Laman

Wednesday, October 29, 2014

Antara Nafkah Istri dan Uang Belanja

Harta isteri adalah harta milik isteri, baik yang dimiliki sejak sebelum menikah, atau pun setelah menikah. Harta istri yang telah menikah yang terutama adalah dari suami dalam bentuk nafaqah (nafkah), selain juga mungkin bila isteri itu bekerja atau melakukan usaha yang bersifat bisnis. 

Khusus masalah nafkah, sebenarnya nafkah sendiri merupakan kewajiban suami dalam bentuk harta benda untuk diberikan kepada isteri. Segala kebutuhan hidup istri mulai dari makanan, pakaian dan tempat tinggal, menjadi tanggungan suami. Dengan adanya nafkah inilah kemudian seorang suami memiliki posisi qawam (pemimpin) bagi istrinya, sebagaimana firman Allah SWT:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa': 34)

Namun yang seringkali terjadi, sebagian kalangan beranggapan bahwa nafkah suami kepada istri adalah biaya kehidupan rumah tangga atau uang belanja saja. Pemandangan sehari-harinya adalah suami pulang membawa amplop gaji, lalu semua diserahkan kepada isterinya.

Cukup atau tidak cukup, pokoknya ya harus cukup. TInggallah si istri pusing tujuh keliling, bagaimana mengatur dan menyusun anggaran belanja rumah tangga. Kalau istri adalah orang yang hemat dan pandai mengatur pemasukan dan pengeluaran, suami tentu senang.

Yang celaka, kalau istri justru kacau balau dalam memanaje keuangan. Alih-alih mengatur keuangan, yang terjadi justru besar pasak dari pada tiang. Ujung-ujungnya, suami yang pusing tujuh keliling mendapati istrinya pandai membelanjakan uang, plus hobi mengambil kredit, aktif di arisan dan berbagai pemborosan lainnnya.

Padahal kalau kita kembalikan kepada aturan asalnya, yang namanya nafkah itu lebih merupakan ‘gaji’ atau honor dari seorang suami kepada istrinya. Sebagaimana ‘uang jajan’ yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya.

Adapun kebutuhan rumah tangga, baik untuk makan, pakaian, rumah, listrik, air, sampah dan semuanya, sebenarnya di luar dari nafkah suami kepada istri. Kewajiban mengeluarkan semua biaya itu bukan kewajiban istri, melainkan kewajiban suami.

Kalau suami menitipkan amanah kepada isterinya untuk membayarkan semua biaya itu, boleh-boleh saja. Tetapi tetap saja semua biaya itu belum bisa dikatakan sebagai nafkah buat istri. Sebab yang namanya nafkah buat isteri adalah harta yang sepenuhnya menjadi milik istri.

Kira-kira persis dengan nafkah di awal sebelum terjadinya akad nikah, yaitu mahar atau maskawin. Kita tahu bahwa sebuah pernikahan diawali dengan pemberian mahar atau maskawin. Dan kita tahu bahwa mahar itu setelah diserahkan akan menjadi sepenuhnya milik istri.

Suami sudah tidak boleh lagi meminta mahar itu, karena mahar itu statusnya sudah jadi milik istri. Kalau seandainya istri dengan murah hati lalu memberi sebagian atau seluruhnya harta mahar yang sudah 100% menjadi miliknya kepada suaminya, itu terserah kepada dirinya. Tapi yang harus dipastikan adalah bahwa mahar itu milik istri.

Sekarang bagaimana dengan nafkah buat istri?
Kalau kita mau sedikit cermat, sebenarnya dan pada hakikatnya, yang disebut dengan nafkah buat istri adalah harta yang sepenuhnya diberikan buat istri. Dan kalau sudah menjadi harta milik istri, maka istri tidak punya kewajiban untuk membiayai penyelenggaraanrumah tangga. Nafkah itu ‘bersih’ menjadi hak istri, di luar biaya makan, pakaian, bayar kontrakan rumah dan semua kebutuhan sebuah rumah tangga.

