Laman

Thursday, July 31, 2014

Catatan Lebaran Hari Ke-3 (30 Juli 2014)

Setelah Abi selesai shalat subuh sekitar jam 5 pagi, aku dan anak-anak sedang sarapan di dalam kamar hotel. Abi nyusul sarapan juga. Planning kita pagi ini adalah mau ke Pantai Pantai Laut Merah, menikmati sunrise dan hangatnya udara. Setelah siap semua, sekitar jam 6 pagi kami berangkat, rencananya disana sebentar saja, jam 7 lebih kami pulang hotel lagi. Kami pikir kalau pagi hari jalanan menuju pantai bakal sepi, ga semacet kalau sore hari, rupanya kami salah prediksi. Jarak hotel ke pantai yang seharusnya bisa ditempuh waktu 10 menit saja menjadi setengah jam lebih, terus dapat pantai bagian ujung, bukan yang dekat dengan air mancur. Ya sudahlah, nikmati aja. Suasana lebaran begini pantai memang diserbu oleh pengunjung baik dari kota Jeddah sendiri maupun yang datang dari luar kota.

Sesampai di pantai yang dekat Masjid (sayang aku lupa lihat nama masjidnya) anak-anak mainan mobil remotan yang baru di beli semalam di taman pinggir pantai. Sepanjang pantai Jeddah sekarang dibikin taman yang indah dan sejuk, banyak pepohonan. Enak buat bersantai. Aku dan Abi (suamiku sayang) duduk diatas karpet yang kami gelar sambil memperhatikan Shafwan dan Ziyad bermain. Senang dan bahagia rasanya..

Semakin lama, udara mulai panas. Sekarang memang masih musim panas disini. Aku ajak anak-anak untuk kembali ke hotel. Tapi Ziyad menolak, dia bilang "Kan katanya mau ke pantai?"
Ummi (aku): "Lha ini kan sudah dipantai dari tadi, Dek?"
Ziyad: "Ini taman, bukan pantai. Pantai itu yang ada ail dan pasilnya.."
Oooh... Ternyata bagi Ziyad walaupun sudah di pelataran pantai, kalau belum nyemplung ke pinggiran laut serta mainan pasir berarti BELUM KE PANTAI!! Hahaha... Emang lucu nih anak..

Setelah kami antar mereka ke bibir laut untuk mainan air dan pasir serta melempar batu-batu kecil ke laut, baru kami pulang. Tadinya juga ga mau pulang, tapi karena di rayu suruh istirahat dulu kemudian nanti sore ke pantai yang ada ikan lumba-lumbanya, baru mereka nurut. O ya, pas pada melempari batu ke laut, kami bertanya sama anak-anak "Kenapa sih kok pada lempar batu?". "Biar ikannya mati!" jawaban Ziyad membuat kami tersenyum.

Jam 8 lebih kami pulang. Dalam perjalanan pulang ke Al Hayet Palace Hotel, kami mampir sebentar ke Red Sea Hotel untuk menyampaikan amanah dari teman suami (Ustadz Muslim), ada urusan bisnis sebentar disana. Aku dan anak-anak nungguin aja dalam mobil. Setelah selesai, kami lanjutkan perjalanan dan sebelum masuk hotel kami beli makanan Arab yang dijual di dekat hotel, untuk makan siang nanti.

Sampai kamar hotel, anak-anak langsung minta berendam di bath up, mainan air lagi. Setelah semua selesai bersih - bersih, jam 10an pagi kami mulai bersiap untuk tidur, mengumpulkan energi lagi sebelum nanti jam 3 sore check-out kemudian menuju pantai lagi, Fakieh Aquarium.

Jam 2 siang anak-anak kami angunkan. Shafwan paling susah bangun, dia tadi bisa tidur memang paling telat. Ziyad bangun dan bilang kepalanya pusing, badannya emang agak hangat. Setelah beres semua, jam 2:45 siang kami keluar kamar. Sementara Abi membereskan administrasi, aku dan anak-anak duduk di lobi. Shafwan Ziyad masih agak lemas, hawanya masih ngantuk.

