangan-jangan temanmu yang belum update WhatsAppnya ke yang baru? Karena fitur baru yang ditandai dengan tanda centang dua berwarna biru ini baru aktif apabila lawan chattingmu telah menggunakan aplikasi WhatsApp terbaru juga. Jadi anjurkan temanmu untuk update WhatsApp juga ya..


Tuesday, November 4, 2014

Sabar, Sabar, dan Sabar

Beberapa hari ini aku dan suami sering kualahan dengan kelakuan anak sulung kami yang usianya saat ini 5 tahun. Tiba-tiba dia menjadi kolokan, super manja, dan tingkat usil sama adiknya meningkat tajam alias bikin si adek nangisss terus.. Hheeeehh banget deh! Yang biasanya sudah bisa mandiri tetiba cuma mau pipis ke kamar mandi saja harus ditemani, ditungguin, dicuciin, dan kalau ga dituruti dia pipis di celana! Terus apa-apa minta dilayani Ummi dan Abi.. Ah ih uh! Ah ih uh! Cengeng tak terkira.

Ditanya baik-baik ada apa di sekolah, katanya happy-happy aja disana. Perlakuan di rumah sendiri juga ga ada beda seperti hari sebelumnya. Tapi kenapa jadi begini? Perasaan kita tetap perhatian kayak biasanya antara si adek dan si sulung. Kolokan, manja dan usilnya yang kelewatan itu malah suka bikin kita sebagai orang tua kehabisan kesabaran. Semakin diperhatikan, semakin menjadi-jadi. Akhirnya kami memarahinya. Sebal dengan kelakuannya.

Tadi pas anak sulung kami sekolah, suami kerja, dan si adek tidur, dirumah aku berkesempatan membuka iPad untuk browsing mengenai dunia parenting. Membaca dan belajar lagi bagaimana memahami kemauan anak-anak. Terus nemu tulisan ini.. Merasa di cambuk dan di tampar sebagai orang tua. Harusnya aku dan suami tidak boleh memarahi anak-anak kami secara berlebihan, tidak boleh menyakitinya baik secara verbal maupun fisik. Padahal semalam aku mencubit pahanya :(.
Copas dari ig @anakjugamanusia
Akhirnya tulisan itu aku kirim via WhatsApp ke hape suami, dan kami diskusi. Kamilah yang harusnya lebih sabar.., sabar.., dan sabar.. dalam menghadapi anak. Kami yang mengalah sama anak, kami yang harus mengerti anak. Karena anak belajar dari kami sebagai orang tuanya bagaimana cara kami memperlakukannya.

Mungkin kami harus belajar lagi bagaimana cara menjadi orang tua yang lebih bijaksana. Memberinya pengertian secara perlahan. Memperlakukannya dengan kelembutan. Mengajarinya dengan ketulusan. Lebih mau mendengarkan.

Anak-anak adalah amanah dan anugerah terindah dari Tuhan yang harus kita jaga sebaik mungkin.

*Maafkan Ummi dan Abi ya Shafwan serta Ziyad jika Ummi dan Abi masih suka lupa menahan diri dari rasa amarah.. Ingatkan Ummi dan Abi agar selalu sabar menghadapi Shafwan dan Ziyad. You are my everything, You are my love.

Wednesday, October 29, 2014

Antara Nafkah Istri dan Uang Belanja

Harta isteri adalah harta milik isteri, baik yang dimiliki sejak sebelum menikah, atau pun setelah menikah. Harta istri yang telah menikah yang terutama adalah dari suami dalam bentuk nafaqah (nafkah), selain juga mungkin bila isteri itu bekerja atau melakukan usaha yang bersifat bisnis. 

Khusus masalah nafkah, sebenarnya nafkah sendiri merupakan kewajiban suami dalam bentuk harta benda untuk diberikan kepada isteri. Segala kebutuhan hidup istri mulai dari makanan, pakaian dan tempat tinggal, menjadi tanggungan suami. Dengan adanya nafkah inilah kemudian seorang suami memiliki posisi qawam (pemimpin) bagi istrinya, sebagaimana firman Allah SWT:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa': 34)

Namun yang seringkali terjadi, sebagian kalangan beranggapan bahwa nafkah suami kepada istri adalah biaya kehidupan rumah tangga atau uang belanja saja. Pemandangan sehari-harinya adalah suami pulang membawa amplop gaji, lalu semua diserahkan kepada isterinya.

Cukup atau tidak cukup, pokoknya ya harus cukup. TInggallah si istri pusing tujuh keliling, bagaimana mengatur dan menyusun anggaran belanja rumah tangga. Kalau istri adalah orang yang hemat dan pandai mengatur pemasukan dan pengeluaran, suami tentu senang.

Yang celaka, kalau istri justru kacau balau dalam memanaje keuangan. Alih-alih mengatur keuangan, yang terjadi justru besar pasak dari pada tiang. Ujung-ujungnya, suami yang pusing tujuh keliling mendapati istrinya pandai membelanjakan uang, plus hobi mengambil kredit, aktif di arisan dan berbagai pemborosan lainnnya.

Padahal kalau kita kembalikan kepada aturan asalnya, yang namanya nafkah itu lebih merupakan ‘gaji’ atau honor dari seorang suami kepada istrinya. Sebagaimana ‘uang jajan’ yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya.

Adapun kebutuhan rumah tangga, baik untuk makan, pakaian, rumah, listrik, air, sampah dan semuanya, sebenarnya di luar dari nafkah suami kepada istri. Kewajiban mengeluarkan semua biaya itu bukan kewajiban istri, melainkan kewajiban suami.

Kalau suami menitipkan amanah kepada isterinya untuk membayarkan semua biaya itu, boleh-boleh saja. Tetapi tetap saja semua biaya itu belum bisa dikatakan sebagai nafkah buat istri. Sebab yang namanya nafkah buat isteri adalah harta yang sepenuhnya menjadi milik istri.

Kira-kira persis dengan nafkah di awal sebelum terjadinya akad nikah, yaitu mahar atau maskawin. Kita tahu bahwa sebuah pernikahan diawali dengan pemberian mahar atau maskawin. Dan kita tahu bahwa mahar itu setelah diserahkan akan menjadi sepenuhnya milik istri.

Suami sudah tidak boleh lagi meminta mahar itu, karena mahar itu statusnya sudah jadi milik istri. Kalau seandainya istri dengan murah hati lalu memberi sebagian atau seluruhnya harta mahar yang sudah 100% menjadi miliknya kepada suaminya, itu terserah kepada dirinya. Tapi yang harus dipastikan adalah bahwa mahar itu milik istri.

Sekarang bagaimana dengan nafkah buat istri?
Kalau kita mau sedikit cermat, sebenarnya dan pada hakikatnya, yang disebut dengan nafkah buat istri adalah harta yang sepenuhnya diberikan buat istri. Dan kalau sudah menjadi harta milik istri, maka istri tidak punya kewajiban untuk membiayai penyelenggaraanrumah tangga. Nafkah itu ‘bersih’ menjadi hak istri, di luar biaya makan, pakaian, bayar kontrakan rumah dan semua kebutuhan sebuah rumah tangga.

Mungkin Anda heran, kok segitunya ya? Kok matre’ banget sih konsep seorang istri dalam Islam? 
Jangan heran dulu, kalau kita selama ini melihat para isteri tidak menuntut nafkah ‘eksklusif’ yang menjadi haknya, jawabnya adalah karena para isteri di negeri kita ini umumnya telah dididik secara baik dan ditekankan untuk punya sifat qana’ah.

Saking mantabnya penanaman sifat qana’ah itu dalam pola pendidikan rumah tangga kita, sampai-sampai mereka, para isteri itu, justru tidak tahu hak-haknya. Sehingga mereka sama sekali tidak mengotak-atik hak-haknya.

Memandang fenomena ini, salah seorang murid di pengajian nyeletuk, “Wah, ustadz, kalau begitu hal ini perlu tetap kita rahasiakan. Jangan sampai istri-istri kita sampai tahu kalau mereka punya hak nafkah seperti itu.”

Yang lain menimpali, “Setuju stadz, kalau sampai istri-istri kita tahu bahwa mereka punya hak seperti itu, kita juga ntar yang repot nih ustadz. Jangan-jangan nanti mereka tidak mau masak, ngepel, nyapu, ngurus rumah dan lainnya, sebab mereka bilang bahwa itu kan tugas dan kewajiban suami. Wah bisa rusak nih kita-kita, ustadz.”

Yang lain lagi menambahi, “Benar ustadz, bini ane malahan sudah tahu tuh masalah ini. Itu semua kesalahan ane juga sih awalnya. Sebab bini ane tuh, ane suruh kuliah di Ma’had A-Hikmah di Jalan Bangka. Rupanya materi pelajarannya memang sama ame nyang ustadz bilang sekarang ini. Cuman bini ane emang nggak tiap hari sih begitu, kalo lagi angot doang.”