Mungkin Anda heran, kok segitunya ya? Kok matre’ banget sih konsep seorang istri dalam Islam? 
Jangan heran dulu, kalau kita selama ini melihat para isteri tidak menuntut nafkah ‘eksklusif’ yang menjadi haknya, jawabnya adalah karena para isteri di negeri kita ini umumnya telah dididik secara baik dan ditekankan untuk punya sifat qana’ah.

Saking mantabnya penanaman sifat qana’ah itu dalam pola pendidikan rumah tangga kita, sampai-sampai mereka, para isteri itu, justru tidak tahu hak-haknya. Sehingga mereka sama sekali tidak mengotak-atik hak-haknya.

Memandang fenomena ini, salah seorang murid di pengajian nyeletuk, “Wah, ustadz, kalau begitu hal ini perlu tetap kita rahasiakan. Jangan sampai istri-istri kita sampai tahu kalau mereka punya hak nafkah seperti itu.”

Yang lain menimpali, “Setuju stadz, kalau sampai istri-istri kita tahu bahwa mereka punya hak seperti itu, kita juga ntar yang repot nih ustadz. Jangan-jangan nanti mereka tidak mau masak, ngepel, nyapu, ngurus rumah dan lainnya, sebab mereka bilang bahwa itu kan tugas dan kewajiban suami. Wah bisa rusak nih kita-kita, ustadz.”

Yang lain lagi menambahi, “Benar ustadz, bini ane malahan sudah tahu tuh masalah ini. Itu semua kesalahan ane juga sih awalnya. Sebab bini ane tuh, ane suruh kuliah di Ma’had A-Hikmah di Jalan Bangka. Rupanya materi pelajarannya memang sama ame nyang ustadz bilang sekarang ini. Cuman bini ane emang nggak tiap hari sih begitu, kalo lagi angot doang.”

“Tapi kalo lagi angot, stadz, bah, ane jadi repot sendiri. Tuh bini kagak mao masak, ane juga nyang musti masak. Juga kagak mau nyuci baju, ya udah terpaksa ane yang nyuciin baju semua anggota keluarga.Wii, pokoknya ane jadi pusing sendiri karena punya bini ngarti syariah.”

Menjawab ‘keluhan’ para suami yang selama ini sudah terlanjur menikmati ketidak-tahuan para isteri atas hak-haknya, kami hanya mengatakan bahwa sebenarnya kita sebagai suami tidak perlu takut. Sebab aturan ini datangnya dari Allah juga. Tidak mungkin Allah berlaku berat sebelah.

Sebab Allah SWT selain menyebutkan tentang hak-hak seorang isteri atas nafkah ‘eksklusif’, juga menyebutkan tentang kewajiban seorang isteri kepada suami. Kewajiban untuk mentaati suami yang boleh dibilang bisa melebihi kewajibannya kepada orang tuanya sendiri.

Padahal kalau dipikir-pikir, seorang anak perempuan yang kita nikahi itu sejak kecil telah dibiayai oleh kedua orang tuanya. Pastilah orang tua itu sudah keluar biaya besar sampai anak perawannya siap dinikahi. Lalu tiba-tiba kita kita datang melamar si anak perawan itu begitu saja, bahkan kadang mas kawinnya cuma seperangkat alat sholat tidak lebih dari nilai seratus ribu perak.

Sudah begitu, dia diwajibkan mengerjakan semua pekerjaan kasar layaknya seorang pembantu rumah tangga, mulai dari shubuh sudah bangun dan memulai semua kegiatan, urusan anak-anak kita serahkan kepada mereka semua, sampai urusan genteng bocor. Sudah capek kerja seharian, eh malamnya masih pula ‘dipakai’ oleh para suaminya.

Jadi sebenarnya wajar dan masuk akal kalau untuk para isteri ada nafkah ‘eksklusif’ di mana mereka dapat hak atas ‘honor’ atau gaji dari semua jasa yang sudah mereka lakukan sehari-hari, di mana uang itu memang sepenuhnya milik isteri. Suami tidak bisa meminta dari uang itu untuk bayar listrik, kontrakan, uang sekolah anak, atau keperluan lainnya.

