Laman

Monday, April 6, 2015

Umroh Bareng Ibu

04 April 2015

Jumat sore habis Asyar sesuai dengan rencana yang telah dibuat, aku dan ibu akan umroh, anak-anak sama bapaknya ga ikutan. Rencananya mereka hanya mengantar kami dan nanti akan ikut Thawaf saja, tanpa Sa'i. Jam 5 kami berangkat ke Masjid Aisyah, Tan'im, untuk ambil miqat. Kemudian lanjut menuju Masjidil Haram.

Pas iqamat shalat magrib kami sampai di Masjidil Haram. Kami kebagian tempat shalat di dekat eskalator halaman masjid. Setelah selesai shalat maghrib kami segera masuk ke dalam Masjidil haram, rencan kamu mau Thawaf berlima batal karena tingkat kepadatan masjid. Suami mengurungkan niatnya. Kasian anak-anak kalau berdesakan. Dia memilih menjaga anak-anak didalam masjid saja serta nanti akan mengajak anak-anak bermain di pelataran masjid biar ga bosan nungguin aku dan ibu ibadah umroh. 

Tadinya aku dan ibu mau Thawaf di lantai bawah, sebenarnya sempat eyel-eyelan dulu, aku pengennya ibu aku dorong pakai kursi roda yang telah kami bawa dari rumah, biar ibu ga kecapekan, dan karena aku tau ibu ada masalah dengan kakinya. Kata dokter kaki kiri ibu mengalami masalah pengapuran tulang.  Jadi kalau dibawa jalan lama terasa sakit dan ngilu, dan karena masalah itu pula ibu ga bisa jalan cepat. Tadinya ibu bersikukuh ga mau di dorong, mau jalan pelan-pelan saja. Aku turuti. Setelah sampai lantai Thawaf bawah yang ternyata padat banget, ibu mulai berpikir ulang. Aku ajak dia keluar dari padatnya lantai Thawaf di bawah. Aku telpon suamiku mau nanya dimana posisinya, aku mau ambil kursi roda.

Tapi sebelum sempat menelepon, aku melihat suamiku lagi jalan gendong anak ketiga. Sambil tangannya dorong kursi roda yang dinaikkan anak pertama dan kedua. Betapa rempongnya suamiku. Subhanallah, lelakiku itu memang sangat penyabar.

Kemudian aku minta kursi rodanya, ibu di rayu lagi agar Thawaf dan Sa'i  selama umroh aku dorong saja, biar bisa lebih cepat dan yang penting ibu ga kecapekan. Ya, biar bisa lebih cepat, karena aku akan meninggalkan bayi tiga bulanku yang masih ASI ekslusif dengan suamiku. Biar si kecil ga sampai rewel dengan Abinya. Aku ga masalah dorong Ibu, demi dia juga agar kakinya ga sakit nanti. Akhirnya ibu mau. Aku dan ibu kemudian melaksanakan Thawaf di lantai dua. Yang juga ga kalah padatnya dengan lantai 1. Setelah Thawaf tujuh putaran kami menuju tempat Sa'i. Banyak tangga yang harus kami lalui. Tapi aku ga kuatir, nanti ibu aku minta turun dulu dari kursi roda kalau melewati tangga-tangga, sementara aku pasti akan ada yang bantuin angkat kursi roda ini. Dan ternyata benar, selamat melewati anak tangga, ada saja beberapa orang yang membantuku. Subhanallah. Aku percaya bahwa dunia ini diisi oleh banyak  orang baik.

Selama Sa'i, tiap mau naik ke bukit Safa dan Marwah juga ada saja bantuan yang aku terima, orang tidak aku kenal, yang membantu mendorong kursi roda pas naik tanjakan. Sesama umat muslim yang sedang melaksanakan ibadah umroh, entah darimana asal negara mereka, dn juga ras mereka. Semuanya disatukan dalam persaudaraan Islam.

Jam 10 malam kami selesai melaksanakan ibadah umroh. Total kurang lebih 3 jam saja. Selesai berdoa dan shalat sunah, kami keluar masjid dan mencari keberadaan suami dan anak-anakku. Setelah kumpul kami istirahat di halaman masjid. Jam 11 malam baru "pulang". Pulang dalam tanda kutip! Sebenarnya pengen pulang. Makan dan istirahat di rumah, tapi ternyata anak-anak minta di antar ke taman kota untuk bermain sebentar. Akhirnya kami turuti kemauan anak dulu. Tadi mereka sudah dengan senang hati menunggui kami umroh. Sekarang giliran aku dan ibu yang harus dengan ikhlas menunggui mereka ingin ke taman.