“Tapi kalo lagi angot, stadz, bah, ane jadi repot sendiri. Tuh bini kagak mao masak, ane juga nyang musti masak. Juga kagak mau nyuci baju, ya udah terpaksa ane yang nyuciin baju semua anggota keluarga.Wii, pokoknya ane jadi pusing sendiri karena punya bini ngarti syariah.”

Menjawab ‘keluhan’ para suami yang selama ini sudah terlanjur menikmati ketidak-tahuan para isteri atas hak-haknya, kami hanya mengatakan bahwa sebenarnya kita sebagai suami tidak perlu takut. Sebab aturan ini datangnya dari Allah juga. Tidak mungkin Allah berlaku berat sebelah.

Sebab Allah SWT selain menyebutkan tentang hak-hak seorang isteri atas nafkah ‘eksklusif’, juga menyebutkan tentang kewajiban seorang isteri kepada suami. Kewajiban untuk mentaati suami yang boleh dibilang bisa melebihi kewajibannya kepada orang tuanya sendiri.

Padahal kalau dipikir-pikir, seorang anak perempuan yang kita nikahi itu sejak kecil telah dibiayai oleh kedua orang tuanya. Pastilah orang tua itu sudah keluar biaya besar sampai anak perawannya siap dinikahi. Lalu tiba-tiba kita kita datang melamar si anak perawan itu begitu saja, bahkan kadang mas kawinnya cuma seperangkat alat sholat tidak lebih dari nilai seratus ribu perak.

Sudah begitu, dia diwajibkan mengerjakan semua pekerjaan kasar layaknya seorang pembantu rumah tangga, mulai dari shubuh sudah bangun dan memulai semua kegiatan, urusan anak-anak kita serahkan kepada mereka semua, sampai urusan genteng bocor. Sudah capek kerja seharian, eh malamnya masih pula ‘dipakai’ oleh para suaminya.

Jadi sebenarnya wajar dan masuk akal kalau untuk para isteri ada nafkah ‘eksklusif’ di mana mereka dapat hak atas ‘honor’ atau gaji dari semua jasa yang sudah mereka lakukan sehari-hari, di mana uang itu memang sepenuhnya milik isteri. Suami tidak bisa meminta dari uang itu untuk bayar listrik, kontrakan, uang sekolah anak, atau keperluan lainnya.

Dan kalau isteri itu pandai menabung, anggaplah tiap bulan isteri menerima ‘gaji’ sebesar Rp 1 juta yang utuh tidak diotak-atik, maka pada usia 20 tahun perkawinan, isteri sudah punya harta yang lumayan 20 x 12 = 240 juta rupiah. Lumayan kan?

Nah hartai tu milik isteri 100%, karena itu adalah nafkah dari suami. Kalau suami meninggal dunia dan ada pembagian harta warisan, harta itu tidak boleh ikut dibagi waris. Karena harta itu bukan harta milik suami, tapi harta milik isteri sepenuhnya. Bahkan isteri malah mendapat bagian harta dari milik almarhum suaminya lewat pembagian waris. (eramuslim.com; FB Khusus Muslimah)

Tuesday, October 28, 2014

Ziarah ke Masjid Wadi Mahram, Thaif

Masjid Wadi Mahram disebut juga Miqat Qarn Manazil yang berada di Thaif, Saudi Arabia. Masjid ini terletak sekitar 76 km dari Masjidil Haram, pada jalan antara Mekkah - Thaif melalui jalur Hada

Ada kisah menarik dari Qarn Manazil, yaitu kisah pertemuah Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril, tahun ke-10 kenabiannya (619 M), pada saat Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas perlakuan penduduk Thaif. Bukhari meriwayatkan : ketika Nabi sampai di Qarn al-Manazil, Jibril datang kepada beliau dan mengatakan kepada beliau :"Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan dan penolakan kaummu itu atasmu. Dan Allah telah mengutus kepadamu Malaikat Penjaga Gunung agar kamu dapat memerintahnya sesuai keinginanmu untuk membalas mereka". Tetapi Nabi Muhammad SAW tidak membalas perlakuan penduduk Thaif dengan perlakuan buruk pula, Nabi berdoa :"Aku malah mengharap agar Allah SWT menjadikan anak cucu mereka orang yang menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, dan ridak mensekutukan-Nya dengan sesuatu". (Sumber buku : Sejarah Mekah, DR. M. Ilyas Abdul Ghani).


Masjid Wadi Mahram,Thaif, Saudi Arabia
*Catatan jalan-jalan ke Thaif, Januari 2012. Copas dari akun facebookku. Keluargaku bersama keluarga Yani dan Telly.

Ziarah ke Masjid Tak Bernama, Bekas Kebun Anggur, Thaif

Sejarah : Pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabiannya, Nabi Muhammad SAW bersama anak angkatnya, Zaid bin Haritsah pergi ke Thaif untuk berdakwah. Tetapi, penduduk Thaif menolak kehadirannya, mencaci dan melemparinya dengan batu hingga Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah mengalami luka-luka dan berdarah. Kemudian Nabi dan Zaid berlindung di kebun anggur. Beliau menghampiri sebuah pohon anggur lalu duduk-duduk dan berteduh di bawah naungannya menghadap ke kebun, kemudian beliau berdoa. Doa yang menggambarkan betapa hati beliau dipenuhi rasa getir dan sedih terhadap apa yang diterimanya dan sikap keras penduduk Thaif yang tidak mau beriman kepadanya.

Kemudian, datanglah budak dari pemilik kebun anggur yang bernama Addas untuk memberikan setangkai Anggur kepada Nabi dan Zaid. Tatkala dia menaruhnya di hadapan Rasulullah, beliau mengulurkan tangannya untuk mengambilnya dengan membaca "Bismillah", lalu memakannya.
Addas berkata : " Sesungguhnya ucapan itu tidak biasa diucapkan oleh penduduk di negeri ini."
Rasulullah bertanya : "Kamu berasal dari mana dan apa agamamu?"
Addas : "Aku seorang Nasrani dari penduduk Niwana"
Rasulullah : "Dari negeri seorang pria shalih bernama Yunus Bin Matta?"
Addas : "Apa yang kamu ketahui tentang Yunus Bin Matta?"
Rasulullah :"Beliau adalah saudaraku. Dia seorang Nabi, demikian pula dengan diriku."
Addas langsung merengkuh kepala Rasulullah SAW, kedua tangan dan kedua kakinya untuk diciumi. Addas orang pertama di Thaif yang memeluk agama Islam.

Di tempat Rasulullah SAW berteduh di kebun anggur itu sekarang telah di buat sebuah masjid yang tidak di ketahui namanya. Masjid itu juga beberapa kali pernah dibakar. Sebagian balok kayu pada atap dan kusen pintunya telah menjadi arang hitam karena terbakar.
(Sumber Buku : Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir)

Penampakan Masjid dan Bagian Kayu Kusen Bekas di Bakar (tengah atas)

*Catatan jalan-jalan wisata sejarah ke Thaif bersama keluargaku serta teman-teman (Amani dan suami, Taqi, Khairil, Yusroh, Neneng) pada bulan Mei 2012, repost dari akun facebookku.

Ziarah Ke Masjid Ibn Abbas, Thaif

Abdullah bin Abbas ra, beliau salah satu sahabat Nabi SAW yang amat di cintai oleh Rasulullah SAW. Abdullah Ibnu Abbas ra, lebih terkenal dengan sebutan "Ibn Abbas ra’’.

Nabi Muhammad SAW dua kali datang di Thaif dalam rangka berdakwah. Pertama pada waktu beliau mengajak dan mencari suaka politik di Thaif karena orang kafir Makkah memusuhinya. Tetapi, penduduk Thaif menolak, bahkan mencaci dan melemparinya dengan batu, hingga kaki Nabi Muhammad SAW berdarah-darah. Tetapi, kondisi itu tidak membuat Nabi SAW menyesal atau dendam kepada mereka. Malahan beliau mendo’akan orang-orang yang menyakitinya agar Allah SWT memberikan hidayah. Karena memang penduduk Thaif yang memusuhinya kondisinya masih jahiliyyah alias tidak mengerti.