Dan kalau isteri itu pandai menabung, anggaplah tiap bulan isteri menerima ‘gaji’ sebesar Rp 1 juta yang utuh tidak diotak-atik, maka pada usia 20 tahun perkawinan, isteri sudah punya harta yang lumayan 20 x 12 = 240 juta rupiah. Lumayan kan?

Nah hartai tu milik isteri 100%, karena itu adalah nafkah dari suami. Kalau suami meninggal dunia dan ada pembagian harta warisan, harta itu tidak boleh ikut dibagi waris. Karena harta itu bukan harta milik suami, tapi harta milik isteri sepenuhnya. Bahkan isteri malah mendapat bagian harta dari milik almarhum suaminya lewat pembagian waris. (eramuslim.com; FB Khusus Muslimah)

Tuesday, October 28, 2014

Ziarah ke Masjid Wadi Mahram, Thaif

Masjid Wadi Mahram disebut juga Miqat Qarn Manazil yang berada di Thaif, Saudi Arabia. Masjid ini terletak sekitar 76 km dari Masjidil Haram, pada jalan antara Mekkah - Thaif melalui jalur Hada

Ada kisah menarik dari Qarn Manazil, yaitu kisah pertemuah Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril, tahun ke-10 kenabiannya (619 M), pada saat Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas perlakuan penduduk Thaif. Bukhari meriwayatkan : ketika Nabi sampai di Qarn al-Manazil, Jibril datang kepada beliau dan mengatakan kepada beliau :"Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan dan penolakan kaummu itu atasmu. Dan Allah telah mengutus kepadamu Malaikat Penjaga Gunung agar kamu dapat memerintahnya sesuai keinginanmu untuk membalas mereka". Tetapi Nabi Muhammad SAW tidak membalas perlakuan penduduk Thaif dengan perlakuan buruk pula, Nabi berdoa :"Aku malah mengharap agar Allah SWT menjadikan anak cucu mereka orang yang menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, dan ridak mensekutukan-Nya dengan sesuatu". (Sumber buku : Sejarah Mekah, DR. M. Ilyas Abdul Ghani).


Masjid Wadi Mahram,Thaif, Saudi Arabia
*Catatan jalan-jalan ke Thaif, Januari 2012. Copas dari akun facebookku. Keluargaku bersama keluarga Yani dan Telly.

Ziarah ke Masjid Tak Bernama, Bekas Kebun Anggur, Thaif

Sejarah : Pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabiannya, Nabi Muhammad SAW bersama anak angkatnya, Zaid bin Haritsah pergi ke Thaif untuk berdakwah. Tetapi, penduduk Thaif menolak kehadirannya, mencaci dan melemparinya dengan batu hingga Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah mengalami luka-luka dan berdarah. Kemudian Nabi dan Zaid berlindung di kebun anggur. Beliau menghampiri sebuah pohon anggur lalu duduk-duduk dan berteduh di bawah naungannya menghadap ke kebun, kemudian beliau berdoa. Doa yang menggambarkan betapa hati beliau dipenuhi rasa getir dan sedih terhadap apa yang diterimanya dan sikap keras penduduk Thaif yang tidak mau beriman kepadanya.

Kemudian, datanglah budak dari pemilik kebun anggur yang bernama Addas untuk memberikan setangkai Anggur kepada Nabi dan Zaid. Tatkala dia menaruhnya di hadapan Rasulullah, beliau mengulurkan tangannya untuk mengambilnya dengan membaca "Bismillah", lalu memakannya.
Addas berkata : " Sesungguhnya ucapan itu tidak biasa diucapkan oleh penduduk di negeri ini."
Rasulullah bertanya : "Kamu berasal dari mana dan apa agamamu?"
Addas : "Aku seorang Nasrani dari penduduk Niwana"
Rasulullah : "Dari negeri seorang pria shalih bernama Yunus Bin Matta?"
Addas : "Apa yang kamu ketahui tentang Yunus Bin Matta?"
Rasulullah :"Beliau adalah saudaraku. Dia seorang Nabi, demikian pula dengan diriku."
Addas langsung merengkuh kepala Rasulullah SAW, kedua tangan dan kedua kakinya untuk diciumi. Addas orang pertama di Thaif yang memeluk agama Islam.