Kami memasukkan barang ke mobil, kemudian berangkat ke tujuan selanjutnya, sea world-nya pantai Jeddah, Fakieh Aquarium, memenuhi keinginan anak-anak yang pengen lihat atraksi ikan lumba-lumba. Sepanjang perjalanan mataku dan suami sambil awas mencari apotik yang buka, mau beli obat penurun panas anak. Kemudian kami masuk wilayah Syarafiyah, Jeddah, menemukan apotik yang buka, kami beli Fevadol anak. Setelah itu mencari restoran Indonesia yang buka dan nemu restoran Setia Kawan samping toko Indonesia "Toko Madura". Anak-anak minum Fevadol di dalam restoran, kami pesan nasi, sate madura, bakso dan "lupa namanya", serta es teh.

Selesai makan, kami menuju Fakieh Aquarium. Sampai Fakieh Aquarium jam 4 lebih. Kami beli tiket masuk teater lumba-lumba, perorang 50 SR (Saudi Riyal). Atraksi lumba-lumba baru dimulai jam 5 sore. Udara yang lumayan panas membuatku kegerahan. Maklum, aku lagi hamil jadi ga tahan panas. Kemudian kami masuk restoran yang ada disana. Mau pesan orange jus saja di dalam karena niatnya emang mau ngadem sambil nunggu teater lumba-lumba buka. Karena ga dilayani juga (karena kesalahanku deng! Belum menuju kasir untuk bayar dulu, ga tau kalau aturannya begitu), dan anak-anak lebih tertarik lari keluar restoran lagi melihat ada kuda laut. Abinya jadi mengikuti keluar menemani mereka, akhirnya aku keluar lagi dari restoran. Alhamdulillah jam 4:30 pintu teater buka. Langsung aja ikut antri masuk. Anak-anak diajakin ke toilet dulu sebelum masuk biar nanti si dalam ga ribut minta pipis.

Masih menunggu sampai jam 5 tepat sampai atraksi di mulai. Tapi ga apa-apalah, setidaknya menunggu di dalam teater ga sepanas menunggu di luar tadi. Di dalam teater ada yang menawarkan untuk berfoto dicium ikan setelah atraksi selesai dengan bayaran 50 SR. Shafwan minta untuk berfoto. Kami bayar dan dapat nomor antrian foto.

Atraksi dimulai tepat jam 5 sore. Moderator mulai memanaskan suasana dan 3 orang kapten (pelatih) lumba-lumba keluar. 6 ekor ikan lumba-lumba besar yang sedari tadi ada di kolam depan kami langsung berloncatan menyambut. Para kapten ternyata masuk ke kolam kuda laut dulu, membawanya ke area pinggir kolam lumba-lumba. Atraksi kuda laut dimulai. Setelah selesai baru atraksi lumba-lumba dimulai. Kami senang melihat semua anak-anak. Keinginan mereka nonton atraksi lumba-lumba sudah keturutan. Atraksi ini selama setengah jam.

Setelah selesai atraksi, para penonton keluar gedung, kecuali yang pesan foto. Kami mengikuti petugas foto untuk antri di sebelah pintu masuk tadi. Sebenarnya Shafwan antrian pertama, tapi dia malah nangis ngambek ga mau foto karena ternyata fotonya akan dicium oleh kuda laut, bukan oleh ikan lumba-lumba. Abi langsung nego ke petugas bahwa anaknya ga mau foto, akhirnya uang kami dikembalikan dan kami keluar gedung teater.

Setelah melihat atraksi lumba-lumba kami ke pinggir pantai, masih di area Fakieh Aquarium. Cuaca masih lumayan panas.

Kami merayu anak-anak untuk diajak pulang ke Mekkah. Mereka mau. Jam 7 malam kami sampai rumah dengan selamat.

Sampai rumah kami bersih - bersih, kemudian makan malam. Badan ini terasa lelah sekali,  pengen istirahat.

Wednesday, July 30, 2014

Catatan Lebaran ke-2 (29 Juli 2014)

Jam 12-an malam kami sampai rumah dari Mekkah Mall. Malam ini langsung menyusun rencana untuk mengisi acara lebaran kedua besok. Hasil rundingan berempat (Aku, Abi, Mas Shafwan dan Adek Ziyad) dapat kesepakatan besok pagi kita mau liburan ke Jeddah, nginep disana.

