Laman

Wednesday, January 29, 2014

Madrasah Mahwal Ummiyah

Madrasah Mahwal Ummiyah (Mahwa Al Ummiyah) bisa diartikan sebagai sekolah untuk pemberantasan buta huruf bagi warna Saudi. Madrasah ini setara dengan Madrasah Ibtidaiyyah atau Sekolah Dasar tetapi hanya 3 tahun saja, tidak 6 tahun selayaknya Madrasah Ibtidaiyah. Pelajaran yang dipelajari antara lain :
1. Alqiroah Walkitabah, yaitu pelajaran menulis dan membaca huruf hijaiyah (huruf Arab).
2. Arriyadhiyat, yaitu pelajaran matematika dasar.
3. Al'ulum aldiniyyah, yaitu pelajaran ilmu agama, melingkupi fikih, tata cara beribadah dengan benar dan ilmu pengetahuan agama lainnya.
4. Alquran, yaitu pelajaran membaca, menghafal dan penjelasan ayat-ayat (tafsir) dimulai dari surat terakhir dalam Alquran.
5. English, yaitu pelajaran menulis dan membaca alfabeth serta bahasa Inggris.
 
Madrasah Mahwal Ummiyah dikhususkan buat Ibu-Ibu dan perempuan yang ingin belajar membaca jika mereka belum sempat mendapatkan pendidikan sekolah dimasa kecil. Tak jarang muridnya sudah ibu - ibu setengah baya dan perempuan dewasa.
 
Saya juga mengikuti sekolah ini. Satu - satunya Warga Negara Indonesia di sekolah ini. 'Pede aja! Daftar juga modal nekat, diterima Alhamdulillah, kalau ga diterima ya sudah! :)' Walaupun saya sudah pernah mengenyam pendidikan sampai Sarjana di Indonesia, tetapi ada tujuan lain saya mengikuti sekolah ini, yaitu ingin mempelajari Bahasa Arab. Saya sekolah di Madrasah Mahwal Ummiyah No. 27 yang beralamat di Haffair, sekitar 2 kilo meter dari Masjidil Haram. Saya belajar setiap hari Minggu sampai Kamis, jam 3 sore sampai jam 6 sore.
 
Selama tinggal di Mekkah, profesi saya yang sebagai ibu rumah tangga biasa, memang tidak sempat mempelajari Bahasa Arab. We knowlah.., tidak ada gerak bagi ibu rumah tangga (perempuan khususnya) disini untuk bersosialisasi dengan warga Arab. Tidak ada sosialisasi sesama ibu rumah tangga walaupun dengan tetangga. Untuk itu, saya tertarik mengikuti Madrasah Mahwal Ummiyah ini. Saya ingin memasuki  dan bersosialisasi serta berteman dengan Ibu - Ibu Arab, yang pasti akan saya dapatkan di Madrasah.
 
Untuk membaca huruf Arab, saya tidak ada masalah. Saya lancar dan fasih dalam membaca Alquran. Tetapi jika huruf Arab itu tanpa harokat atau dikenal dengan istilah tulisan Arab gundul, saya belum bisa membacanya. Dengan belajar disini, saya mulai bisa membaca tulisan Arab tanpa harokat.
Untuk pelajaran matematika dasar dan menulis alfabeth serta Bahasa Inggris saya juaranya. Saya malah dijadikan rujukan teman - teman sampai kelas 3 untuk minta ajari menulis alfabeth.
 
Para guru disini paham bahwa Bahasa Arab saya masih minim dan jika ada penjelasan mereka yang saya belum mengerti, saya minta dijelaskan secara pelan - pelan. Karena memang tujuan saya ikut sekolah ini mengambil bahasa yang mereka pakai. Hasilnya sekarang saya jadi mulai bisa berbicara dalam Bahasa Arab. Jadi lebih pede bila diajak ngomong oleh orang Arab. Dan lebih dari itu, saya juga bisa mengajari anak sulung saya yang mulai mengikuti sekolah playgroup Arab.
 
-Tidak ada kata terlambat untuk belajar-

Monday, January 27, 2014

Selamat Menjadi Muslimah Ukhti Dari Kenya

Kisah nyata ini terjadi dua minggu yang lalu, 12 Januari 2014. Pada sore menjelang maghrib itu seperti biasanya suamiku telah bersiap-siap mau berangkat mengikuti pengajian rutin komunitasMuslim dari Indonesia setiap Minggu malam di Markaz Jaliyat kota Tana'im, Mekkah. Tidak seperti biasanya, kedua anak kami (Shafwan dan Ziyad) sore itu pada ingin ikut Abinya pengajian, padahal biasanya hanya salah satu dari mereka yang ikut. Itupun secara bergantian, jika Minggu ini Shafwan yang ikut, maka Minggu berikutnya Ziyad yang ikut. Sore itu anak-anak tidak bisa di cegah, menangis semua karena mau ikut. Akhirnya aku yang mengalah, kalau begini aku harus ikut juga, walau nanti cuma bisa menunggui mereka yang lagi mengikuti pengajian dengan duduk sendirian di dalam mobil diparkiran. Setidaknya aku stand by dekat mereka, jadi jikalau nanti anak-anak pada bertengkar di dalam forum pengajian, atau salah satu dari mereka sudah bosan, Suami bisa dengan mudah mengantarkan ke mobil untuk aku temani, biar tidak mengganggu jalannya pengajian. Maklum, kedua anak kami masih balita, kadang masih suka susah dikendalikan. Suami juga suka kualahan kalau hanya sendirian membawa mereka berdua.