Berikutnya, Nabi Saw dan Abu Bakar, Umar, Ali Ibn Abi Thalib ra untuk membebaskan kota Thaif. Nabi Saw dengan beberapa sahabat lain mengajak Bani Tsaqif untuk memeluk islam setelah perang Hunain. Di Thaif terjadi peperangan, 11 sahabat Nabi Saw gugur menjadi sahid. Mereka di makamkan di Thaif (makam para suhada), dimana dekat tempat itu sekarang di bangun Masjid Besar.
Ketika berkunjung ke Thaif tidak lepas dari kisah Ibnu Abbas ra. Dimana beliau pernah berwasiat agar kelak kalau meninggal di makamkan di Thaif bersama para syuhada. Alasannya sangat sederhana, beliau merasa tidak pantas di Makkah, sebab Makkah adalah tanah suci, sementara dirinya merasa banyak dosanya. Sungguh mulia Abdullah bin Abbas ra. Seorang sahabat sejati yang mencintai Nabi Saw dan dicintai Nabi. Thaif menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Masjid besar yang dibangun di Thaif dinamakan dengan Masjid Abdullah Ibn Abbas. Di bangun pada tahun 592 H. Dinamakan Masjid Ibn Abbas, karena tempatnya disamping Makam Ibn Abbas. Makam Ibn Abbas terletak di depan tempat sholat wanita sekarang. Ada juga seorang tokoh besar yang bernama Imam Muhammad bin Al-Hanafiyah bin Ali Ibn Abi Thalib.

Jadi berkunjung ke-Thaif tidak hanya sekedar rekreasi. Lebih dari meneladani kecerdasan Abdullah Ibn Abbas dan kegigihan dan keberanian 11 para sababat Nabi yang membela Islam. Semoga, ketika berada di Makkah tidak hanya menikmati indahnya kota Thaif, lebih dari itu berziarah kepada Abdullah bin Abbas, sekaligus tahiyyatul masjid di Masjid Ibn Abbas ra. (Sumber: wisatahaji.com)

Masjid Ibn Abbas, Thaif, Saudi Arabia

*Catatan jalan-jalan wisata sejarah ke Thaif  keluargaku bersama teman-teman (Amani dan suami, Taqi, Khairil, Yusroh, Neneng) pada bulan Mei 2012, repost dari akun facebookku.

Friday, October 24, 2014

Taman Masjid Aisyah

Pagi ini jam 7 kami berangkat ke taman di samping Masjid Aisyah kota Tan'm (Tanaeem, Tan'eem), Mekkah. Masjid Aisyah adalah masjid miqat bagi warga dalam kota suci Mekkah dan atau bagi orang berdiam beberapa hari di dalam kota suci Mekkah yang mau melaksanakan ibadah umrah dan atau haji. Masjid Aisyah ini berada beberapa meter diluar garis batas tanah suci Mekkah. Masjid Aisyah didedikasikan untuk istri terakhir Nabi Muhammad SAW.

Kami tadi pagi kesana menghadiri undangan dari teman, keluarga Ustadz Atiq, yang mengajak kami sarapan bubur ayam buatan istrinya di taman itu. Selain keluarga saya, ada juga keluarga Bapak Hakim yang datang. Kami mau sarapan pagi sekalian berjemur dan menikmati udara segar menjelang musim dingin di hari libur, sekalian ajang silaturahmi dan anak-anak jadi ketemu temannya untuk bermain bersama.
Taman dan Masjid Aisyah, Tan'im.
Tugu Batas Tanah Suci Mekkah Samping Masjid Aisyah

Monday, October 20, 2014

Butuh Refreshing

Sudah tiga harian nih badan uring-uringan rasanya. Terasa lelah, capek, pegel-pegel, ngantukan, malesan. Pengen pijat dan sudah menghubungi tukang pijat langganan, tapi dia lagi banyak kerjaan, belum bisa sekarang-sekarang. Tubuh ini butuh refreshing, pengen liburan, ke luar kota... Ngajakin suami nginep di Thaif akhir pekan ini. Menghirup udara dingin dan segar disana. Semoga tidak ada halangan dan aral melintang.

Friday, October 17, 2014

F-12, Ray Zahir

Selain jamaah haji asal kampung halamanku di Belitang sono, kami juga kedatangan tamu saudara dari pihak Jawa Tengah, keluarga suami. Namanya Ibu Sunarti. Dia tinggal di pemondokan/hotel No. F-12 daerah Ray Zahir, Hujun.

Kami sudah beberapa kali menemuinya. Sudah mengajaknya jalan-jalan ke Museum Kiswah juga pada hari Minggu, 12 Oktober 2014. Habis dari Museum Kiswah kami makan malam di Restoran Indonesia, Al-Damanhuri. Sejak dari rumah aku sudah menyiapkan ikan goreng kemudian dibuat sambel cabe hijau buat lauk makan di pemondokannya nanti.

Kemarin pagi kami juga kesana, ngirim lauk pauk tahu, tempe dan telur dadar serta sayur lodeh. Dan hari ini tadi kesana juga ngirim bubur kacang hijau, ayam kecap serta tumis buncis wortel.

Monday, October 13, 2014

Menjelang Perpisahan

Rabu, 08 Oktober 2014, sekitar jam 9 malam kami menemui Pak Sholihin dan suaminya Mbak Yun di hotel hajinya di daerah Shisyah D-10 untuk memberikan dua paket alquran yang akan kami titipkan sebagai wakaf di masjid mereka. Aku datang dengan membawa lauk semur ayam, biar bisa mereka jadikan lauk makan esok pagi.
Kami juga ngajak janjian buat jalan - jalan keesokan harinya setelah shalat asyar ke Museum Kiswah, Hudaibiyah.

Kamis, 09 Oktober 2014
Jam 04.16 sore tepat setelah selesai shalat asyar di Masjid Pak Solihin nelpon ke hapeku. Dia memberi tahu bahwa mereka sudah siap. Tapi suamiku masih nyuci mobil, dan anak-anak masih tidur siang, jadi kami agak telat dari janji. Jam setengah 5 lebih kami baru berangkat menjemput mereka. Diperjalanan di terpa hujan, Alhamdulillah Mekkah hujan lagi..
Jam 5 sore kami semua sudah siap di dalam mobil menuju Hudaibiyah mau Museum Kiswah. Jok belakang sedan Camry kami diisi 4 orang, Pak Solihin dan istri serta Mbak Yun dan suami.
Setelah mengunjungi Museum Kiswah, kami menuju peternakan unta yang letaknya tidak jauh dari sana, tapi ternyata peternakan unta masih diasingkan karena isu virus MERS beberapa bulan terakhir, jadi tak kami temui unta-unta itu ditempat biasanya.

Kami kemudian shalat maghrib di masjid yang baru di bangun di perbatasan Hudaybiah, dekat dengan Masjid kecil dan sumur bersejarah "Perjanjian Hudaybiah" pada masa Rasulullah.

Selesai shalat maghrib, dalam perjalanan, suamiku mampir ke Restoran Turki membeli paket nasi kebab di bungkus. Kami awalnya akan mkan malam di halaman masjid Musdalifah, tapi ternyata sesampai disana sekitar Masjid masih sepi, belum ramai dikunjungi masyarakat. Biasanya malam Jumat, malam libur seperti ini halaman masjid Musdalifah ramai pengunjung, mungkin karena hajian baru saja selesai jadi masyarakat masih enggan mengunjungi, dan memang masih banyak sampah disana-sini.

Akhirnya kami memutuskan pindah tempat, menuju taman Aziziah yang dekat dengan Arafah. Disana ramai pengunjung, kami menggelar tikar dan siap menyantap menu kebab makan malam kami. Selesai makan anak-anak bermain dan kami mengobrol. Jam 10 malam baru pulang, setelah mengantar Pak Solihin dan teman-temannya pulang kembali kehotelnya, kami menuju rumah kami.

Malam ini sejak dirumah tadi aku sudah menyiapkan telur balado yang akan aku kasihkan ke mereka. Buat bekal lauk pauk esok pagi lagi. Serta memberikan sepaket alquran wakaf lagi untuk saudara Pak Solihin.

Jumat, 10 Oktober 2014, sekitar jam 8 an malam kami ke hotel Pak Solihin lagi. Kali ini selain mau menemui Pak Solihin dam Mbak Yun untuk memberikan oleh-oleh dan juga titipin untuk orang tua di kampung, kami juga mau menemui Pak Pendi. Kami semua ngobrol dan berkumpul di lobi hotel. Aku memberikan oleh-oleh kurma dan coklat batu untuk mereka, juga foto-foto kami waktu jalan-jalan ke museum Kiswah kemarin. Aku nitip oleh - oleh buat orang tuaku di kampung dan buat dua ponakanku, juga buat tetangga di rumah baruku, Mbak Elfi yang memesan obat gatal Elocon.

Jam setengah 10 malam kami pamitan pulang. Sekalian pamitan juga, siapa tau ga sempat ketemu lagi, karena hari Rabu, tgl 14 Oktober 2014 mereka semua akan terbang kembali ke tanah air.