Setelah hampir jam 2 malam kami semua segera memaksakan diri untuk tidur mengumpulkan energi biar besok bisa bangun pagi. Abi dan Ziyad langsung bisa tertidur kelonan berdua di atas kursi sofa. Aku bertugas menidurkan Shafwan. Tapi ternyata anak ini malah ON banget! Ga bisa tidur! Dikelonin ngoceh aja. Suruh merem dan diam tetap ga ngantuk. Aku menjelang jam 4 malah yang ketiduran. Begitu aku tertidur, Shafwan malah menghilang ke ruang kamar satunya, sendirian mainan mobilan. Ckckck.. Aku bangun dan panggil lagi "Maas, ayo bobo'. Besok yang lain mau pergi malah ngantuk lho.." Dia mendekat, keloni lagi, tetap ga ngantuk - ngantuk katanya. Apa mungkin ini karena tadi pas di makan malam di Pappa Roti Mekkah Mall dia menghabiskan hampir segelas teh susu hangat ya? Jadi melek begini? Ooh..

Jam 5 pagi alarm di hape Abi bunyi, alarm bangun shalat subuh. Shafwan langsung berkata "Itu alarm mau ke Jeddah!". Dia antusias mengambil hape Abinya dan mematikan alarm terus membangunkan Abi "Abi, alarmnya sudah bunyi, ayo bangun, berangkat ke Jeddah.. ". Semangat sekali dia. Kami semua terbangun, Ziyad juga. Dia yang sebenarnya kurang fit badannya (kecapean) jadi nagih jalan-jalan ke Jeddah juga. Akhirnya setelah shalat subuh, pagi itu aku segera menyiapkan apa saja yang mau di bawa, memasukkan dalam koper, menyuci baju dan piring gelas yang kotor, sementara Abi bagian masak bekalnya. Abi masak nasi, telur rebus dan ayam di asam manis. Setelah beres dan sudah memandikan anak-anak, sebelum berangkat aku mengajak anak-anak ikut serta merapikan rumah "kita tidak akan berangkat sebelum rumahnya bersih dn rapi". Shafwan dan Ziyad segera merapikan mainannya, aku yang membersihkan dan merapikan. Jam 9 pagi semua beres. Koper, bekal makanan lengkap susu, serta rice cooker kecil dan sedikit beras. Aha! Baru kali ini kita mau bepergian membawa rice cooker dan beras segala, ini terinspirasi dari keluarga Pak Tarmin waktu kami pernah pergi ke Madinah bareng dulu, ternyata membawa roce cooker dan beras sangat bermanfaat. Apalagi dengan bekal lauk yang awet dan banyak, jadi jam berapa pun terasa lapar tinggal masak dan panasin sebentar dalam kamar, makan deh.. Soalnya emang kadang beli-beli terus makanan Arab kurang cocok di lidah, apalagi anak-anak.

Sekitar jam 9 pagi di hari lebaran kedua itu kami berangkat.

Setelah perjalanan sekitar 45 menit, kami sampai Balad, kota tua Jeddah. Kami sudah diberi tau oleh teman suami ada hotel murah dan bagus tepat di belakang Corniche, namanya Jawharat Alrida. Pas kami datangi ternyata full. Kemudian kami muter-muter nyari lagi sekitar situ sambil pasang mata mencari plang bertulisan "hotel". Budget hotel yang kami sediakan dengan harga 200-300 SR semalam, syukur ada yang lebih murah. Toh cuma buat numpang tidur inih. Tiap ada plang "hotel" Mutar..muter..tiap ada plang tulisan "hotel" Abi turun dan tanya resepsionis, ternyata hotel melati sekitar Balad mayoritas full. Maklumlah lebaran! Jadi banyak orang liburan. Naik turun mobil di cuaca yang sudah panas (jam 11an siang) membuat Abi keringatan. Akhirnya dia nyerah di Al-Hayet Palace Hotel, disitu masih ada kamar kosong dengan harga permalam 250 SR. Sedikit lebih mahal dari hotel melati disekitarnya yang bertarif sekitar 150an SR. Sudah capek dan kepanasan dia. Kasian lihatnya ;).

Setelah selesai urusan administrasi, kami memarkir mobil di halaman hotel. Gedung hotelnya memang lebih bagus daripada yang ada disekitar. Begitu masuk lobby aromanya harum dan bersih sekali. Kami menuju kamar 603. Wow, dengan harga cuma 250 SR permalam, ternyata kamarnya sangat bagus, bersih, luas dan ada bath up di kamar mandi. Ga kalah sam hotel bintang 4. Anak-anak gembira ria lihat bath up, langsung minta berendam air hangat. Abi langsung makan nasi bekal sambil nonton tv, karena capek dia jadi kelaparan. Waktu sudah hampir jam 12 siang. Selesai anak-anak mainan air, aku suapin mereka, terus mengajak anak-anak tidur siang, biar nanti sore/malam saat mau jalan-jalan ke Corniche Commercial Center dan sekitarnya mereka sudah segar kembali. Tapi anak-anak ga langsung tidur, tetap aja pecicilan dulu dimanapun berada.