Sore itu, Suami yang sudah siap berangkat jadi harus bersabar menunggu kami bertiga bersiap-siap. Aku tau dia nanti pasti terlambat datang, tapi dia tetap sabar. 

Kami sampai Markaz Jaliyat (dalam Bahasa Inggris di sebut dengan Islamic Center) setelah maghrib. Halaman Markaz Jaliyat sudah sepi, para jamaah pengajian sudah berada didalam mengikuti pengajian. Suamiku benar terlambat. Pada saat  kami mau mau memarkir mobil kami, dalam keremangan kami melihat ada sekitar 4 orang yang yang masih berdiri berbincang dengan jarak dua mobil dari mobil kami.

Suamiku keluar mobil bersama kedua anak kami. Aku yang sendirian dalam mobil menyalakan lampu dalam dan mengambil buku yang memang aku bawa biar bisa aku baca sembari menunggu mereka. Belum sempat aku membaca Suamiku balik lagi ke dalam mobil. 

"Ada apa, Beb, kok balik lagi?" Tanyaku.
"Tadi aku dipanggil oleh Syekh itu, ditanya istri kamu bisa Bahasa Inggris atau ga? Aku jawab Insyaallah bisa. Terus dia minta tolong kamu suruh ngajari ada orang perempuan dari Kenya mau masuk Islam tapi perempuan itu ga bisa Bahasa Arab. Itu mereka yang berdiri disana." Suamiku menjelaskan sambil menunjuk ke 4 orang yang tidak jauh dari kami.

Aku keluar dari mobil dan bersama  suami serta anak- anak menuju ke tempat 4 orang yang berdiri. Aku melihat ada 3 orang lelaki (dua orang diantaranya Syekh Arab pegawai Markaz Jaliyat) dan seorang perempuan, sebenarnya masih ada dua orang lagi, duduk di dalam mobil seorang Ibu Arab dan anaknya. Saat kami sampai tujuan, Syekh Arab masih bertanya identitas Perempuan Kenya itu, sebut saja namanya Idama. Kemudian kami bersama-sama menjadi saksi saat Idama membaca dua kalimat shahadat dipandu oleh Syekh. Kami semua terharu menyaksikan itu. Setelah selesai, Syekh memberi intruksi kepada suamiku agar menyampaikan kepadaku untuk mengajari Idama tentang Islam. "Insyaallah." Jawabku. 

Setelah kedua Syekh pegawai Markaz Jaliyat masuk ke dalam Markaz Jaliyat diikuti oleh Suamiku dan kedua anakku,serta lelaki satunya. Aku mengucapkan salam "Assalamualaikum Ukhti.." Idama menjawab salam dan kemudian kami menangis dalam pelukan, terharu dan berbahagia. Kami telah menjadi saudara, saudara dalam Islam. Kemudian aku bersalaman dengan seorang Ibu Arab yang duduk di dalam mobil di samping kami berdiri tadi, sebut saja namanya Ummu Nawal. Aku dan Ummu Nawal juga berpelukan dan menangis bahagia. Ummu Nawal bercerita bahwa Idama adalah asisten rumah tangganya yang sudah dua tahun bekerja. Tiba-tiba tadi siang Idama mengutarakan niatnya untuk masuk agama Islam. Kemudian Ummu Nawal beserta anak dan suaminya yang berasal dari Jeddah spesial datang ke Markaz Jaliyat kota Tana'im ini untuk membantu meng-Islamkan. Dia senang sekali pembantunya minta masuk agama Islam. 

Setelah itu lelaki satunya (suami Ummu Nawal) keluar lagi dari Markaz Jaliyat membawa tikar dan kotak berisi makanan ringan untuk kami. Aku dan Idama duduk diatas tikar yang telah digelar di taman kecil depan Markaz Jaliyat, tidak jauh dari tempat parkir mobil. Aku berbincang dengan Idama di bawah sinar rembulan ditemani segarnya angin malam. Aku mengawali perbincangan dengan bertanya 'kenapa dia ingin masuk islam? Apakah ada yang memaksa atau lahir dari hatinya sendiri? Apa agama keluarga asalnya di Kenya?' Dia menjawab dengan tegas bahwa dia ingin masuk Islam karena keinginannya sendiri, lahir dari hatinya yang paling dalam. Keluarga besarnya di Kenya beragama Nasrani, dia belum memberi tau keluarga besarnya tentang keinginannya masuk Islam, tapi nanti dia akan menelpon mereka untuk memberi tau. Idama antusias sekali.

Tidak mau berpanjang lebar, aku langsung bertanya kepadanya apa yang dia ingin tau tentang Islam. Yang pertama dia ajukan adalah dia ingin diajari untuk shalat. Kemudian aku menjelaskan kepadanya tentang rukun Islam dimana shalat ini adalah satu dalam kewajibannya kini sebagai seorang Muslimah. Aku mengajarinya berwudhu, mengajarinya bacaan dan gerakan shalat. Kemudian kami praktek bersama.