***
Rasa sedikit sedih dan kehilangan sudah aku rasakan sejak Sabtu pagi, 11 Oktober 2014. Pagi ini suamiku kembali beraktivitas dikerjaan setelah dua minggu libur musim haji. Kesepian. Dua minggu ditungguin teru-terusan, sekarang di tinggal kerja lagi rasanya jadi berbeda. Sempat nangis karena jadi kesepian, peralihan dari dua minggu terus-menerus bersama sekarang di tinggal kerja lagi. Padahal kerjanya juga pagi berangkat sore pulang. Emang melow dan manja banget aku nih!

Suasana seperti ini menambah parah rasa galau karena mau ditinggal keluarga Pak Solihin dan Mbak Yun kembali ke tanah air. Walaupun aku baru kenal mereka disini tapi rasa persaudaraan erat sekali. Bertemu jamaah haji asal kampung halaman memang terasa istimewa sekali, mengobati rasa kangen dengan kampung halaman sendiri. Kalau mau ditinggal gini, sedih juga rasanya. Kehilangan. Perpisahan selalu menyedihkan.

Hari ini, Senin, 13 Oktober 2014. Jam 1:30 siang aku smsan dengan Mbak Yun menanyakan kabar dia dan lainnya di hotel, sekalian menanyakan kapan berangkat ke Jeddah untuk terbang ke tanah air. Dia bilang besok selasa sudah mulai thawaf wada, dan Rabu sekitar jam 9 malam baru berangkat ke Jeddah. Kamis Insyaallah pada sampai Palembang. Semoga sebelum mereka berangkat ke Jeddah kami bisa menemui mereka lagi di hotel. Salam perpisahan disini, di Kota suci,  untuk bertemu kembali nanti saat kami mudik ke tanah air tercinta.

Saturday, October 4, 2014

Iedul Adha 1435 H

Lebaran idul adha tahun ini jatuh pada hari Sabtu, 04 Oktober 2014. Tadi jam 6:15 pagi aku dan anak-anak berangkat ke Masjid dekat rumah untuk mengikuti shalat ied disana. Kami hanya bertiga saja, soalnya Abinya mereka ikut melaksanakan ibadah haji dan belum pulang. Tadi waktu aku WhatsApp dia bilang baru selesai thawaf haji di Masjidil Haram, pulang ke rumah sekalian habis shalat ied disana.

Ini kali pertamaku hanya shalat ied di Masjid dekat rumah dengan anak-anak saja. Selama tinggal di Mekkah, biasanya kami shalat ied di Masjidil Haram sekeluarga. Tadinya aku dan anak-anak waktu keluar rumah menuju lapangan depan Sukhijjaz karena biasanya disana dipakai untuk shalat ied bersama juga, tapi ternyata tahun ini ga ada. Jadi kami jalan balik arah lagi menuju masjid.

Selamat idul adha 1435H semuanya...
Salam dari Mekkah..

Friday, October 3, 2014

Ulang Tahun Mas

02 Oktober tahun ini anakku yang pertama genap usia 5 tahun.. Ya Allah..suka ga kerasa aja tiba-tiba sudah punya anak usia segede itu.. Aku sama suami kadang suka takjub sama kehidupan ini.. "Beb, kayaknya baru kemarin ya kita masih berdua dirumah, kemana-mana gandengan berdua, aku hamil, eh kok ternyata itu sudah 5 tahun yang lalu ya..."

Roda kehidupan memang terasa sangat cepat berjalan.. Tak terasa anakku yang pertama, yang dulu proses kehamilan dan kelahirannya masih sangat jelas aku ingat, anakku kini sudah lepas masa balita, memasuki usia anak-anak..

Ulang tahun kali ini seperti biasanya, kami rayakan sekeluarga dengan tiup lilin dan potong kue. Bergembira bersama.

Mas Shafwan sayang... Jadi anak yang sholeh ya, Nak.. Ummi dan Abi selalu mendoakan yang baik - baik buat kehidupanmu dan kehidupan kita. Jadilah anak yang membanggakan Ummi dan Abi, serta semuanya.. Jadi Mas yang bisa melindungi Adik Ziyad dan calon adik-adiknya nanti.. Kami sayang dan cintaaaa banget sama Mas.. I love you, Nak..

Thursday, October 2, 2014

Tamu Hajian 2014

Hajian tahun 2015 ini kami kedatangan tamu dari kampung sebelah di Indonesia, namanya Pak Solihin orang Sumber Sari. Aslinya Pak Solihin berasal dari Sumber Jaya juga, sekampung denganku, bahkan rumah orang tuanya dan rumah baruku hanya berjarak 2 rumah. Jadi kami tetanggaan. Pak Solihin ini Bapaknya teman SDku, nama anaknya Taufik.

Pas sudah sampai di Mekkah, Pak Solihin menghubungi kami. Dia memberikan oleh-oleh dan titipan dari Mbak Elfi, tetanggaku dikampung.

Moment-moment musim haji begini memang kami tunggu dengan senang hati, dimana banyak tamu - tamu Allah yang datang ke tanah suci dan yang lebih menggembirakan kami jadi kedatangan sanak keluarga dan tetangga yang dari kampung. Akan sangat membahagiakan jika bisa menjamu mereka selama di tanah suci.

Pak Solihin dan istrinya satu rombongan ada 12 orang, mereka tinggal di sebuah hotel di daerah Shisyah. Hotelnya memang bagus, tapi tanpa katering (seperti biasa jamaah pemerintah) dan tidak boleh ada kompor di kamar juga tidak disediakan dapur. Jadi untuk urusan masak hanya bisa mengandalkan magic jar.

Alhamdulillah atas izin Allah, aku jadi dengan senang hati berinisiatif memasakkan untuk Pak Solihin dan teman-temannya.

Menu yang aku buat sebagai berikut:
Jumat, 26-09-2014 :
1. nasi box paket nasi, tumis buncis wortel sosis, ikan goreng dan tempe goreng.
2. Sayur labu siam santan dan semur ayam.

Sabtu, 27-09-2014
Kali ini aku ga buatkan nasi box lagi, jadi aku kirim prasmanan sesuai ide suami :
1. Nasi
2. Sup sayuran plus bakso
3. Urap kacang panjang, bayam, kecambah
4. Telur dadar, tahu dan tempe goreng
5. Sambal tomat

Minggu, 28-09-2014
1. Nasi
2. Tumis pare pahit plus teri
3. Ikan goreng kemudian di sambel cabe hijau
4. Ayam goreng
5. Sambel terasi
6. Lalap mentimun
7. Bubur kacang hijau

Senin, 29-09-2014
1. Nasi
2. Tumis kangkung
3. Sayur lodeh
4. Balado telur
5. Bakwan jagung

Selasa, 30-09-2014
1. Nasi
2. Tumis kacang panjang
3. Sayur asem
4. Udang asam manis
5. Tahu goreng

Kiriman ini aku buat dikira-kira cukup untuk makan 12 orang bahkan lebih biar bisa cukup buat menu seharian. Jadi Pak Solihin dan teman-temannya ga perlu repot mikir makan lagi..

Untuk hari Rabu aku ga bisa ngirim, aku malamnya ngomong sama Pak Solihin, soalnya sebagian jalan menuju hotelnya sudah di blok, persiapan hari Mina pada hari Kamis dan hari Arafah pada hari Jumat. Kebayang macetnya jalanan arah kesana.

Aku tiap hari masak banyak itu hanya sendirian kadang minta bantuan suami. Rahasianya biar cepat, jadi kalau malam habis belanja, sayuran yang mau di masak esok pagi langsung dipotong - potong dan dicuci bersih sebelum dimasukkan ke kulkas. Untuk ayam atau apapun yang mau di goreng malam dibuatkan bumbu, habis dibumbui bungkus plastik masukkan ke kulkas. Bumbu lainnya juga sudah disiapkan sejak malam. Jadi pagi hari bangun tidur tinggal masak memasak. Kurang lebih 2 jam sudah siap antar. Biasanya kami antar makanan setiap jam 7 pagi.

Senangnya hatiku bisa menjamu tetangga yang sedang berhaji.. Semoga mereka menjadi haji yang mabrur, ikatan tali silaturahim kami jadi naik, dari sekedar tetangga bisa menjadi saudara..

Aku melakukan semuanya ikhlas lillahi taala, dan ditulis seperti ini bukan untuk pamer, tapi biar suatu hari nanti, entah berapa tahun ke depan aku bisa membacanya dan mengingat kembali.

Semoga setelah Pak Solihin dan teman-temannya selesai melaksanakan wajib haji di Arafah - Mina - Musdalifah, kalau mereka sudah di hotel lagi sambil menunggu jadwal kepulangannya ke Indonesia aku bisa kembali mengirim mereka menu makanan setiap hari. InsyaAllah..

