Laman

Friday, June 15, 2012

HAKIKAT PERNIKAHAN ♥♥♥

Bila hakikat pernikahan adalah karena NAFSU,
 maka pasangan rajin bertengkar jika servis di kamar tidur tidak memuaskan.

Bila hakikat pernikahan adalah karena HARTA,
maka pasangan bakal bubar jika bangkrut.

Bila hakikat pernikahan adalah karena BEAUTY/BODY, 
pasangan bakal lari jika rambut beruban dan muka keriput atau badan jadi gendut.

Bila hakikat pernikahan adalah karena ANAK, 
maka pasangan akan cari alasan utk pergi jika buah hati (anak) tidak hadir.

Bila hakikat pernikahan adalah karena KEPRIBADIAN, 
pasangan akan lari jika orang berubah tingkah lakunya.

Bila hakikat pernikahan adalah karena CINTA,
 hati manusia itu tidak tetap dan mudah terpikat pada hal-hal yang lebih baik,lagi pula manusia yang dicintai pasti MATI / PERGI.

Bila hakikat pernikahan adalah karena IBADAH kepada Allah Azza Wa Jalla,
sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla itu KEKAL dan MAHA PEMBERI HIDUP kepada makhluk-NYA.Dan Allah Azza Wa Jalla mencintai hamba-NYA melebihi seorang ibu mencintai bayinya.

Maka tak ada alasan apapun didunia yang dapat meretakkan rumah tangga kecuali jika pasangan mendurhakai Allah Azza Wa Jalla.....

**copas dari fesbuknya Strawberry

Monday, June 11, 2012

Berkat Doa Ibu, Bisa Berhaji Bersama

Pertengahan tahun 2005.
Di saat sedang liburan semester kuliah, aku mudik ke desaku tercinta, untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Suatu hari, saat aku dan Ibu sedang mengobrol santai, Ibu bercerita bahwa Ibu dan Bapak telah mendaftar untuk jadi jamaah haji dan dapat jatah kursi tahun 2008. Sambil tiduran di pangkuannya, aku berkata "Aku melu munggah haji, Bu...". "Yo ayoo, tapi mbayar dewe yoo.." jawab Ibu sambil mengelus rambutku. Aku menjawab "Dongakne yoo, Bu, ben aku iso melu ibadah haji bareng-bareng". Ibu menjawab "Iyoo, mengko tak dongakne ben iso kelaksanan". Percakapan santai tanpa maksud yang pasti itu selalu membekas di otakku hingga kini. Dengan kekuasan ALLAH SWT, tahun 2008 aku benar-benar bisa melaksanakan ibadah haji bareng kedua orang tua, walau bukan dengan uangku sendiri, tapi dari seorang pria yang disediakan oleh ALLAH sebagai pendamping hidupku, Suami. ALLAH memberiku jodoh beberapa bulan sebelum keberangkatan Ibu dan Bapak ke Tanah Suci. Lelaki yang tidak ku kenal sebelumnya, melalui perantara PakLek ku. Aku menikah bulan Agustus 2008. 

November 2008.

Ibu dan Bapak berangkat ke Tanah Suci. Awalnya, aku berencana berangkat ke Tanah Suci beberapa hari sebelum keberangkatan Ibu. Tetapi, ada masalah dengan visa ku hingga pemberangkatanku sempat tercancel, padahal aku sudah di bandara. Pada waktu itu, penumpang tujuan King Abdul Aziz Airport, Jeddah hanya khusus untuk pembawa visa haji, TKW dan TKI, sedangkan visaku adalah visa family, dari suami yang telah berangkat duluan ke Saudi. Aku sempat kecewa dan menangis. Tiket pesawat Garuda yang sudah di tangan jadi tak berguna. Aku mencoba mengganti jadwal pemberangkatan setelah Jamaah Haji asal Indonesia sudah di berangkatkan semua. Aku mengambil jadwal penerbangan tanggal 3 Desember 2008, tiga hari sebelum Wukuf bagi jamaah haji. 

3 Desember 2008.
Dengan diantar Kakak dan Adik Ipar, aku kembali lagi ke bandara. Sambil boarding pass sambil harap-harap cemas. Beruntung saat itu di bandara bertemu dengan seorang ibu muda yang menggunakan visa yang sama denganku, aku memanggilnya Mbak Henny. Dia langsung jadi teman senasibku. Belum pernah bepergian ke luar negeri. Sama-sama katrok! Hehehehe... Alhamdulillah.. Kami bisa berangkat walau sempat berbelit-belit. Berdua berlari-lari menuju pesawat yang sudah hampir take off. Penumpang yang paling akhir ditunggu sebelum terbang. Setelah masuk pesawat, dengan seizin pramugari, kami tukeran tempat duduk dengan penumpang lain agar bisa satu bangku. Sebelum peringatan ponsel harus dimatikan, aku sempat menelpon suamiku. Aku sangat bersyukur. Akhirnya aku bisa terbang.. 
Setelah sekitar 9 jam dalam pesawat, kami tiba di King Abdul Azis Airport. Suami kami sudah menunggu disana. Kami menuju ke Mekkah bersama. 

4 Desember 2008. 
Sesampai di Mekkah, aku tidak menghubungi Ibu terlebih dahulu. Aku ingin memberikan surprise kepadanya. Suami mengantarku ke Maktab tempat tinggal Ibu dan Bapak selama di Mekkah. Begitu sampai dikamarnya, aku memanggilnya. Ibu kaget, haru bercampur bahagia. Disaksikan teman-teman sekamarnya, Ibu memelukku sambil terus mengucap "Alhamdulillah ya Allah..... Masyaallah.. Koe tekan kene tenan, Nduk...". Air mata ini tak kuasa untuk dibendung lagi. Waktu itu, dua hari sebelum hari wukuf di Arafah. Akhirnya, apa yang pernah aku ucapkan dalam perbincangan santai dengan Ibu bisa terwujud. Aku bisa mlaksanakan ibadah haji bareng dengan Ibu, Bapak, plus Suami. Ini berkat doa Ibu. 

Sampai sekarang, jika ada urusan ini-itu, mau melakukan sesuatu, bahkan detik-detik menjelang persalinan anak-anakku, aku selalu menyempatkan untuk menelpon Ibu dan Bapakku. Meminta ridho dan doanya. Suara Ibu selalu menenangkanku. Dan aku percaya akan kekuatan doa Ibu, doa seorang ibu, merupakan doa yang tidak ditolak dan tidak diragukan kedahsyatannya. Doa ibu adalah doa yang langsung di dengar dan di kabulkan oleh Allah SWT. 

Aku dan Bapak, Ibadah Haji 2008
Bapak dan Ibuku di Padang Arafah, 2008


Aku dan Suamiku, Padang Arafah 2008
Tiga macam do’a yang tidak di tolak, yang tidak di ragukan lagi kedahsyatannya, yaitu do’a kedua orang tua untuk anaknya, doa orang musafir (yang sedang berpergian) dan do’anya orang yang di dzalimi.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Huraihah).

Percakapan :
Aku melu munggah haji, Bu.. = Aku ikut naik haji, Bu..
Yo ayoo, tapi mbayar dewe yoo.. = Ya ayuuk, tapi bayar sendiri ya..
Dongakne yoo, Bu, be.n aku iso melu ibadah haji bareng-bareng = Doakan ya, Bu, biar aku bisa ikut ibadah haji bareng-bareng..
Koe tekan kene tenan, Nduk = Kamu sampai sini, Nduk (panggilan buat anak perempuan)