Setelah lebih sejam lebih kami belajar bersama, tak terasa waktu semakin malam, sudah mendekati Isya, berarti sebentar lagi pengajian para bapak-bapak akan usai dan mereka keluar dari Markaz Jaliyat. Aku menyarankan pada Idama untuk membeli buku-buku bacaan tentang tata cara shalat dan kewajiban lainnya sebagai seorang Muslimah serta Alquran terjemahan agar bisa dia baca dan pelajari sendiri di rumah. Juga agar dia semakin mendalami dan menambah pengetahuannya tentang agama Islam. Kami mengakhiri perbincangan kami dengan kembali berpelukan. Kemudian aku berpamitan dengan Ummu Nawal dan berpesan kepadanya agar mengantarkan Idama membeli buku-buku Islam. Ummu Nawal berkata bahwa dia pasti akan membelikan buku-buku tentang Islam serta Alquran, akan mengajarinya membaca dan menuntun Idama menjadi Muslimah sejati dirumahnya.

Malam itu hatiku gembira. Ternyata keributan anak-anak sebelum Suamiku berangkat pengajian tadi sore itu ada hikmah besar didalamnya. Ada rahasia tersembunyi dari Allah swt yang mau Dia tunjukkan hingga aku bisa berada di Markaz Jaliyat malam ini.

Tidak berapa lama, Suamiku selesai pengajian, dan dia membawa sebuah tas seperti tas laptop ditangannya. Sesampai di mobil, dia berkata "Cin, ini ada hadiah tas buat kamu dari Markaz Jaliyat." Setelah aku buka ternyata tas itu kalau dibuka akan menjadi sajadah lebar yang cukup untuk shalat 4 orang dan ada sebuah kitab suci Alquran didalamnya. Kututup kembali tas itu dengan mengucap Alhamdulillah ya Allah untuk kejutan hari ini....

Saturday, January 25, 2014

Mencapai Gua Hira Bersama Asma Nadia

http://shazymoms.blogspot.com
Saya dan Mbak Asma Nadia berpose di lereng Jabal Nur
Pada malam 20 Februari 2013, sekitar jam 11 malam, aku dan anak-anak duduk di pelataran thawaf depan Ka’bah, di dalam Masjidil Haram, menunggui suami yang sedang melaksanakan thawaf. Pada malam libur seperti ini, kami sekeluarga memang sering menghabiskan malam untuk beribadah di Baitullah.

Ketika kami sedang duduk santai, sambil suami istirahat selasai thawafnya, tidak jauh dari tempat kami duduk ada seorang perempuan berjilbab pink bersama beberapa perempuan lainnya. Perempuan berjilbab pink itu orang yang sangat familiar. Aku meyakinkan dengan menanyakan pada suamiku, dan dia juga mengenal perempuan itu. Kemudian kami mendekatinya, “Mbak Asma Nadia ya?” sapaku. “Iya Dek, benar.” Jawabnya. Suasana akrab langsung tercipta, Mbak Asma masih mengenali kami sekeluarga dengan baik. Memang, hampir setahun yang lalu, tepatnya 23 Maret 2012, kami sudah pernah bertemu dan berbincang dengan Mbak Asma Nadia di sebuah hotel bersama teman-teman Forum Lingkar Pena (FLP) Saudi.

Singkat cerita, Mbak Asma bilang kepada kami bahwa untuk umroh kali ini dia ingin mendapat pengalaman berbeda dengan umroh-umroh sebelumnya. Dia ingin mengunjungi tempat wisata bersejarah yang jarang dikunjungi. Kemudian aku mengusulkan untuk mendaki Jabal Nur menuju Gua Hira, atau ke Thaif, atau mendaki Jabal Tsur menuju Gua Tsur. Awalnya Mbak Asma tertarik untuk mengunjungi Thaif, tetapi karena visa umroh hanya berlaku di tiga kota yaitu Jeddah-Mekkah-Madinah, jadi kami tidak mau mengambil resiko jika nanti harus berurusan dengan Polisi Imigrasi. Akhirnya, kesepakatan hari Jumat, 22 Februari 2013, jam 7 pagi kita mau mendaki Jabal Nur menuju Gua Hira.

Sesuai waktu yang sudah disepakati, Jumat pagi itu, aku diantarkan oleh suamiku menjemput Mbak Asma di hotel,  Mbak Asma membawa Indria Cahya, teman umrohnya. Kemudian kami bertiga diantarkan sampai ke kaki Jabal Nur. Kami bertiga mendaki Jabal Nur (Jabal dalam Bahasa Indonesia berarti gunung) untuk menuju Gua Hira dengan penuh semangat. Gua Hira ini terletak di sebelah Timur Laut Masjidil Haram di puncak Jabal Nur, dengan ketinggian kira – kira 281 meter dari permukaan tanah. Masih terdapat didalam Kota Mekah. Tempat itu dikenal dengan sejarahnya karena disanalah Nabi Muhammad SAW pernah menyendiri dan beribadah sebelum diangkat menjadi Nabi,
 yang kala itu Malaikat Jibril datang kepada Nabi dengan membawa wahyu yang pertama, surah Al-Alaq 1-5. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Senin, tanggal 21 Ramadhan, di malam hari,bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 610 M. Tepatnya, saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut Kalender Hijriyah, atau sekitar usia 39 tahun, 3 bulan, 20 hari berdasar Kalender Masehi.