Di tempat Rasulullah SAW berteduh di kebun anggur itu sekarang telah di buat sebuah masjid yang tidak di ketahui namanya. Masjid itu juga beberapa kali pernah dibakar. Sebagian balok kayu pada atap dan kusen pintunya telah menjadi arang hitam karena terbakar.
(Sumber Buku : Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir)

Penampakan Masjid dan Bagian Kayu Kusen Bekas di Bakar (tengah atas)

*Catatan jalan-jalan wisata sejarah ke Thaif bersama keluargaku serta teman-teman (Amani dan suami, Taqi, Khairil, Yusroh, Neneng) pada bulan Mei 2012, repost dari akun facebookku.

Ziarah Ke Masjid Ibn Abbas, Thaif

Abdullah bin Abbas ra, beliau salah satu sahabat Nabi SAW yang amat di cintai oleh Rasulullah SAW. Abdullah Ibnu Abbas ra, lebih terkenal dengan sebutan "Ibn Abbas ra’’.

Nabi Muhammad SAW dua kali datang di Thaif dalam rangka berdakwah. Pertama pada waktu beliau mengajak dan mencari suaka politik di Thaif karena orang kafir Makkah memusuhinya. Tetapi, penduduk Thaif menolak, bahkan mencaci dan melemparinya dengan batu, hingga kaki Nabi Muhammad SAW berdarah-darah. Tetapi, kondisi itu tidak membuat Nabi SAW menyesal atau dendam kepada mereka. Malahan beliau mendo’akan orang-orang yang menyakitinya agar Allah SWT memberikan hidayah. Karena memang penduduk Thaif yang memusuhinya kondisinya masih jahiliyyah alias tidak mengerti.

Berikutnya, Nabi Saw dan Abu Bakar, Umar, Ali Ibn Abi Thalib ra untuk membebaskan kota Thaif. Nabi Saw dengan beberapa sahabat lain mengajak Bani Tsaqif untuk memeluk islam setelah perang Hunain. Di Thaif terjadi peperangan, 11 sahabat Nabi Saw gugur menjadi sahid. Mereka di makamkan di Thaif (makam para suhada), dimana dekat tempat itu sekarang di bangun Masjid Besar.
Ketika berkunjung ke Thaif tidak lepas dari kisah Ibnu Abbas ra. Dimana beliau pernah berwasiat agar kelak kalau meninggal di makamkan di Thaif bersama para syuhada. Alasannya sangat sederhana, beliau merasa tidak pantas di Makkah, sebab Makkah adalah tanah suci, sementara dirinya merasa banyak dosanya. Sungguh mulia Abdullah bin Abbas ra. Seorang sahabat sejati yang mencintai Nabi Saw dan dicintai Nabi. Thaif menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Masjid besar yang dibangun di Thaif dinamakan dengan Masjid Abdullah Ibn Abbas. Di bangun pada tahun 592 H. Dinamakan Masjid Ibn Abbas, karena tempatnya disamping Makam Ibn Abbas. Makam Ibn Abbas terletak di depan tempat sholat wanita sekarang. Ada juga seorang tokoh besar yang bernama Imam Muhammad bin Al-Hanafiyah bin Ali Ibn Abi Thalib.

Jadi berkunjung ke-Thaif tidak hanya sekedar rekreasi. Lebih dari meneladani kecerdasan Abdullah Ibn Abbas dan kegigihan dan keberanian 11 para sababat Nabi yang membela Islam. Semoga, ketika berada di Makkah tidak hanya menikmati indahnya kota Thaif, lebih dari itu berziarah kepada Abdullah bin Abbas, sekaligus tahiyyatul masjid di Masjid Ibn Abbas ra. (Sumber: wisatahaji.com)

Masjid Ibn Abbas, Thaif, Saudi Arabia

*Catatan jalan-jalan wisata sejarah ke Thaif  keluargaku bersama teman-teman (Amani dan suami, Taqi, Khairil, Yusroh, Neneng) pada bulan Mei 2012, repost dari akun facebookku.