Sunday, September 7, 2014

Selamat Jalan, Pakde

Tadi jam 11:38 hampir tengah malam hapeku berdering, tetapi tak kuhiraukan. Aku sudah terlelap bersama anak-anak. Suamiku yang belum tidur kemudian mengangkatnya. Selesai menerima telepon Suami membisikkan kalimat dikupingku "Pakde Waris meningal dunia", aku hanya menjawab innalillahiwainnailaihirojiun..

Rupanya yang tadi nelepon adalah Bapakku di kampung halaman. Kata Bapak, Pakde meninggal dunia sekitar jam 2 malam WIB. Pakde memang sudah lama sakit, dia punya darah tinggi dan sebagian tubuhnya sudah stroke.

Selamat jalan, Pakde Waris.. Semoga mendapat tempat yang indah di sisi Allah swt.. (06-09-2014)

Tuesday, September 2, 2014

Syarat Masuk Sekolah TK di Arab Saudi

Hari ini aku kembali mengantarkan si sulung ke calon sekolah taman kanak-kanaknya (TK) atau yang dalam bahasa Arab disebut Tamhidi. Aku sekalian mau masukkin persyaratan berkas-berkasnya yang sudah aku minta dari kepala sekolah (Mudiroh) kemarin.

Persyaratan masuk TK/Tamhidi di Rehab Al-Mubdeen Kindergartens Schools adalah :

1. 8 lembar paspoto anak
2. Fotokopi Residence Permit (iqamah/KTP Saudi)
3. Fotokopi akte kelahiran
4. Fotokopi kartu keluarga
5. Fotokopi sertifikat imunisasi/vaksinasi
6. Fotokopi passport
7. Hasil medical check-up
8. Formulir pendaftaran yang sudah diisi
9. Surat pernyataan orang tua dan data anak (tinggal isi disekolah)
10. Uang pembayaran semester pertama

Lumayan banyak ya persyaratannya.. Tapi emang begitulah...

Tadi waktu aku posting di fesbukku tentang ini ada teman yang bertanya "Kok ada medical check-up juga? Gimana itu?" Yup! Jadi kemarin pas kesana pertama aku sama Mudiroh di kasih surat lembaran pengantar medical check-up (tes kesehatan) ke rumah sakit. Ya sudah, semalam aku bawa anak dan surat pengantar itu ke dokter spesialis anak di rumah sakit, dokter anak disini sudah paham kok. Dokter melihat kesempurnaan fisik anak, tes ketanggapan dan warna, denyut jantung, panas, berat badan, tinggi badan, dan lainnya yang tertera dalam form.

Surat pernyataan orang tua dan data anak isinya tentang orang tua kerjaannya apa, perilaku si anak di rumah aktif/pendiam/pemalu/hiperaktif, ada alergi makanan atau ga, punya penyakit kulit atau ga, dirumah di asuh siapa, dan lain-lain.. Njlimet!

Fotokopi sertifikat imunisasi/vaksinasi anak selama usia 0 - 2 tahun harus dicantumkan. Makanya harus imunisasi lengkap kalau di Saudi.

Oh ya, sekolah disini bayarnya sekalian persemester, bukan bulanan. Di Rehab Al-Mubdeen Kindergartens Schools bayar persemester 3.500 riyal ( 1 riyal = Rp 3.000,-). Lumayan juga ya.. Ini anakku emang di TK swasta, kalau TK pemerintah (negeri) sih gratis. Kemarin aku mencoba daftar di TK negeri dan ternyata sudah full.. Katanya pendaftaran sudah tutup sejak 6 bulan sebelum masuk tahun ajaran baru, kalau mau sekarang masukkin aja di waiting list untuk dimasukkan sekolah tahun depan. Ye...anaknya tahun depan sudah ga TK lagi sudah masuk usia anak SD..

Ya sudahlah, akhirnya tadi pagi memantapkan hati memasukkan berkas pendaftaran ke Rehab Al-Mubdeen Kindergartens Schools. Fix si sulung sekolah disana saja. Jarak sekolah dengan rumah kalau dilihat dari google maps sekitar 1,6 KM.

Sunday, August 24, 2014

Nengok Baby Harist

Waktu pada ngumpul acara bakar sate (Baca : Sate Ambal di Bukit Iskan Bin Laden) aku, Yani dan Ida berencana buat negokin bayinya Teh Annisa yang baru melahirkan sekitar dua minggu yang lalu. Dalam hal ini, Ida bagian menghubungi dan membuat janji dengan Teh Annisa. Meteka sepakat malam minggu habis isya waktu buat kami bertamu.

Malam minggu itu kami jadi bertamu. Disana juga ada tamu lainnya, keluarga Ibu Sumayyah dari Madinah. Alhamdulillah punya kenalan baru dari Madinah, jadi nanti kalau ziarah ke Madinah ada teman untuk silaturahim.

Pasangan Teh Annisa dan Ustadz Hamidin baru dikarunia anak lelaki yang di beri nama Harist. Ini anak keempat mereka, cowok satu-satunya setelah 3 kakaknya perempuan semua.

Saturday, August 23, 2014

Cuaca Memanas Lagi

Sekarang ini sudah jam 10:33 malam, tapi suhu udara luar yang ditunjukkan thermometer dalam mobil masih bertahan di 38 derajat Celsius. Malam yang panas. Aku duduk di jok mobil yang dibuat setengah tiduran, menyantaikan diri. Menunggu anak-anak yang sedang ditemani Abinya mainan lompat - lompatan di pasar malam (Mahrojan) daerah Kakiah.

Aku memilih masuk ke dalam mobil dan menyalakan AC daripada ikut keluar. Tadi sudah ikut keluar sebentar dan aku ga kuat dengan hawanya. Semromong kalau orang Jawa yang bilang. Bikin gerah. Apalagi aku lagi hamil begini, paling ga tahan sama yang panas - panas.

Sate Ambal di Bukit Iskan Bin Laden

Malam libur kali ini aku dan suami ngajakin beberapa teman buat bebakaran sate di Bukit Iskan Bin Laden (Iyaa..ini daerah kekuasaan perusahaan Bin Laden yang terkenal itu..:)) Di daerah yang masih dalam kota Mekkah ini lokasinya masih di kapling-kapling untuk calon perumahan yang belum di bangun. Tanahnya amat sangat lapang dan lebar serta posisinya lebih tinggi daripada daerah sekitarnya, jadi kalau buat nongkrong di malam hari asyik banget, kita bisa menikmati indahnya sorotan lampu - lampu kota Mekkah. Tempat ini memang dijadikan tempat berkumpul dan nongkrong, apalagi kalau malam libur,  wuihh tiap perempatannya sudah banyak di blok oleh kumpulan beberapa orang. 

Malam ini, aku ngundang keluarga Teh Yani dan Mbak Ida, dan ada juga dua orang "bujangan" teman suami. Bujangannya dalam tanda kutip karena sebenarnya mereka bukan bujangan asli, tapi pada tinggal sendiri disini alias anak dan istrinya pada di Indonesia :). 

Aku dari rumah sudah menyiapkan sate ayam siap bakar, bumbu tempe khas sate Ambal, sambel kecap dan sup ayam. Mbak Ida yang bawa lontong dan kerupuk. 

Kita sampai dilokasi sekitar jam 9 malam, bapak-bapak bagian bakar - membakar, ibu-ibu bagian duduk manis sambil menunggu sate siap santap. Anak-anak mah teteeep bagian bermain - main..
Jam 12 malam kita sudah selesai makan dan sudah cukup ngobrol - ngobrolnya, terus pada pulang..

Saturday, August 16, 2014

Tas Jacqueline Riu

Sebenarnya Jumat sore tadi rencana keluarga kami mau bermain ke Pantai Laut Merah yang ada masjid terapungnya di Obhur, Jeddah, tetapi karena aku dan anak-anak 'kengantukan' jadi gagal acara. Aku dan anak-anak malah moloor...

Akhirnya jam 9 malam setelah shalat isya kami baru keluar. Pertama menjemput Om Ari dan temannya. Suami ada acara makan malam bersama mereka di Warteg Pekalongan, Zahir. Kami bertiga 'ngintil' aja ikut makan malam bersama mereka.

Setelah selesai makan malam dan mengembalikan Om Ari beserta temannya ke asrama lagi, kami menuju Souq Hijjaz (Al Hijjaz Plaza). Nge-mall dulu.. Anak-anak nyewa motor matic mini, aku ditemani suami windows shopping. Aku pengen beli tas. Sesion habis lebaran begini biasanya banyak toko dan butik yang mendiskon barang dagangannya. Aku mah belinya habis lebaran aja, biar dapat harga diskonan. Mayanlaah..