Selama pendakian Jabal Nur, kami banyak bertemu dengan pendaki lain dari berbagai Negara. Jika hari Jumat jumlah pendaki memang lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa. Karena kami mendaki dengan santai, sebentar-sebentar istirahat dan foto-foto, terlebih Mbak Asma yang memang sudah menyiapkan kamera DSLRnya untuk mengabadikan setiap moment, setelah 2 jam kami baru sampai puncak Jabal. Di puncak Jabal Nur ada tempat istirahat sekaligus warung yang menyediakan berbagai asesoris khas Mekkah, menjual minuman dingin dan hangat serta makanan ringan. Mbak Asma terkesima dengan adanya Indomie yang dijual juga disana. Indomie memang merakyat di Saudi ini. Bahkan ada pabrik Indomie di Jeddah. Kami bertiga istirahat sejenak sembari menikmati Indomie panas dan minum teh susu hangat, sambil menikmati udara puncak gunung yang sejuk dan melihat pemandangan Kota Mekkah dari atas gunung.
http://shazymoms.blogspot.com
Melihat antrian masuk Gua Hira dari atas Jabal Nur
Untuk mencapai Gua Hira, setelah kita berada di puncak gunung (yang terdapat warung tadi), kita harus turun lagi sedikit, melewati jalan setapak dan melewati pintu gua berupa terowongan sempit yang diapit oleh bebatuan dengan lebar sekitar 60 cm, tinggi sekitar 2 - 3 meter sepanjang 2,5 meter dan pintu keluar terowongan ini hanya sekitar 15 cm, jadi untuk keluarnya harus memiringkan badan untuk bisa keluar. Jadi kalau yang bertubuh gendut di jamin akan terjepit dipintu keluar terowongan sempit ini, hehehe… Tapi jangan kuatir, karena ada alternative jalan lainnya, yaitu melewati bebatuan diatas terowongan ini, walau jalannya jadi sedikit menyusahkan. Setelah melewati terowongan tadi kita baru sampai bagian depan (halaman) Gua Hira yang biasanya penuh orang yang sedang antri ingin memasuki Gua Hira. Gua Hira sebenarnya tidak terlalu besar, bahkan bisa dibilang sangat kecil. Pintu Gua menghadap ke utara, panjang Gua Hira sendiri hanya sekitar 2 m, lebarnya tidak menentu tetapi paling besar hanya sekitar 1,30 m, dengan ketinggian sekitar 2 m. Jadi, luas Gua Hira kira- kira cukup untuk shalat dua orang saja.
http://shazymoms.blogspot.com
Di depan pintu masuk 'terowongan' menuju Gua Hira
(Saya, Mbak Asma Nadia dan Indria Cahya)
Oh ya, ada kejadian lucu saat kami bertiga mau memasuki terowongan, yaitu adanya kera kecil (Arabian Baboon) yang nongkrong di dalamnya. Alhasil kami bertiga mencari cara gimana supaya si kera yang lagi nongrong tidak mengganggu perlintasan kita. Aku melempar roti, si kera ternyata ngga mau mengambilnya. Akhirnya, dia kami usir dengan menggunakan tongkat yang kami bawa. Jikalau mendaki Jabal Nur di pagi hari (kurang dari jam 8) memang akan banyak menjumpai kera dilereng Jabal Nur. Para kera ini dengan sengaja mendekati para pendaki agar diberin makanan. Mereka akan keluar melalui lereng-lereng bukit gunung, tetapi setelah matahari sedikit panas, mereka akan menuju persembunyiannya lagi.
Mbak Asma Nadia melewati celah sempit
pintu keluar terowongan :)

Thursday, January 23, 2014

Humaid Albuqaish, Tarzan Kota Super Tajir

shazymoms.blogspot.com
Sumber : Instagram @humaidalbuqaish
Humaid Abdalla Albuqaish atau lebih di kenal dengan nama Humaid Albuqaish adalah pria Arab muda super kaya raya yang berasal dari Dubai, United Arab Emirat. Humaid menunjukkan status sosialnya dengan gaya hidup yang berbeda sehingga dengan cepat mencuri perhatian dari penduduk dunia. Semua berawal dari foto - foto koleksinya yang dia upload ke jejaring sosial instagram. Kalau orang kaya lainnya menunjukkan kekayaannya dengan mengupload mobil mewah dan rumah mewah, Humaid lebih dari itu, dia punya binatang 'mewah' yang bisa menjadi teman baik dan menggunakan mobil mewah koleksinya sebagai 'mainan' binatang. Binatang mewah nan buas yang dimaksud adalah singa, macan tutul, chetah dan harimau. Humaid bisa menampilkan bahwa dia bersahabat baik dengan para binatang buas itu. Berenang bersama, bermain bersama, berpelukan, dan keakraban lain mereka tunjukkan lewat foto dan video yang ada di instagram. Humaid membawa simbol baru dalam berstatus sosial hingga dia dijuluki The King of Lions oleh beberapa followernya yang sampai saat ini sudah berjumlah 346.000 followers.