Sore kami bangun. Setelah bersih-bersih dan anak-anak makan lagi, selesai shalat maghrib kami siap jalan - jalan. Jarak hotel ke Corniche menurut Google Maps sekitar 1,4 km, tapi karena kami memilih jalan kaki ambil jalan pintas jadi lebih dekat. Kan mau jalan-jalan, jadi ya jalan kaki aja. Shafwan Ziyad mah happy - happy aja, mereka malah senang kalau bisa lari-lari berkejaran. Apalagi bakal banyak toko mainan yang dilewati, bisa sekalian merengek minta belikan kalau ada yang disenangi. Dan benar saja, mereka minta mobil remotan. Sebenarnya mereka sudah lama minta mobil remotan, tapi belum dituruti aja. Dan kali ini sebagai pajak kesenangan hadiah jalan - jalan dibelikan masing-masing satu mobil remotan. Mereka memilih mobilan yang sama, kembaran. Karena tujuanku mau beli cincin, kami menuju pasar emas. Tujuan awalnya sih emang mau beli cincin saja, tapi jadinya merembet beli liontin bergambar Ka'bah juga. Dasar emak-emak!

Selesai dari pasar emas dan mainan sudah dapat, tinggal ke Warung Bakso Mang Oedin yang letaknya tepat disebelah kanan Corniche. Abi dan anak-anak makan bakso, aku makan gado-gado, minuman pesan es teh. Shafwan Ziyad lebih antusias buka karton dan mencoba mainan barunya daripada makan. Jadinya disuapin semua. Lagian mereka masih terasa kenyang karena sebelum berangkat pada disuapin juga.

Sudah kenyang semua, kami masuk Corniche Comercial Center, tujuan ke swalayan Star. Aku mau beli air minum, cemilan anak, dan pop mie buat konsumsi di hotel.

Selesai semua, kami jalan kaki lagi menuju hotel. Anak-anak sudah pada minta cepat pulang ke hotel, mereka mau mainan mobil remotan barunya.

Setelah jam 1:30 malam waktunya istirahat lagi. Oh ya, sebelum tidur kami tadi bikin pop mie dulu, lapar lagi ternyata. Terus pengen yang anget-anget. Bawa rice cooker ternyata besar manfaatnya, di kamar hotel ga disediakan kettle listrik, jadi aku rebus air pakai rice cooker. Dua ganteng kecil yang sangat aktif dan pecicilan ini tadinya ga mau tidur, mau terus mainan di kamar. Kemudian aku rayu bahwa besok harus bangun pagi mau ke pantai habis subuh, baru pada mau naik ke kasur. Masih ga tidur - tidur juga, ada saja hal kecil yang membuat mereka ribut berantem walau posisi mereka sudah dipisahkan olehku (aku tidur ditengah Shafwan dan Ziyad). Sambil melayani mereka ngobrol dan ngoceh, sambil tetap posisi tidur aku pijiti pelan-pelan kaki mereka pakai tangan kanan untuk Shafwan dan tangan kiri untuk Ziyad. Karena pada keenakan, lama-lama suasana menjadi sepi, lelap. Abi mah jangan ditanya, dia kalau urusan tidur ya paling cepat. Ketemu kasur dan bantal walau yang lain masih ribut tau-tau dia sudah ngorok aja.

Jam 5 pagi waktu Abi mau berangkat shalat subuh berjamaah ke masjid sekitar hotel, aku dan anak-anak ikutan bangun.

Pagi ini sudah masuk hari lebaran ketiga, jadi cerita kita bersambung ke Catatan Lebaran Hari Ke-3. --->

Catatan Lebaran I (28-07-2014)

Jam 4 pagi kami sekeluarga sudah siap berangkat ke Masjidil Haram untuk mengikuti jamaah shalat ied disana. Tidak terlalu sulit menyiapkan anak-anak untuk segera diajak mandi dan bersiap pergi sepagi buta itu, karena memang jam tidur anak-anak masih terbalik, akan mulai tidur setelah shalat subuh bahkan kadang jam 7-8 pagi baru tidur dan akan bangun sekitar jam 4 sore. Siklus Ramadhan di Mekkah (Saudi pada umumnya) dimana ketika bulan Ramadhan tiba siang menjadi malam dan malam menjadi siang, alias malam buat melek dan akan tidur di sepanjang siang.

