Laman

Saturday, January 25, 2014

Mencapai Gua Hira Bersama Asma Nadia

http://shazymoms.blogspot.com
Saya dan Mbak Asma Nadia berpose di lereng Jabal Nur
Pada malam 20 Februari 2013, sekitar jam 11 malam, aku dan anak-anak duduk di pelataran thawaf depan Ka’bah, di dalam Masjidil Haram, menunggui suami yang sedang melaksanakan thawaf. Pada malam libur seperti ini, kami sekeluarga memang sering menghabiskan malam untuk beribadah di Baitullah.

Ketika kami sedang duduk santai, sambil suami istirahat selasai thawafnya, tidak jauh dari tempat kami duduk ada seorang perempuan berjilbab pink bersama beberapa perempuan lainnya. Perempuan berjilbab pink itu orang yang sangat familiar. Aku meyakinkan dengan menanyakan pada suamiku, dan dia juga mengenal perempuan itu. Kemudian kami mendekatinya, “Mbak Asma Nadia ya?” sapaku. “Iya Dek, benar.” Jawabnya. Suasana akrab langsung tercipta, Mbak Asma masih mengenali kami sekeluarga dengan baik. Memang, hampir setahun yang lalu, tepatnya 23 Maret 2012, kami sudah pernah bertemu dan berbincang dengan Mbak Asma Nadia di sebuah hotel bersama teman-teman Forum Lingkar Pena (FLP) Saudi.

Singkat cerita, Mbak Asma bilang kepada kami bahwa untuk umroh kali ini dia ingin mendapat pengalaman berbeda dengan umroh-umroh sebelumnya. Dia ingin mengunjungi tempat wisata bersejarah yang jarang dikunjungi. Kemudian aku mengusulkan untuk mendaki Jabal Nur menuju Gua Hira, atau ke Thaif, atau mendaki Jabal Tsur menuju Gua Tsur. Awalnya Mbak Asma tertarik untuk mengunjungi Thaif, tetapi karena visa umroh hanya berlaku di tiga kota yaitu Jeddah-Mekkah-Madinah, jadi kami tidak mau mengambil resiko jika nanti harus berurusan dengan Polisi Imigrasi. Akhirnya, kesepakatan hari Jumat, 22 Februari 2013, jam 7 pagi kita mau mendaki Jabal Nur menuju Gua Hira.

Sesuai waktu yang sudah disepakati, Jumat pagi itu, aku diantarkan oleh suamiku menjemput Mbak Asma di hotel,  Mbak Asma membawa Indria Cahya, teman umrohnya. Kemudian kami bertiga diantarkan sampai ke kaki Jabal Nur. Kami bertiga mendaki Jabal Nur (Jabal dalam Bahasa Indonesia berarti gunung) untuk menuju Gua Hira dengan penuh semangat. Gua Hira ini terletak di sebelah Timur Laut Masjidil Haram di puncak Jabal Nur, dengan ketinggian kira – kira 281 meter dari permukaan tanah. Masih terdapat didalam Kota Mekah. Tempat itu dikenal dengan sejarahnya karena disanalah Nabi Muhammad SAW pernah menyendiri dan beribadah sebelum diangkat menjadi Nabi,
 yang kala itu Malaikat Jibril datang kepada Nabi dengan membawa wahyu yang pertama, surah Al-Alaq 1-5. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Senin, tanggal 21 Ramadhan, di malam hari,bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 610 M. Tepatnya, saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut Kalender Hijriyah, atau sekitar usia 39 tahun, 3 bulan, 20 hari berdasar Kalender Masehi.

Selama pendakian Jabal Nur, kami banyak bertemu dengan pendaki lain dari berbagai Negara. Jika hari Jumat jumlah pendaki memang lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa. Karena kami mendaki dengan santai, sebentar-sebentar istirahat dan foto-foto, terlebih Mbak Asma yang memang sudah menyiapkan kamera DSLRnya untuk mengabadikan setiap moment, setelah 2 jam kami baru sampai puncak Jabal. Di puncak Jabal Nur ada tempat istirahat sekaligus warung yang menyediakan berbagai asesoris khas Mekkah, menjual minuman dingin dan hangat serta makanan ringan. Mbak Asma terkesima dengan adanya Indomie yang dijual juga disana. Indomie memang merakyat di Saudi ini. Bahkan ada pabrik Indomie di Jeddah. Kami bertiga istirahat sejenak sembari menikmati Indomie panas dan minum teh susu hangat, sambil menikmati udara puncak gunung yang sejuk dan melihat pemandangan Kota Mekkah dari atas gunung.
http://shazymoms.blogspot.com
Melihat antrian masuk Gua Hira dari atas Jabal Nur
Untuk mencapai Gua Hira, setelah kita berada di puncak gunung (yang terdapat warung tadi), kita harus turun lagi sedikit, melewati jalan setapak dan melewati pintu gua berupa terowongan sempit yang diapit oleh bebatuan dengan lebar sekitar 60 cm, tinggi sekitar 2 - 3 meter sepanjang 2,5 meter dan pintu keluar terowongan ini hanya sekitar 15 cm, jadi untuk keluarnya harus memiringkan badan untuk bisa keluar. Jadi kalau yang bertubuh gendut di jamin akan terjepit dipintu keluar terowongan sempit ini, hehehe… Tapi jangan kuatir, karena ada alternative jalan lainnya, yaitu melewati bebatuan diatas terowongan ini, walau jalannya jadi sedikit menyusahkan. Setelah melewati terowongan tadi kita baru sampai bagian depan (halaman) Gua Hira yang biasanya penuh orang yang sedang antri ingin memasuki Gua Hira. Gua Hira sebenarnya tidak terlalu besar, bahkan bisa dibilang sangat kecil. Pintu Gua menghadap ke utara, panjang Gua Hira sendiri hanya sekitar 2 m, lebarnya tidak menentu tetapi paling besar hanya sekitar 1,30 m, dengan ketinggian sekitar 2 m. Jadi, luas Gua Hira kira- kira cukup untuk shalat dua orang saja.
http://shazymoms.blogspot.com
Di depan pintu masuk 'terowongan' menuju Gua Hira
(Saya, Mbak Asma Nadia dan Indria Cahya)
Oh ya, ada kejadian lucu saat kami bertiga mau memasuki terowongan, yaitu adanya kera kecil (Arabian Baboon) yang nongkrong di dalamnya. Alhasil kami bertiga mencari cara gimana supaya si kera yang lagi nongrong tidak mengganggu perlintasan kita. Aku melempar roti, si kera ternyata ngga mau mengambilnya. Akhirnya, dia kami usir dengan menggunakan tongkat yang kami bawa. Jikalau mendaki Jabal Nur di pagi hari (kurang dari jam 8) memang akan banyak menjumpai kera dilereng Jabal Nur. Para kera ini dengan sengaja mendekati para pendaki agar diberin makanan. Mereka akan keluar melalui lereng-lereng bukit gunung, tetapi setelah matahari sedikit panas, mereka akan menuju persembunyiannya lagi.
Mbak Asma Nadia melewati celah sempit
pintu keluar terowongan :)

1 comment :