Humaid memiliki koleksi mobil mewah yang juga dia tampilkan di instagram. Ada Porsche, Lamborgini, Mercedes, Ferrari, dan lain - lain. Mobil mewah super mahal itu seolah di buat 'mainan' oleh Humaid dan binatang buasnya. Singa naik ke atas mobil baginya mungkin hal yang biasa, tanpa takut melukai badan mobilnya.

Selain para binatang buas tersebut, masih ada beberapa binatang lain seperti  kura - kura, berbagai burung, kuda, anjing, monyet, kucing dan lainnya. Humaid memang layak memiliki kebun binatang pribadi dan mendapatkan gelar Tarzan masa kini, Tarzan kota yang super tajir.

shazymoms.blogspot.com
Beberapa foto di akun instagram @humaidalbuqaish
shazymoms.blogspot.com
Beberapa foto di akun instagram@humaidalbuqaish

Wednesday, January 22, 2014

Komunitas Muslim dan Muslimah Indonesia di Mekkah (KALIMAH)


Komunitas Muslim dan Muslimah Indonesia Mekah
Soft launching KALIMAH
KALIMAH adalah sebuah tempat beraktifitas kebaikan bersama bagi Muslim dan Muslimah Indonesia yang tinggal di Mekkah, Saudi Arabia, disatukan oleh visi Membangun Persaudaraan Muslim dan Muslimah Indonesia - Mekkah.
 Serta mempunyai misi mencerdaskan, menjalin dan menjaga silaturahim sesama muslim Indonesia yang ada di Mekkah. 

Komunitas ini baru diresmikan pada tanggal 9 Maret 2012. Terbentuknya KALIMAH  didasari oleh banyaknya Warga Negara Indonesia (WNI) tinggal di Mekkah tetapi tidak saling mengenal dan tidak bersatu. Bersama beberapa teman akhirnya kami berdiskusi dan membentuk kepanitiaan sebagai dasar akan didirikannya komunitas ini. Kami saat itu enam orang mengadakan rapat internal dan akhirnya tecetuslah ide nama KALIMAH singkatan dari Komunitas Muslimah Indonesia - Mekkah. Awal mula terbentuknya  KALIMAH susunan panitianya adalah Kak Amani sebagai ketua, Bunda Halimah dan Teh Aas sebagai seksi hubungan masyarakat, Mbak Taqi dan Mbak Ida sebagai seksi PSDM (Pengembangan Sumber Daya Muslimah), serta saya sendiri sebagai sekretaris merangkap bendahara.

shazymoms.blogspot.com
KALIMAH bersama Oki Setiana Dewi dan Kak Adi
Proses perekrutan anggota dengan cara mengumpulkan teman - teman kami yang kami kenal dari latarbelakang berbeda. Akhirnya terkumpullah anggota aktif KALIMAH yang sekarang ada sekitar 40 orang. Sebagian besar anggota adalah para ibu rumah tangga, mahasiswi dan perawat rumah sakit. KALIMAH tidak mengkhususkan diri untuk WNI, tetapi ada juga beberapa anggota warga negara asing yang berketurunan Indonesia.
Pertemuan rutin KALIMAH setiap dua minggu sekali, diisi dengan pengajian tafsir AlQuran dengan pengisi tetapnya adalah seorang Ustad, serta arisan. Ada juga pertemuan yg bersifat insidental dimana kita akan mengadakan pertemuan diluar jadwal rutin.

Pertemuan insidental biasanya diadakan apabila ada tokoh - tokoh dari indonesia yang sedang berkunjung ke Mekkah. Kami pernah menghadirkan Oki Setiana Dewi (artis dan penulis), Bunda Neno Warisan (publik figur), Kak Adi (pemilik Rumah Qurani, Bandung), Muhammad Fauzil Adhim (penulis), ustazdah Mariam dan dokter spesialis. Selain itu kita juga mengadakan rihlah /piknik bersama keluarga besar KALIMAH ke tempat - tempat wisata dan tempat bersejarah. Ada juga acara buka puasa bersama, acara manasik haji untuk umum setiap menjelang musim haji dan halal bihalal.
Komunitas Muslim dan Muslimah Indonesia - Mekah
KALIMAH bersama Bunda Neno Warisman
Beriring berjalannya waktu, ada perluasan anggota KALIMAH yang bukan hanya untuk kalangan wanita, tetapi meluas ke para bapak-bapak dan remaja putra hingga sejak akhir tahun 2013 menjadi Komunitas Muslim dan Muslimah Indonesia - Mekkah. 

Alhamdulillah dengan adanya KALIMAH terasa sekali manfaatnya. Bertambah teman, bertambah saudara dan bertambah ilmu pengetahuan serta wawasan. Bagi yang ingin tahu lebih banyak tentang KALIMAH silahkan like fanspage KALIMAH di facebook dengan alamat www.facebook.com/ourkalimah.
Komunitas Muslim dan Muslimah Indonesia - Mekkah
KALIMAH piknik ke Pantai Thuwal

Sunday, January 19, 2014

Wisata Padang Pasir

Wisata Padang Pasir Hudaibiyah, Mekkah, 18 Januari 2014, jam 4 sampai jam 6 sore.

Acara : olahraga, lari - lari, bermain, bercanda, bergembira, berbahagia, menikmati keindahan alam semesta,  kebersamaan keluarga.