Anak-anak mengikuti kami jalan-jalan dengan naik motor matic sewaannya di belakang kami. Kemudian aku mengajak suami mampir ke butik Jacqueline Riu. Setelah lihat-melihat dan pilih-memilih koleksinya, aku jatuh cinta pada sebuah tas berwarna cokelat. Aku minta pendapat suami tentang bagus atau ga'nya, dan dia oke-oke saja. Bayar deh! Harganya setelah di diskon 30% jadi 137 SR (1 Saudi Riyal sekitar Rp. 3.000,-). Ga mahal - mahal bangetlah..

Setelah dapat yang aku mau, aku dan suami duduk-duduk di bangku yang disediakan didalam mall sambil ngobrol dan memperhatikan anak-anak yang masih senang muter-muter naik motor matic mini, juga sembari menunggu waktu sewa habis. Setelah mengembalikan motor matic sewaan, kami menuju lantai dasar. Di lantai dasar anak-anak membeli jajan kesukaannya dulu, jelly dan permen karet. Kami duduk lagi di lantai dasar di area playground sambil menunggu anak-anak menghabiskan jajanan.

Jam 12 malam lewat dikit baru kami pulang kerumah. Sampai rumah isi tas lama dipindahkan ke tas baru,  kemudian tas lama langsung di cuci, besok kalau sudah kering terus di bungkus dan disimpan bareng yang lainnya biar tetap bersih dan bagus. Ntar kalau pengen ganti pakai tinggal ambil yang di mau. Sekarang pasti mau pakai yang baru dulu doong.. :)

Aah.. Hatiku senang dapat tas baru.. Koleksi tasku bertambah lagi.. Terimakasih my best bojo.. I love you banget pokoknya..

Tas Jacqueline Riu

Friday, August 15, 2014

Silaturahim ke Rumah Adek Fadhilah

Malam ini habis isya kami sudah ada janji silaturahim ke rumah teman, Khalid & Miftah di daerah Misfalah. Sebelum berangkat kesana tadi, teman kami lainnya, Satri & Yani serta dua anaknya nelpon ngajak ketemuan. Ya sudah, kami ajakin aja ke rumah Miftah sekalian, biar silaturahim kesananya jadi ramean. Sekitar jam 10 malam kami dua keluarga sampai ke rumah Miftah.

Para orangtua tua asyik ngobrol sendiri, anak-anak juga asyik bermain. Ada Fadhilah anaknya Miftah yang baru berusia 2 tahun cantik dan lucu sekali. Anak-anak senang ketemu teman-temannya.

Acara berkumpul diselingi makan malam dengan menu soto ayam lengkap, lontong, nasi, ikan dan udang goreng serta sambelnya. Miftah kayaknya masak spesial dan telah berepot - repot ria nih.. :)

Selesai makan kami ngobrol lagi. Anak-anak juga semakin asyik bermain. Jam 1 malam kami pamitan pulang.

Diperjalanan pulang, Shafwan yang memang pengen punya adik perempuan ngomong "Ummi.. Mas pengen punya adek yang kayak adek Fadhilah.. " Hehehe.. InsyaAllah ya, Nak..




Thursday, August 14, 2014

Cek Laboratorium

Tadi jam 8:30 pagi sepulang dari taman aku mampir ke Al Rahmah Polyclinic, tetapi masih kosong cuma ada office boy yang lagi ngepel. Kata dia praktek dokter semua dimulai jam 9. Ya sudah deh pulang lagi, sekalian mandikan anak-anak yang pada berkeringat habis bermain.

Jam 9:30 aku diantar kesini lagi, suami dan anak-anak ada urusan sendiri. Mereka mau ke kantor asuransi mobil, sekitar 4 hari yang lalu mobil kami habis di tabrak truk. Pintu kiri belakang penyok.

Ceritanya pas lagi dikerjaan mobil suami sedang di parkir, eh ada temannya yang lagi nyopir truk mundurin mobilnya dan ga lihat ada mobil suamiku, terus kemunduran. Kemudian manggil pihak asuransi buat di urus, sekarang ini tinggal ke kantornya buat ambil uang klaim buat perbaikan.

Back to topic.
Setelah menemui dokter kandungan di lantai satu aku dikasih kertas pengantar ke bagian laboratorium untuk di cek darah dan urin. Sebelum ke lab menuju resepsionis lantai dasar untuk pembayaran yang mau di cek lab. Naik lagi ke laboratorium lantai satu ngasihkan kertas pengantar dan bukti pembayaran,  suruh ke bawah lagi ke bagian emergency minta diambilkan sampel darah oleh perawat, kemudian balik lagi ke lab lantai satu ngasihkan sampel darah, kemudian disuruh ke toilet ambil sampel urin.

Setelah nunggu sekitar 40 menit hasil lab jadi. Lanjut menemui dokter kandungan lagi konsultasi hasil lab dan dirumuskan resep sumber zat besi dan kalsium. Langsung nebus obat di apotik depan poliklinik, selesai deh semuanya.

Jam 11:30 aku nelpon Suami bahwa urusanku sudah selesai jadi minta jemput pulang. Urusan dia juga sudah selesai. Nunggu 5 menit saja mobilnya sudah sampai depan poliklinik. Cap cuss pulang..

Setelah sampai rumah parkir mobil di jalan depan, mampir dulu ke kafetaria dekat rumah beli roti shamouly dan jus mangga. Jalan kaki pulang, makan deh..

Hhh.. Lumayan capek juga tadi mondar - mandir sendirian di poliklinik. Saatnya bersih - bersih terus tidur siang, mengumpulkan lagi energi untuk acara nanti malam. (Baca juga Silaturahim ke Rumah Adek Fadhilah) 

Bahagia itu Sederhana

Bisa bangun subuh setiap hari..
Di beri kesehatan jasmani dan rohani..
Bagi-bagi tugas rumah tangga di tiap pagi..
Istri memasak, suami bagian cuci mencuci.. :)

Jam 7 pagi kami semua pergi..
Ke taman kota mencari sinar mentari..
Anak bermain, orangtua olahraga jalan kaki..
Setelah lelah langsung sarapan pagi..

Bahagia itu memang sederhana..
Ada di tiap kebersamaan keluarga kita..

Wednesday, August 13, 2014

Atyab Al Alban

Malam ini kami baru pulang muter-muter dan keliling - keliling ngukur jalanan kota Mekkah.. Hehee kurang kerjaan aja yah.. Ada urusan juga sih sebenernya, nemenin Abinya anak-anak. Tadi ke daerah Kakiah, lanjut ke Hansa, lanjut ke Jarwal. Pas di Jarwal ini di dekat Mustahlik ada kafetaria yang jual susu segar panas enaak banget, jadi kami mampir kesana. Nama kafetarianya Atyab Al Alban. Suami kemudian turun dari mobil dan membeli susu segar panas. Kami bertiga mah bagian enak-enakannya aja, duduk manis di dalam mobil sambil menunggu minuman susu segar panas datang :D
shazymoms.blogspot.com
Susu Segar Panas Atyab Al Alban

Ziyad Lucu!

Ceritanya tadi jam setengah 5 sore Suamiku mau ke bandara King Abdul Aziz, Jeddah, jemput si Saiful temannya yang baru mudik ke Indonesia. Dia ngajakin aku, Shafwan dan Ziyad, tapi aku dan Shafwan ngantuk berat jadi ga mau ikut dan memilih tidur aja di rumah. Ziyad yang antusias ikutan.

Setelah kurang lebih 3 jam, jam setengah 8 malam suami dan Ziyad sudah sampai rumah lagi. Suami masuk rumah sambil senyum - senyum dan nggendong Ziyad. Dia cerita bahwa dia juga barusan cuma bawa orang tidur di mobil. Ternyata Ziyad dari mulai berangkat belum separuh perjalanan sudah menguap-nguap ngantuk. Yang tadinya nih anak duduk di kursi sampingnya terus ditawari suruh ambil bantal dan selimut kemudian tidur di kursi belakang. Di mobil kami memang disediakan bantal dan selimut kecil, jadi jika saat pergi - pergi ada anak yang ngantuk suruh tidur dikursi belakang.

Dari berangkat, menunggui Saiful, sampai pulang lagi dan parkir di depan rumah Ziyad masih tetap tidur. Akhirnya dia di gendong masuk.

Pas di dalam rumah dan sadar dari tidurnya, Ziyad nagih "Kok ga ke bandala.. Adek kan pengen ke bandala lihat pesawat.." Hahaha... Kami semua tertawa. Dasar Ziyad lucu! Sudah balik sampai rumah lagi ini Dek...