Friday, October 24, 2014

Taman Masjid Aisyah

Pagi ini jam 7 kami berangkat ke taman di samping Masjid Aisyah kota Tan'm (Tanaeem, Tan'eem), Mekkah. Masjid Aisyah adalah masjid miqat bagi warga dalam kota suci Mekkah dan atau bagi orang berdiam beberapa hari di dalam kota suci Mekkah yang mau melaksanakan ibadah umrah dan atau haji. Masjid Aisyah ini berada beberapa meter diluar garis batas tanah suci Mekkah. Masjid Aisyah didedikasikan untuk istri terakhir Nabi Muhammad SAW.

Kami tadi pagi kesana menghadiri undangan dari teman, keluarga Ustadz Atiq, yang mengajak kami sarapan bubur ayam buatan istrinya di taman itu. Selain keluarga saya, ada juga keluarga Bapak Hakim yang datang. Kami mau sarapan pagi sekalian berjemur dan menikmati udara segar menjelang musim dingin di hari libur, sekalian ajang silaturahmi dan anak-anak jadi ketemu temannya untuk bermain bersama.
Taman dan Masjid Aisyah, Tan'im.
Tugu Batas Tanah Suci Mekkah Samping Masjid Aisyah

Monday, October 20, 2014

Butuh Refreshing

Sudah tiga harian nih badan uring-uringan rasanya. Terasa lelah, capek, pegel-pegel, ngantukan, malesan. Pengen pijat dan sudah menghubungi tukang pijat langganan, tapi dia lagi banyak kerjaan, belum bisa sekarang-sekarang. Tubuh ini butuh refreshing, pengen liburan, ke luar kota... Ngajakin suami nginep di Thaif akhir pekan ini. Menghirup udara dingin dan segar disana. Semoga tidak ada halangan dan aral melintang.

Friday, October 17, 2014

F-12, Ray Zahir

Selain jamaah haji asal kampung halamanku di Belitang sono, kami juga kedatangan tamu saudara dari pihak Jawa Tengah, keluarga suami. Namanya Ibu Sunarti. Dia tinggal di pemondokan/hotel No. F-12 daerah Ray Zahir, Hujun.

Kami sudah beberapa kali menemuinya. Sudah mengajaknya jalan-jalan ke Museum Kiswah juga pada hari Minggu, 12 Oktober 2014. Habis dari Museum Kiswah kami makan malam di Restoran Indonesia, Al-Damanhuri. Sejak dari rumah aku sudah menyiapkan ikan goreng kemudian dibuat sambel cabe hijau buat lauk makan di pemondokannya nanti.

Kemarin pagi kami juga kesana, ngirim lauk pauk tahu, tempe dan telur dadar serta sayur lodeh. Dan hari ini tadi kesana juga ngirim bubur kacang hijau, ayam kecap serta tumis buncis wortel.

Monday, October 13, 2014

Menjelang Perpisahan

Rabu, 08 Oktober 2014, sekitar jam 9 malam kami menemui Pak Sholihin dan suaminya Mbak Yun di hotel hajinya di daerah Shisyah D-10 untuk memberikan dua paket alquran yang akan kami titipkan sebagai wakaf di masjid mereka. Aku datang dengan membawa lauk semur ayam, biar bisa mereka jadikan lauk makan esok pagi.
Kami juga ngajak janjian buat jalan - jalan keesokan harinya setelah shalat asyar ke Museum Kiswah, Hudaibiyah.