Berjalan di atas padang pasir sejauh mata memandang

Berlari - lari
Mendaki bukit

Istirahat saat lelah

Belajar pencak silat 

Tiduran bak di atas permadani membentang 

Bermain mengubur kaki

Aku sampai puncak duluan, anak-anak masih merangkak :)

Senja mengantar kita untuk pulang


Saturday, January 18, 2014

Haraj, Pasar Loak di Jeddah

Souq Al Shawarikh - Haraj Jeddah
Haraj adalah sebuah nama tempat yang populer di Jeddah yang menjual barang - barang bekas, walaupun sebenarnya banyak juga barang baru yang dijual disana tetapi biasanya barang yang sudah keluar toko sebagai barang lama dan diobral. Padahal kalau kita teliti dalam mencari dan membeli, banyak juga barang keluaran baru yang memang dijual disana. Untuk harga sudah pasti jauuuh lebih murah dari harga aslinya. Mau mencari apa saja ada di Haraj, dari perlengkapan rumah tangga, furnitur, elektronik, sampai mobil bekas juga ada. Super lengkap!

Di tempat yang lebarnya berhektar - hektar ini di dalamnya banyak terdapat jenis pasar atau disebut souq dalam Bahasa Arab. Ada Souq Al Fursan, Souq Al Tajari, Souq Al Shawarikh dan masih banyak souq serta pertokoan lainnya. Banyak juga para pedagang yang menjual dagangannya secara lesehan. Mereka menghamparkan barang dagangannya dipinggiran jalan. 
Pedagang Lesehan - Haraj Jeddah
Souq Al Fursan adalah pasar yang sebagian besar menjual perlengkapan rumah tangga dan mainan anak-anak. Souq Al Shawarikh sebagian besar isinya pedagang baju - baju murah, tas dan koper. Souq Al Tajari bagian menjual sepatu dan tas wanita serta pakaian pesta. Tapi itu tetap bukan spesifikasi khusus dari souq-souq tersebut karena yang jual di dalamnya masih bercampur dengan barang lainnya. Hanya tiga souq itulah yang sempat kami masuki sedangkan souq lainnya tidak sempat dijelajahi karena kaki ini sudah 'gempor' duluan. Capek! Karena satu souq saja sudah luas sekali. Apalagi kami membawa anak - anak, kasihan kalau mereka kelelahan.

Hasrat hati kami mau membeli perlengkapan dapur yang masih baru (tentunya dengan harga yang lebih rendah daripada harga normal) untuk rumah kami di Indonesia, mau dipaketkan gitu.. Tapi apa daya, kami ga sempat membelinya. Anak - anak keburu rewel karena pada mengantuk. Kami pergi pas jam tidur siang mereka. Kemudian kami menuju parkiran yang lumayan jauh, maksud kami tadinya membawa anak - anak ke mobil dahulu kemudian pindah mencari parkiran yang dekat dengan Souq Al Fursan biar gampang nanti memasukkan barang, tapi ternyata kami malah kejebak macet hampir sejam dalam mobil untuk jarak sekitar 2 kilo meter saja. Begitu sudah sampai ke tujuan, ga dapat parkiran :(. Jadi mending langsung bablas jalan dan sepakat sama suami minggu depan mau datang lagi. Tentunya menghindari hari Jumat seperti ini yang merupakan hari libur mingguan Saudi, kondisi Haraj pasti macet dan padet. Yang pasti kami sudah melihat - lihat barang yang ingin kami beli dan tau kisaran harga beli dari sana. 

Souq Al Fursan - Haraj Jeddah
shazymoms.blogspot
Set alat makan yang ingin kami beli di Souq  Al Fursan

Pertokoan sofa baru dan bekas di Haraj


Friday, January 17, 2014

Ibu Untuk Anak Kita (WAJIB BACA!)

Kunci untuk melahirkan anak-anak yang tajam pikirannya, jernih hatinya dan kuat jiwanya adalah mencintai ibunya sepenuh hati. Kita berikan hati kita dan waktu kita untuk menyemai cinta di hatinya, sehingga menguatkan semangatnya mendidik anak-anak yang dilahirkannya dengan pendidikan yang terbaik. Keinginan besar saja kadang tak cukup untuk membuat seorang ibu senantiasa memberikan senyumnya kepada anak. Perlu penopang berupa cinta yang tulus dari suaminya agar keinginan besar yang mulia itu tetap kokoh.

Uang yang berlimpah saja tidak cukup. Saat kita serba kekurangan, uang memang bisa memberi kebahagiaan yang sangat besar. Lebih-lebih ketika perut dililit rasa lapar, sementara tangis anak-anak yang menginginkan mainan tak bisa kita redakan karena tak ada uang. Tetapi ketika Allah telah memberi kita kecukupan rezeki, permata yang terbaik pun tidak cukup untuk menunjukkan cinta kita kepada istri. Ada yang lebih berharga daripada ruby atau berlian yang paling jernih. Ada yang lebih membahagiakan daripada sutera yang paling halus atau jam tangan paling elegan.

Apa itu? Waktu kita dan perhatian kita.