Tuesday, August 12, 2014

Baby Shaheera

Semalam jam 9 sampai jam 10:30 aku dan tetanggaku, Bu Sonya, silaturahim ke rumah Bunda Halimah nengokin bayinya. Bunda baru melahirkan anak yang keempat pada hari Senin 4 Agustus, seminggu yang lalu. Anaknya cewek dan di kasih nama Shaheera.

Monday, August 11, 2014

Sanah dan Titin

Tiap kali ke Al Rahmah Polyclinic aku teringat akan dua orang Indonesia yang dulu bekerja disini, namanya Sanah dan Titin. Aku mengenal mereka sejak kehamilan anak pertamaku, Shafwan. Sudah lebih dari 5 tahun yang lalu. Aku menjadi langganan Polyclinic ini memang sejak pertama hamil.

Dulu, tiap kali mau berkunjung kesini, aku selalu menelepon salah satu dari mereka, kemudian ketemuan. Banyak kemudahan kalau ada teman sendiri yang bekerja disini, selain dapat diskon, juga lebih enak ke dokternya karena selalu ditemani dan jadi lebih dekat dengan dokter serta perawatnya. Juga kemudahan komunikasi, karena ada penerjemah. Bahasa Arabku memang masih acakadul :(
Mulai kontrol kali ini, aku ga menemukan mereka lagi, karena memang mereka sudah berhenti bekerja sejak bulan Ramadhan kemarin. Aku terakhir bertemu saat kontrolku yang terakhir sebelum bulan Ramadhan, dan mereka memang telah bilang rencana kepulangannya saat itu.

Sanah dan Titin pulang kampung bukan sekedar cuti seperti biasa, tapi berhenti bekerja. Titin berhenti karena mau nikah dengan pacarnya di Indonesia, Alhamdulillah aku telah mendengar kabar bahwa dia sudah menikah tanggal 8 Agustus 2014 kemarin. Sedangkan Sanah memang sudah menikah sejak di Mekkah, tapi dia dan suaminya tidak bisa tinggal bersama disini karena Sanah tinggal di asrama Poliklinik sedangkan suaminya dia kerja dan tinggal di Jeddah. Sanah dan suaminya hanya bertemu saat sama-sama libur. Mereka berdua, Sanah dan Titin pulang ke Indonesia untuk melanjutkan rumah tangga mereka, agar bisa hidup bersama dengan suaminya masing-masing.


Aah, aku jadi inget mereka kalau lihat dan masuk Polyclinic ini. Kangen rasanya. Serasa ada yang hilang dari Polyclinic ini. Kehilangan dua temanku itu, yang biasanya menemaniku antri sambil ngobrol. Kami biasa menunggu di ruang tunggu yang depan ruang bersalin biar lebih privasi, bukan di bagian ruang tunggu lorong besar depan ruang dokter kandungan. Melihat ruang tunggu depan ruang bersalin itu seolah masih ada bayanganku asyik mengobrol dengan mereka.

Alhamdulillah sampai saat ini, tali silaturahim antara aku dan Titin masih terjalin, kami masih chatting lewat WhatsApp dan berhubungan di Facebook. Tapi dengan Sanah aku hilang komunikasi, aku bertanya pada Titin nomor baru Sanah tapi dia ga punya karena setelah pulang kampung mereka belum pernah bertemu lagi. Padahal mereka tinggal berdekatan dan masih satu desa di Lombok.
Saat aku melahirkan Shafwan dan Ziyad di Polyclinic ini, Sanah selalu setia menemaniku, memberikan semangat dan memegangi tanganku.

Semoga suatu hari nanti, cita-citaku untuk bisa berwisata bersama keluarga ke Lombok bisa menjadi kenyataan, dan aku akan menemui dua temanku itu.

Kontrol Dokter

Malam ini, jam 9 aku ke Al Rahmah Polyclinic untuk kontrol kandungan. Usia kehamilanku saat ini sekitar 20 minggu/5 bulan. Saat daftar keresepsionis aku daftar ke dokter langgananku, Dokter Neha, tapi ternyata Dokter Neha sedang mudik lebaran ke Mesir belum kesini lagi, jadi kali ini aku di periksa oleh dokter lainnya, dokter Sarbat. Oke, ga apa-apa deh. Yang penting dokter spesialis kandungan, ga penting siapa-siapanya :).

Saat masuk ke ruang praktek dokter, di ruang tunggunya sudah banyak yang antri, ada 18 orang. Aku ketuk pintu ruangan dokter untuk memberikan kartu pendaftaranku, perawat memberikan nomor antrian, nomor 30.

Aku antri ditemani Shafwan, dia antusias sekali pengen lihat lewat USG calon adeknya dalam perut. Ziyad ga ikutan, tadi sama Abi cuma nganter aja, selanjutnya mereka berdua punya acara sendiri yaitu membeli air zam-zam di Kudai.

Setelah 1,5 jam antri, jam 10:30 akhirnya tiba giliranku. Aku baru kali ini bertemu dengan dokter Sarbat. Dokternya komunikatif, ramah dan menyenangkan. Selesai di periksa semuanya (tekanan darah, berat badan, USG) hasilnya semua baik. Jenis kelamin juga sudah terlihat. Seharusnya suruh cek darah tapi jam kerja laboratorium sudah selesai jam 10 malam tadi, jadi besok pagi suruh kembali lagi.

Setelah selesai semuanya, aku pamitan pulang. Di dalam ruangan tadi sekitar 15 menit saja. (Baca juga Sanah dan Titin)

Pulangnya kami mampir dulu ke taman Hamra. Setelah anak-anak tadi nungguin aku di dokter, sekarang gantian aku yang nungguin mereka bermain-main dulu.

Malam ini bulan purnama penuh, malam 15 Syawal 1435H, sementara anak-anak asyik bermain dan berlarian, aku dan suami tiduran di atas karpet yang kami gelar di atas rerumputan, pacaran di bawah sinar rembulan. Udara tengah malam yang sejuk dan suasana yang romantis.

Ada 3 gerombolan keluarga yang masih menikmati malam yang indah di taman ini.

Sunday, August 10, 2014

Pijatan Bu Yasmin

Sejak lebaran badan ini rasanya rontok, sendinya pada ngilu, kecapean. Aku berkata sama Suamiku bahwa aku pingin sekali di pijat, dia oke-oke saja. Kemudian aku menghubungi salah satu temanku, Halimah, aku tau bahwa dia sering pijat, lalu aku dikasih nomor hape 2 tukang pijat langganannya di Mekkah ini.

Kemarin pagi, saat di tempat kerja,  Suamiku juga bertanya pada salah seorang rekan kerjanya, Pak Umar, menanyakan punya kenalan tukang pijat atau ga. Pak Umar yang berasal dari Lombok (NTB) itu bilang ada tukang pijat asal Lombok yang tempat tinggalnya ga jauh dari rumah kami. Namanya Ibu Yasmin.

Setelah bikin janji, jam 8 malam suamiku dan anak-anak menjemput Bu Yasmin untuk dibawa kerumah kami. Rumahku dan Bu Yasmin masih satu blok. Sampai rumah, setelah percakapan pembuka antara aku dan Bu Yasmin langsung memulai aktivitas. Bu Yasmin pijatannya enak sekali dan lama, hampir 1,5 jam. Sambil mijat kami sambil ngobrol. Bu Yasmin bercerita bahwa dia seorang janda yang merantau ke Mekkah ini demi nafkah dan biaya sekolah anak-anaknya di kampung. Anaknya ada 5 orang, yang 4 telah selesai kuliah dan 3 diantaranya telah menikah. Tinggal anak bungsunya yang masih kuliah, sekitar 2 tahun lagi Insyaallah selesai. Rencana Bu Yasmin setelah bungsunya lulus kuliah dia ingin pulang ke Indonesia, istirahat menikmati masa tuanya dengan cucu-cucunya yang sekarang jumlahnya ada 3. Bu Yasmin sudah 13 tahun tidak mudik ke Lombok, berarti sudah 13 tahun juga dia tidak melihat anak dan keluarganya. Dia tidak bisa mudik ke Indonesia karena dia disini statusnya TKW illegal, jadi kalau dia berani pulang dia tidak akan bisa kesini lagi sedangkan dia masih butuh uang untuk biaya kuliah anaknya.

Langganan pijat Bu Yasmin bukan hanya WNI yang bermukim disini, kebanyakan justru ibu-ibu Arab. Selain melayani pijat dan urut khusus wanita, Bu Yasmin bisa juga di panggil sebagai penatalaksana rumah tangga dengan tarif per jam 20-25 riyal.