Kamis, 09 Oktober 2014
Jam 04.16 sore tepat setelah selesai shalat asyar di Masjid Pak Solihin nelpon ke hapeku. Dia memberi tahu bahwa mereka sudah siap. Tapi suamiku masih nyuci mobil, dan anak-anak masih tidur siang, jadi kami agak telat dari janji. Jam setengah 5 lebih kami baru berangkat menjemput mereka. Diperjalanan di terpa hujan, Alhamdulillah Mekkah hujan lagi..
Jam 5 sore kami semua sudah siap di dalam mobil menuju Hudaibiyah mau Museum Kiswah. Jok belakang sedan Camry kami diisi 4 orang, Pak Solihin dan istri serta Mbak Yun dan suami.
Setelah mengunjungi Museum Kiswah, kami menuju peternakan unta yang letaknya tidak jauh dari sana, tapi ternyata peternakan unta masih diasingkan karena isu virus MERS beberapa bulan terakhir, jadi tak kami temui unta-unta itu ditempat biasanya.

Kami kemudian shalat maghrib di masjid yang baru di bangun di perbatasan Hudaybiah, dekat dengan Masjid kecil dan sumur bersejarah "Perjanjian Hudaybiah" pada masa Rasulullah.

Selesai shalat maghrib, dalam perjalanan, suamiku mampir ke Restoran Turki membeli paket nasi kebab di bungkus. Kami awalnya akan mkan malam di halaman masjid Musdalifah, tapi ternyata sesampai disana sekitar Masjid masih sepi, belum ramai dikunjungi masyarakat. Biasanya malam Jumat, malam libur seperti ini halaman masjid Musdalifah ramai pengunjung, mungkin karena hajian baru saja selesai jadi masyarakat masih enggan mengunjungi, dan memang masih banyak sampah disana-sini.

Akhirnya kami memutuskan pindah tempat, menuju taman Aziziah yang dekat dengan Arafah. Disana ramai pengunjung, kami menggelar tikar dan siap menyantap menu kebab makan malam kami. Selesai makan anak-anak bermain dan kami mengobrol. Jam 10 malam baru pulang, setelah mengantar Pak Solihin dan teman-temannya pulang kembali kehotelnya, kami menuju rumah kami.

Malam ini sejak dirumah tadi aku sudah menyiapkan telur balado yang akan aku kasihkan ke mereka. Buat bekal lauk pauk esok pagi lagi. Serta memberikan sepaket alquran wakaf lagi untuk saudara Pak Solihin.

Jumat, 10 Oktober 2014, sekitar jam 8 an malam kami ke hotel Pak Solihin lagi. Kali ini selain mau menemui Pak Solihin dam Mbak Yun untuk memberikan oleh-oleh dan juga titipin untuk orang tua di kampung, kami juga mau menemui Pak Pendi. Kami semua ngobrol dan berkumpul di lobi hotel. Aku memberikan oleh-oleh kurma dan coklat batu untuk mereka, juga foto-foto kami waktu jalan-jalan ke museum Kiswah kemarin. Aku nitip oleh - oleh buat orang tuaku di kampung dan buat dua ponakanku, juga buat tetangga di rumah baruku, Mbak Elfi yang memesan obat gatal Elocon.

Jam setengah 10 malam kami pamitan pulang. Sekalian pamitan juga, siapa tau ga sempat ketemu lagi, karena hari Rabu, tgl 14 Oktober 2014 mereka semua akan terbang kembali ke tanah air.

***
Rasa sedikit sedih dan kehilangan sudah aku rasakan sejak Sabtu pagi, 11 Oktober 2014. Pagi ini suamiku kembali beraktivitas dikerjaan setelah dua minggu libur musim haji. Kesepian. Dua minggu ditungguin teru-terusan, sekarang di tinggal kerja lagi rasanya jadi berbeda. Sempat nangis karena jadi kesepian, peralihan dari dua minggu terus-menerus bersama sekarang di tinggal kerja lagi. Padahal kerjanya juga pagi berangkat sore pulang. Emang melow dan manja banget aku nih!

Suasana seperti ini menambah parah rasa galau karena mau ditinggal keluarga Pak Solihin dan Mbak Yun kembali ke tanah air. Walaupun aku baru kenal mereka disini tapi rasa persaudaraan erat sekali. Bertemu jamaah haji asal kampung halaman memang terasa istimewa sekali, mengobati rasa kangen dengan kampung halaman sendiri. Kalau mau ditinggal gini, sedih juga rasanya. Kehilangan. Perpisahan selalu menyedihkan.