Kita punya waktu setiap hari. Tidak ada perbedaan sedikit pun antara waktu kita dan waktu yang dimiliki orang-orang sibuk di seluruh dunia. Kita juga mempunyai waktu luang yang tidak sedikit. Hanya saja, kerapkali kita tidak menyadari waktu luang itu. Di pesawat misalnya, kita punya waktu luang yang sangat banyak untuk membaca. Tetapi karena tidak kita sadari –dan akhirnya tidak kita manfaatkan dengan baik—beberapa tugas yang seharusnya bisa kita selesaikan di perjalanan, akhirnya mengambil hak istri dan anak-anak kita. Waktu yang seharusnya menjadi saat-saat yang membahagiakan mereka, kita ambil untuk urusan yang sebenarnya bisa kita selesaikan di luar rumah.

Bagaimana kita menghabiskan waktu bersama istri di rumah juga sangat berpengaruh terhadap perasaannya. Satu jam bersama istri karena kita tidak punya kesibukan di luar, berbeda sekali dengan satu jam yang memang secara khusus kita sisihkan. Bukan kita sisakan. Menyisihkan waktu satu jam khusus untuknya akan membuat ia merasa lebih kita cintai. Ia merasa istimewa. Tetapi dua jam waktu sisa, akan lain artinya.

Sayangnya, istri kita seringkali hanya mendapatkan waktu-waktu sisa dan perhatian yang juga hanya sisa-sisa. Atau, kadang justru bukan perhatian baginya, melainkan kitalah yang meminta perhatian darinya untuk menghapus penat dan lelah kita. Kita mendekat kepadanya hanya karena kita berhasrat untuk menuntaskan gejolak syahwat yang sudah begitu kuat. Setelah itu ia harus menahan dongkol mendengar suara kita mendengkur.

Astaghfirullahal ‘adziim....

Lalu atas dasar apa kita merasa telah menjadi suami yang baik baginya? Atas dasar apa kita merasa menjadi bapak yang baik, sedangkan kunci pembuka yang pertama, yakni cinta yang tulus bagi ibu anak-anak kita tidak ada dalam diri kita.

Sesungguhnya, kita punya waktu yang banyak setiap hari. Yang tidak kita punya adalah kesediaan untuk meluangkan waktu secara sengaja bagi istri kita. 

Waktu untuk apa? Waktu untuk bersamanya. Bukankah kita menikah karena ingin hidup bersama mewujudkan cita-cita besar yang sama? Bukankah kita menikah karena menginginkan kebersamaan, sehingga dengan itu kita bekerja sama membangun rumah-tangga yang di dalamnya penuh cinta dan barakah? Bukan kita menikah karena ada kebaikan yang hendak kita wujudkan melalui kerja-sama yang indah?

Tetapi...

Begitu menikah, kita sering lupa. Alih-alih kerja-sama, kita justru sama-sama kerja dan sama-sama menomor satukan urusan pekerjaan di atas segala-galanya. Kita lupa menempat¬kan urusan pada tempatnya yang pas, sehingga untuk bertemu dan berbincang santai dengan istri pun harus menunggu saat sakit datang. Itu pun terkadang tak tersedia banyak waktu, sebab bertumpuk urusan sudah menunggu di benak kita.

Banyak suami-istri yang tidak punya waktu untuk ngobrol ringan berdua, tetapi sanggup menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV. Seakan-akan mereka sedang menikmati kebersamaan, padahal yang kerapkali terjadi sesungguhnya mereka sedang menciptakan ke-sendirian bersama-sama. Secara fisik mereka berdekatan, tetapi pikiran mereka sibuk sendiri-sendiri.

Tentu saja bukan berarti tak ada tempat bagi suami istri untuk melihat tayangan bergizi, dari TV atau komputer (meski saya dan istri memilih tidak ada TV di rumah). Tetapi ketika suami-istri telah terbiasa menenggelamkan diri dengan tayangan TV untuk menghapus penat, pada akhirnya bisa terjadi ada satu titik ketika hati tak lagi saling merindu saat tak bertemu berminggu-minggu. Ada pertemuan, tapi tak ada kehangatan. Ada perjumpaan, tapi tak ada kemesraan. Bahkan percintaan pun barangkali tanpa cinta, sebab untuk tetap bersemi, cinta memerlukan kesediaan untuk berbagi waktu dan perhatian. 

Ada beberapa hal yang bisa kita kita lakukan untuk menyemai cinta agar bersemi indah. Kita tidak memperbincangkannya saat ini. Secara sederhana, jalan untuk menyemai cinta itu terutama terletak pada bagaimana kita menggunakan telinga dan lisan kita dengan bijak terhadap istri atau suami kita. Inilah kekuatan besar yang kerap kali diabaikan. Tampaknya sepele, tetapi akibatnya bisa mengejutkan.

Tentang bagaimana menyemai cinta di rumah kita, silakan baca kembali Agar Cinta Bersemi Indah (Gema Insani Press, 2002). Selebihnya, di atas cara-cara menyemai cinta, yang paling pokok adalah kesediaan kita untuk meluangkan waktu dan memberi perhatian. Tidak ada pendekatan yang efektif jika kita tak bersedia meluangkan waktu untuk melakukannya.

Nah.