Aku mendengarkan cerita Bu Yasmin sambil menikmati pijatannya yang enak. Selesai di pijat, badanku terasa segar dan hilang rasa ngilunya.

Saturday, August 9, 2014

Undangan Makan Khas Lombok

Malam 13 Syawal 1435H.

Semalam kami menghadiri undangan silaturahim dan makan malam bersama dari keluarga Mama Nadia. Aku sekeluarga datang bersama Mbak Tri dan suaminya, Om Firman. Kami bersama Mama Nadia makan di hadiqah (taman) daerah Batha Quraish, ga jauh dari rumah Mama Nadia.
Kami memang telah janjian untuk makan di taman, biar lebih santai sembari menikmati cahaya bulan dan biar anak-anak kami senang karena banyak arena bermain seperti ayunan, perosotan serta fasilitas lainnya yang disediakan disetiap taman kota.

Mama Nadia menyajikan makanan khas Lombok, NTB, yaitu plecing kangkung yang pedasnya mantap! Juga ada kering tempe dan gulai daging kambing. Sebagai makanan pendamping ngobrol ada onde-onde, bakwan (yang bawa Mbak Tri), es dawet dan teh panas.

Kami di taman sekitar jam 8:30 malam sampai jam 11 malam.

Friday, August 8, 2014

Shalat Subuh di Masjidil Haram, Mobilnya di Derek!

Jumat pagi ini jam 4:30 saat adzan subuh berkumandang kami sekeluarga berangkat ke Masjidil Haram. Seperti biasa, kami bawa mobil dari rumah terus nanti mobil di parkir disekitar perempatan lampu merah Sara Sittin atau diparkiran Hafair depan Masjid Bin Laden. Tapi pagi ini kami ga kebagian tempat parkir, terus kami parkir mobil di pinggir jalan sekitar hotel seberang Grand Coral Hotel. Yang parkir disitu ga cuma mobil kami, tapi banyak sekali, hampir disepanjang bahu jalan dipenuhi mobil. Mobil - mobil juga terparkir dengan rapi membentuk satu garis, jadi kami pikir akan aman - aman saja parkir disitu.

Dari Hafair kita lanjut naik taksi bayar 5 riyal ke Masjidil Haram. Emang dekat sih sebenarnya, paling cuma sekitar satu kilometer tapi karena jalannya nanjak, capek juga kalau jalan.

Kami shalat subuh berjamaah di dalam Masjidil Haram. Selesai shalat berjamaah kami thawaf sunah. Selesai thawaf sekitar jam 6:30 pagi kami membeli sarapan roti tamiya, kentang goreng, jus mangga dan air putih yang di jual di kafetaria Hotel Hilton depan Masjid. Kami sarapan di halaman Masjid, sembari menikmati sinar mentari pagi.

Setelah sarapan usai, jam 7 pagi kami pulang. Kami naik angkot dua riyalan menuju parkiran. Sampai parkiran tak kami temukan lagi mobil - mobil yang parkir di pinggir jalan tadi. Bersih tiada tersisa. Pasti pada di derek semua, dipindahkan ke lapangan parkir kepolisian.

Kami mendekati sopir mobil derek dan Polisi Lalu Lintas (Murrur dalam istilah Saudi) yang stand by ga jauh dari tempat parkir kami tadi. Langsung tanya "Mobil yang pada parkir disini tadi pada di derek kemana?" Sopir derek jawab " Di parkiran umum milik Murrur di dekat swalayan Nuri, Rusaifah". Akhirnya kami mencegat taksi lagi menuju tempat yang di maksud.

Sampai parkiran Murrur dekat Nuri, kami langsung mencari sendiri mobil kami. Setelah ketemu, di pintu luar laporan dulu pada petugas Murrur dan bayar denda 50 riyal.

Dalam mobil menuju rumah aku dan suami senyum - senyum aja. Merasa lucu, ini sudah kedua kalinya mobil kami kena derek karena parkir bukan pada tempatnya. Dulu, sudah lama sekali waktu masih hamil Shafwan, mobil kami masih Nissan Sunny waktu itu, juga pernah di derek gara-gara parkir di dekat Mustahlik Jarwal kemudian kami tinggal shalat Jumat di Masjidil Haram. Dulu bayar dendanya 100 riyal, sekarang cuma 50 riyal, turun 50% ternyata. :)

Thursday, August 7, 2014

Perpanjang Paspor Anak-anak

Kamis, 07-08-2014

Hari ini jadwal kami mau ke Jeddah untuk perpanjangan paspor anak-anak, Shafwan mau 5 tahun Oktober nanti dan Ziyad 3 tajun 5 bulan. Paspor Shafwan sebenarnya masih berlaku sampai November nanti, tapi paspor Ziyad sudah habis masa berlakunya sejak bulan April, dulu Ziyad pas waktu lahir hanya dibuatkan paspor yang 3 tahun. Yang satu sudah expired yang satu baru akan expired, tapi biar ga bolak-balik ke KJRI kami barengin aja semua diperpanjang.

Sekitar jam 7 pagi kami berangkat dari rumah. Teman kami, Mbak Ida dan suaminya, Ammu Ali, ikut gabung bersama kami. Mbak Ida juga sekalian mau perpanjang paspornya. Kita berangkat satu mobil memakai mobil kami.

Diperjalanan Mekkah menuju Jeddah, di bawah Tugu Alquran, kita minggir dulu untuk sarapan bekal dan menikmati sinar mentari pagi. Berangkat jam 7 pagi memang masih terlalu cepat nanti sampai KJRI, karena perjalanan hanya 45 menit - 1 jam saja, sedangkan KJRI baru buka jam 9. Jadi kita santai-santai diperjalanan. Kita makan resoles yang dibawa oleh Mbak Ida. Setelah selesai makan dan santai-santai, baru kita lanjutkan perjalanan.

Kita sampai KJRI masih sekitar jam setengah 9. Aku dan Mbak Ida duduk - duduk di luar sambil antri. Pas jam 9 pintu KJRI di buka, di pintu masuk dibagikan no antrian. Nomor antrian ga dimulai dari nomor 1, tapi entah nomor berapa, aku ga memperhatikan. Yang  jelas Mbak Ida dapat nomor urut 785 dan aku 786. Berkas-berkas sudah kami siapkan sejak diluar tadi, jadi didalam kami tinggal duduk manis menunggu panggilan sesuai nomor.

Setelah sampai pada nomor antrian, aku masukkan berkasnya ke loket dan membayar 220 riyal Saudi untuk paspor 5 tahun 2 anak. Paspor 5 tahun biayanya 110 riyal, sedangkan yang 3 tahun cuma 40 riyal, aku milih yang 5 tahun saja biar lebih lama. Setelah berkas di periksa, aku dan anak-anak menunggu panggilan untuk ambil poto. Ga ada 1 jam semuanya sudah beres. Dari antri masuk sampai pengambilan pas poto cuma butuh waktu sekitar 45 menit. Paspor bisa diambil esok harinya, atau sore hari jam 6 hari yang sama. Karena menunggu waktu sampai jam 6 sore itu lama sekali, akhirnya tiket pengambilan kami titipkan sama temannya Ammu Ali yang kerja di KJRI, minta tolong temannya Ammu Ali untuk mengambilkan. Teman Ammu Ali bilang nanti malam dia mau ke Mekkah, ya sudah malah sekali jalan.

Setelah selesai, jam 10 pagi saat itu kami langsung menuju Corniche Commercial Center terus makan di Restoran Filipina "Shawly". Makanan disini terkenal enak, aku dan suamiku sangat suka dengan sinigang... (lupa nama lengkapnya) yang pasti menu ini isinya sayuran, campuran seafood (ikan daging putih, udang dan cumi-cumi), berkuah dan rasanya agak asam. Halo-halonya juga enak. Halo-halo itu kayak es campur kalau di kita, tp dia lebig lengkap isinya, selain buah dan jelly juga ada kacang merah serta es krim sebagai topping. Selesai makan kita lanjutkan dengan belanja cuci mata dalam Corniche. Jam 12 siang kami masuk mushola yang ada di dalam, nunggu datangnya shalat dhuhur sekalian istirahat. Selesai shalat dhuhur baru deh kita pulang ke Mekkah. Jam 2 kita sudah sampai rumah dengan selamat.

Lumayan capek juga nih badan... Selesai bersih - bersih dan makan siang langsung pada tepar.. Tidur...

Jam 9 malam Mba Ida dan Ammu Ali ke rumah sebentar, nganter paspor yang sudah jadi. Mereka habis ketemuan sama temannya yang nganter paspor terus langsung kerumah ngasihkan punya anak-anak. Yang nemui Mba Ida dan Ammu Ali cuma suamiku, soalnya aku dan anak-anak lanjut tidur lagi.. :).