Kalau berniat mengikuti shalat ied di Masjidil Haram memang harus berangkat sebelum subuh biar bisa dapat tempat duduk. Kami kesana naik bis umum Hafil, karena hanya bis umum atau taksi yang bisa menjangkau area Masjidil Haram. Area dan jalanan Masjid memang disterilkan dari arus lalu lintas bias karena menghindari kemacetan parah dan jalanan lebih diutamakan untuk para pejalan kaki. Ternyata kami berangkat kurang lebih pagi lagi, Masjidil Haram sudah sangat padat sampai halamannya, kami kebagian duduk dihalaman barisan paling belakang, tepat dimuka Hotel Daruttauhid (atau Hotel Intercont). Alhamdulillah masih bisa dapat tempat duduk, karena telat sedikit lagi saja, bisa dipastikan kami akan shalat di area jalan. Kami sampai di Masjid sekitar pukul 4:45 pagi. Agak lambat perjalanannya karena jalanan sudah padat oleh pejalan kaki yang mengakibatkan bis bergerak lebih lambat juga.

Takbir hari kemenangan, hari raya idul fitri mengalun di Masjidil Haram, membuat hati tersentuh. Ingat suasana 2 tahun yang lalu, saat kami melakukan shalat ied bersama Bapak, Ibu dan Adik Bungsuku disini. Waktu itu beramai-ramai berangkat jam 3 pagi, berangkat sepagi mungkin agar bisa masuk ke dalam Masjid. Ah, nostalgia, kenangan yang indah.

Shalat ied kali ini di mulai sekitar jam 6:15 pagi hari. Lanjut mendengarkan kutbah ied. Setelah selesai kami duduk - duduk dahulu dipelataran Hotel Daruttauhid sembari menunggu suasana menjadi lebih sepi. Jutaan umat manusia sedang berlalu lalang dihadapan kami. Subhanallah, padat sekali.

Sekitar jam 8 pagi kami mulai beranjak pergi meninggalkan Masjid menuju tempat pemberhentian bis Hafil dan taksi. Sejam menunggu, suasana mulai panas, bis yang kami tunggu tak kunjung datang. Ada apa gerangan? Anak-anak sudah mulai ngantuk dan kelelahan. Mencoba nyetop taksi ternyata harganya luar biasa menjadi sangat mahal. Dari Masjidil Haram ke rumah yang biasanya cuma 10-20 SR, sekarang mereka pasang tarif 100-150 SR. Naik berkali-kali lipat. Akhirnya kami mencoba nyetop mobil non-taksi, siapa tau nasib baik ada yang mau nyambi naksi. Dan benar, dengan mobil non-taksi tersebut akhirnya kami dapat tarif 50 SR saja.

Kami sudah pada kecapean dan lapar. Ziyad bahkan sudah tertidur pulas sejak di dalam taksi tadi. Sesampainya di rumah langsung pada bersih - bersih dan makan, terus tidur.

-----

Anak-anak bangun tidur sudah sore hari. Badan mereka sudah kembali segar, cuma Ziyad yang agak demam, mungkin dia kelelahan dan tadi juga belum sempat makan, tertidur di taksi dan tetap terlelap saat diangkat masuk rumah. Tadi sebenarnya dibangunkan diajak makan sebelum lanjut tidur lagi, tapi dia tetap terlelap.

Kami belum ada acara mau silaturahim kemana malam ini. Sejak keluarga Pak Wardoyo, Pak Kani dan Pak Budi, rumah orang - orang yang dahulu dipakai untuk kumpul silaturahim lebaran sejak akhir tahun kemarin pada pensiun jadi ga ada tempat kumpul lagi. Sebagian besar teman yang lain juga pada mudik ke tanah air. Mencoba menghubungi teman-teman yang lain ternyata sudah punya acara sendiri. Daripada dirumah saja, dan anak-anak sudah pada ngajakin jalan keluar akhirnya kami memilih jalan - jalan dan makan malam ke Mekkah Mall. Walau banyak counter yang masih tutup ternyata suasana mall ramai sekali, terlebih lagi di area playground anak dan foodcourt. Kami memilih makan malam di Pappa Roti. Menikmati roti buns sambil pesan susu hangat, teh susu panas, jus strawberry dan air putih.