Kami mampir ke restoran Arab sebentar. Suamiku membeli makanan di bungkus untuk kami makan di taman. Kami makan nasi ayam mandi, martabak sayuran dan minum air putih biasa.

Jam satu malam anak-anak di rayu untuk sudah dulu mainannya. Malam Sabtu adalah malam libur, walau sudah lewat tengah malam masih ramai keluarga yang duduk-duduk dan anak-anak bermain di taman. Anak-anakku tadinya belum mau pulang, dengan dikasih pengertian, akhirnya mereka mau juga. Walau dengan sakit ngambek. 

Jam setengah dua baru sampai rumah. Langsung pada bersih - bersih dan bersiap tidur.

Bangun pagi baru aku rasakan kaki agak pegal. Mungkin sedikit lelah. Tapi lelahku ini tak seberapa dibanding pengorbanan ibu yang telah berjasa dalam hidupku. Sang Malaikat ku yang nyata di dunia ini.

Thursday, April 2, 2015

Mau Beli Emas Berapa Kilo?

Beli emas kiloan? Ini emas perhiasan, bukan emas batangan.. Ini beneran lho ya.. Aku aja suka kagum (atau heran??) melihat deretan pajangan perhiasan emas di etalase toko emas disini. Emasnya gede-gede banget! Sampai mikir, gimana ntar orang yang beli memakainya ya? Apa kalau lehernya dikalungi emas segede itu ntar ga bikin jalannya dia bungkuk-bungkuk keberatan? Tindikan kuping jadi melebar karena digantungi anting-anting segede jambu?
Ah! Membayangkan yang ga penting aja! :D

Hey, tapi emang kok, disini itu kalau kamu mau beli emas dari ukuran sekecil semut sampai segede gajah, ada ukurannya (tulisan gajah tolong diabaikan karena terlalu lebay). Tinggal duitnya saja yg menyesuaikan.

Dan yang bikin aku heran lagi (wong ndeso jadi sering heran :p ) berderet-deret toko emas disini ga ada yang punya satpam maupun sekuriti. Cuma pelayan toko aja dan jumlahnya ga begitu banyak. Kadang satu orang pelayan melayani beberapa calon pembeli, calon pembeli yang satu dikasih barang yang dia inginkan, sementara barangnya dilihat-lihat dulu oleh calon pembeli tadi, si pelayan nyambi melayani beberapa pembeli lainnya. Calon pembeli melakukan hal yang sama, memegang beberapa barang emas, melihat-lihat dan mikir mana yang paling disukainya sambil tawar menawar harga. Penjual emas disini kayaknya ga takut emasnya di curi atau di rampok. Aku akui sih, negara negara ini keamanannya Masyaallah banget!

Nih aku sempat ambil foto salah satu sudut bagian kecil saja dari sebuah etalase toko perhiasan emas, pajangan lainnya masih banyak.. Ada puluhan bahkan ratusan dengan berbagai model perhiasan set, dari ukuran kecil sampai yang besar. Belum lagi yang dipajangan jual perbijian. Buanyaak sekali!


www.shazymoms.blogspot.com
Atas : set perhiasan ukuran besar. Bawah : set perhiasan ukuran kecil dan gelang-gelang.
Semuanya emas asli.
Oh ya, tambahan informasi, saat ini harga emas Saudi per gram rata - rata 160an Riyal, atau sekitar Rp 550.000. Itu untuk yang emas dengan kadar 21 karat. Harga bisa berbeda tergantung modelnya. 

Ada yang bilang emas yang berasal dari Saudi ga laku jika ingin dijual di Indonesia. Itu kurang benar. Mungkin memang ada beberapa daerah yang begitu, mungkin lho ya.. Karena memang selama ini isu itu cuma 'katanya si anu, katanya si ini'. Cuma 'katanya dan katanya'.

Beberapa tahun yang lalu (tahun 2010 kayaknya) aku pernah mencoba menjual perhiasan emas asal Saudi ke beberapa toko emas di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Ternyata para pedagang emas disana pada seneng lho.. Setelah di cek kadar emasnya, kata si pedagang kadar emas Saudi lebih bagus daripada yang mereka jual, walau dalam takaran karat yang sama. Bahkan perhiasanku dibeli oleh mereka lebih tinggi daripada mereka harga emas daganganya. Katanya itu nanti emasnya akan dilebur lagi, buat dicampur dengan emas lokal. Ini aku sudah membuktikan sediri bahwa emas Saudi  itu laku dijual di Indonesia.