Jika istri merasa dicintai dan diperhatikan, insya-Allah ia akan memiliki kesediaan untuk mendengar dan mengasuh anak-anak dengan lebih baik. Ia bisa memberi perhatian yang sempurna karena kebutuhannya untuk memperoleh perhatian dari suami telah tercukupi. Ia bisa memberikan waktunya secara total bagi anak-anak karena setiap saat ia mempunyai kesempatan untuk mereguk cinta bersama suami. Bukankah tulusnya cinta justru tampak dari kesediaan kita untuk berbagi waktu berbagi cerita pada saat tidak sedang bercinta?

Kerapkali yang membuat seorang ibu kehilangan rasa sabarnya adalah tidak adanya kesediaan suami untuk mendengar cerita-ceritanya tentang betapa hebohnya ia menghadapi anak-anak hari ini. Tak banyak yang diharapkan istri. Ia hanya berharap suaminya mau mendengar dengan sungguh-sungguh cerita tentang anaknya –tidak terkecuali tentang bagaimana seriusnya ia mengasuh anak—dan itu “sudah cukup” menjadi tanda cinta. Kadang hanya dengan kesediaan kita meluangkan waktu untuk berbincang berdua, rasa capek menghadapi anak seharian serasa hilang begitu saja. Seakan-akan tumpukan pekerjaan dan hingar bingar tingkah anak sedari pagi hingga malam, tak berbekas sedikit pun di wajahnya.

Alhasil, kesediaan untuk secara sengaja menyisihkan waktu bagi istri tidak saja mem¬buat pernikahan lebih terasa maknanya, lebih dari itu merupakan hadiah terbaik buat anak. Perhatian yang tulus membuat kemesraan bertambah-tambah. Pada saat yang sama, menjadikan ia memiliki energi yang lebih besar untuk sabar dalam mengasuh, mendidik dan menemani anak.

Ya... ya... ya..., cintailah istri Anda sepenuh hati agar ia bisa menjadi ibu yang paling ikhlas mendidik anak-anaknya dengan cinta dan perhatian. Semoga!


(Copas Tulisan Inspiratif dari Penulis Buku Favorit : Mohammad Fauzil Adhim)

Surat Untuk Suamiku

Sayang, jika suatu hari kamu membaca tulisan ini, aku mau mengucapkan beribu - ribu terima kasih padamu atas segala kebaikanmu. Kamu suami yang sangat penyabar, berbeda denganku yang cenderung emosional. Aku yang kadang bete, aku yang kurang sabaran, aku yang suka cerewet, tetapi kamu selalu menghadapiku dengan kesabaran dan sikap yang tenang. Suamiku yang romantis, bantulah selalu istrimu ini untuk menjadi lebih baik lagi. Bimbinglah aku agar menjadi istri yang sholihah. 

Maafkan atas segala kekuranganku, atas ketidaksempurnaanku, maafkan atas segala sikapku yang menjengkelkan bagimu.


Semoga jalinan cinta kita abadi selamanya, selalu bersama sampai maut memisahkan kita, menciptakan rumah tangga yang sakinah, mawadah, wa rohmah, serta diberkahi oleh Allah swt. Bersama kita menciptakan kebahagiaan, bersama kita membimbing anak-anak kita menjadi pribadi yang menyenangkan.

I love you,
♥♥♥
    

Wednesday, January 15, 2014

Air Mancur Tertinggi di Dunia


Latar : Air Mancur Jeddah
Hampir setiap sebulan sekali, keluarga kami meluangkan waktu untuk liburan dengan bersantai menikmati keindahan pantai Laut Merah di sore hari. Udaranya yang segar, sepoi angin dan keindahan rona senja bisa membuat kami terasa lebih fresh, terutama anak-anak. Pantai Laut Merah, Jeddah, yang sekarang telah berbeda dengan pantai yang dulu, 2 - 3 tahun yang lalu. Setelah di renovasi, pantai menjadi lebih tertata, rapi, banyak tanaman bunga, banyak arena bermain untuk anak, dan di beberapa tempat area pantai telah dilapisi paving block sehingga berjalan kaki menyusuri pantai menjadi lebih nyaman.

Di Pantai yang terletak di sepanjang jalan Corniche, Jeddah, Saudi Arabia ini, ada sebuah air mancur di perairan pantai yang menambah keindahan pemandangan di malam hari. Biasanya air mancur dinyalakan menjelang magrib. Air mancur ini di kenal dengan nama air mancur Raja Fahd karena di buat pada masa pemerintahan Raja Fahd. Di kenal juga dengan istilah Fountain Jeddah. Tinggi air mancur adalah 1.024 kaki (853 meter) di atas Laut Merah, tak heran jika air mancur ini mendapat prestasi sebagai air mancur tertinggi di dunia. Air mancur ini dapat terlihat di seluruh kawasan sekitar Jeddah. Air itu dapat menyemburkan hingga mencapai kecepatan 375 kilometer (233 mil) per jam dan massa udara yang dapat melebihi 18 ton. Air mancur ini dibangun antara tahun 1980 - 1983 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Air mancur ini menggunakan air asin yang diambil dari Laut Merah, bukan air tawar. Menggunakan lebih dari 500 lampu sorot untuk menerangi air mancur di malam hari.

Menikmati indahnya rona senja dipinggir pantai

Sumber pustaka : puncak dunia.com