Hari ini, Senin, 13 Oktober 2014. Jam 1:30 siang aku smsan dengan Mbak Yun menanyakan kabar dia dan lainnya di hotel, sekalian menanyakan kapan berangkat ke Jeddah untuk terbang ke tanah air. Dia bilang besok selasa sudah mulai thawaf wada, dan Rabu sekitar jam 9 malam baru berangkat ke Jeddah. Kamis Insyaallah pada sampai Palembang. Semoga sebelum mereka berangkat ke Jeddah kami bisa menemui mereka lagi di hotel. Salam perpisahan disini, di Kota suci,  untuk bertemu kembali nanti saat kami mudik ke tanah air tercinta.

Saturday, October 4, 2014

Iedul Adha 1435 H

Lebaran idul adha tahun ini jatuh pada hari Sabtu, 04 Oktober 2014. Tadi jam 6:15 pagi aku dan anak-anak berangkat ke Masjid dekat rumah untuk mengikuti shalat ied disana. Kami hanya bertiga saja, soalnya Abinya mereka ikut melaksanakan ibadah haji dan belum pulang. Tadi waktu aku WhatsApp dia bilang baru selesai thawaf haji di Masjidil Haram, pulang ke rumah sekalian habis shalat ied disana.

Ini kali pertamaku hanya shalat ied di Masjid dekat rumah dengan anak-anak saja. Selama tinggal di Mekkah, biasanya kami shalat ied di Masjidil Haram sekeluarga. Tadinya aku dan anak-anak waktu keluar rumah menuju lapangan depan Sukhijjaz karena biasanya disana dipakai untuk shalat ied bersama juga, tapi ternyata tahun ini ga ada. Jadi kami jalan balik arah lagi menuju masjid.

Selamat idul adha 1435H semuanya...
Salam dari Mekkah..

Friday, October 3, 2014

Ulang Tahun Mas

02 Oktober tahun ini anakku yang pertama genap usia 5 tahun.. Ya Allah..suka ga kerasa aja tiba-tiba sudah punya anak usia segede itu.. Aku sama suami kadang suka takjub sama kehidupan ini.. "Beb, kayaknya baru kemarin ya kita masih berdua dirumah, kemana-mana gandengan berdua, aku hamil, eh kok ternyata itu sudah 5 tahun yang lalu ya..."

Roda kehidupan memang terasa sangat cepat berjalan.. Tak terasa anakku yang pertama, yang dulu proses kehamilan dan kelahirannya masih sangat jelas aku ingat, anakku kini sudah lepas masa balita, memasuki usia anak-anak..

Ulang tahun kali ini seperti biasanya, kami rayakan sekeluarga dengan tiup lilin dan potong kue. Bergembira bersama.

Mas Shafwan sayang... Jadi anak yang sholeh ya, Nak.. Ummi dan Abi selalu mendoakan yang baik - baik buat kehidupanmu dan kehidupan kita. Jadilah anak yang membanggakan Ummi dan Abi, serta semuanya.. Jadi Mas yang bisa melindungi Adik Ziyad dan calon adik-adiknya nanti.. Kami sayang dan cintaaaa banget sama Mas.. I love you, Nak..

Thursday, October 2, 2014

Tamu Hajian 2014

Hajian tahun 2015 ini kami kedatangan tamu dari kampung sebelah di Indonesia, namanya Pak Solihin orang Sumber Sari. Aslinya Pak Solihin berasal dari Sumber Jaya juga, sekampung denganku, bahkan rumah orang tuanya dan rumah baruku hanya berjarak 2 rumah. Jadi kami tetanggaan. Pak Solihin ini Bapaknya teman SDku, nama anaknya Taufik.

Pas sudah sampai di Mekkah, Pak Solihin menghubungi kami. Dia memberikan oleh-oleh dan titipan dari Mbak Elfi, tetanggaku dikampung.