Selesai makan lanjut beli "pajak" kesenangan anak, beli mainan. Anak-anak memilih satu orang satu mobil-mobilan, jam 11 malam kami keluar mall untuk pulang.

----
Lanjut ke Catatan Lebaran ke-2

Sunday, July 20, 2014

Dini Hari di Masjidil Haram

Saat ini jam digital di dinding luar Masjidil Haram menunjukkan pukul 3:24 AM, waktu sahur. Aku, suami dan anak-anak baru saja mengikuti Qiyamul Lail berjamaah disini, kemudian kami makan sahur dengan nasi serta lauk pauk yang sengaja kami bawa dari rumah. Sambil menunggu datangnya waktu subuh, aku duduk di halaman Masjid, menunggui suami yang sedang mengajak anak-anak berjalan - jalan disepanjang pelataran Masjid biar mereka ga merasa bosan.

Kami tadi datang kesini jam setengah 2 malam, sudah agak telat sebenarnya, pas sampai Qiyamul Lail sudah dimulai.

Suasana seperti ini, selalu membuatku menangis tersedu - sedu, selain karena ingat dosa-dosa dan meminta ampunan pada Allah SWT, berdoa padaNYA, hal lainnya adalah aku selalu teringat suasana Ramadhan tahun 2012. Dua tahun yang lalu. Masa-masa seperti ini aku lalui bersama kedua orang tua dan adik bungsuku, saat mereka berpuasa dan lebaran di Mekkah, dirumah kami disini.

Saat itu, tiap sore habis asyar orang tua dan adikku berangkat ke Masjidil Haram. Nanti tengah malam aku, suami dan anak-anak menyusul sekalian membawa bekal makanan dari rumah untuk sahur bersama. Kami semua pulang setelah jam 6 pagi, setelah selesai berjamaah shalat subuh dan istirahat dihalaman Masjid. Tak terasa sudah dua tahun yang lalu kebersamaan yang indah itu. Aku kangen sekali bisa bersama-sama lagi disini.

Ya Allah, berilah kami umur panjang, kesehatan dan kemurahan rezeki dariMu. Semoga cita-cita kami untuk membawa orang tua ke Mekkah lagi bulan Desember nanti berjalan lancar. Hanya kepada Mu kami memohon kemudahan ya Allah..

***

(Ramadhan tahun 2013 gantian aku dan keluarga kecilku yang menghabiskan Ramadhan dan lebaran di tanah air, Ramadhan dan lebaran 2014 kami menghabiskannya disini, di Kota Suci, tempat tinggal sementara kami).

Saturday, July 19, 2014

Menemui Ira

Minggu ini ada teman sekampung halaman yang datang umroh, namanya Ira. Tanggal 14 Juli 2014 kami sekeluarga menemui dia ditempatnya menginap di Hotel Areej AlFalah jam 3 dini hari. Jangan heran ya, disini mah kalau bulan puasa biasa bertemu orang jam segitu, karena kehidupan bulan puasa disini emang berubah jadi malam. Kami main ke hotel aja, ngobrol-ngobrol disana. Setelah itu kami langsung ke Masjidil Haram untuk sahur dan menanti shalat subuh berjamaah.

Dua hari berikutnya, tanggal 16 Juli jam 2 pagi, kami janjian ketemu lagi. Kali ini Ira minta dianterin beli perhiasan, dia mau beli cincin. Berhubung kalau disekitar hotel dan Masjidil Haram harga emas lebih mahal daripada diluaran, akhirnya kami inisiatif jemput dia untuk di bawa ke toko emas yang terkenal bagus kualitas dan modelnya, di toko emas Abdul Ghani di daerah Sara Sittin, masih wilayah Mekkah. Setelah itu kami cari makan sahur di Restoran Damanhuri, tapi sayang kami ga bisa masuk lagi untuk makan ditempat, harus beli bungkus. Ya sudah, karena sudah jam 3 pagi dan daripada ga jadi sahur akhirnya kami beli paket nasi campur, sate ayam, acar kuning, es teh dan air putih, terus kita bawa ke taman aja makannya. Sekalian biar anak-anak bisa perosotan. Selesai sahur, kami anterin Ira lagi ke hotelnya.