Moment-moment musim haji begini memang kami tunggu dengan senang hati, dimana banyak tamu - tamu Allah yang datang ke tanah suci dan yang lebih menggembirakan kami jadi kedatangan sanak keluarga dan tetangga yang dari kampung. Akan sangat membahagiakan jika bisa menjamu mereka selama di tanah suci.

Pak Solihin dan istrinya satu rombongan ada 12 orang, mereka tinggal di sebuah hotel di daerah Shisyah. Hotelnya memang bagus, tapi tanpa katering (seperti biasa jamaah pemerintah) dan tidak boleh ada kompor di kamar juga tidak disediakan dapur. Jadi untuk urusan masak hanya bisa mengandalkan magic jar.

Alhamdulillah atas izin Allah, aku jadi dengan senang hati berinisiatif memasakkan untuk Pak Solihin dan teman-temannya.

Menu yang aku buat sebagai berikut:
Jumat, 26-09-2014 :
1. nasi box paket nasi, tumis buncis wortel sosis, ikan goreng dan tempe goreng.
2. Sayur labu siam santan dan semur ayam.

Sabtu, 27-09-2014
Kali ini aku ga buatkan nasi box lagi, jadi aku kirim prasmanan sesuai ide suami :
1. Nasi
2. Sup sayuran plus bakso
3. Urap kacang panjang, bayam, kecambah
4. Telur dadar, tahu dan tempe goreng
5. Sambal tomat

Minggu, 28-09-2014
1. Nasi
2. Tumis pare pahit plus teri
3. Ikan goreng kemudian di sambel cabe hijau
4. Ayam goreng
5. Sambel terasi
6. Lalap mentimun
7. Bubur kacang hijau

Senin, 29-09-2014
1. Nasi
2. Tumis kangkung
3. Sayur lodeh
4. Balado telur
5. Bakwan jagung

Selasa, 30-09-2014
1. Nasi
2. Tumis kacang panjang
3. Sayur asem
4. Udang asam manis
5. Tahu goreng

Kiriman ini aku buat dikira-kira cukup untuk makan 12 orang bahkan lebih biar bisa cukup buat menu seharian. Jadi Pak Solihin dan teman-temannya ga perlu repot mikir makan lagi..

Untuk hari Rabu aku ga bisa ngirim, aku malamnya ngomong sama Pak Solihin, soalnya sebagian jalan menuju hotelnya sudah di blok, persiapan hari Mina pada hari Kamis dan hari Arafah pada hari Jumat. Kebayang macetnya jalanan arah kesana.

Aku tiap hari masak banyak itu hanya sendirian kadang minta bantuan suami. Rahasianya biar cepat, jadi kalau malam habis belanja, sayuran yang mau di masak esok pagi langsung dipotong - potong dan dicuci bersih sebelum dimasukkan ke kulkas. Untuk ayam atau apapun yang mau di goreng malam dibuatkan bumbu, habis dibumbui bungkus plastik masukkan ke kulkas. Bumbu lainnya juga sudah disiapkan sejak malam. Jadi pagi hari bangun tidur tinggal masak memasak. Kurang lebih 2 jam sudah siap antar. Biasanya kami antar makanan setiap jam 7 pagi.

Senangnya hatiku bisa menjamu tetangga yang sedang berhaji.. Semoga mereka menjadi haji yang mabrur, ikatan tali silaturahim kami jadi naik, dari sekedar tetangga bisa menjadi saudara..

Aku melakukan semuanya ikhlas lillahi taala, dan ditulis seperti ini bukan untuk pamer, tapi biar suatu hari nanti, entah berapa tahun ke depan aku bisa membacanya dan mengingat kembali.

Semoga setelah Pak Solihin dan teman-temannya selesai melaksanakan wajib haji di Arafah - Mina - Musdalifah, kalau mereka sudah di hotel lagi sambil menunggu jadwal kepulangannya ke Indonesia aku bisa kembali mengirim mereka menu makanan setiap hari. InsyaAllah..