Laman

Monday, August 4, 2014

Lebaran Ke-4: Feeling Blue (1)

Kamis, 31 Juli 2014

Hari Rabu malam (malam Kamis) sepulang dari liburan 2 hari ke Jeddah, karena sangking capeknya sekitar jam 9 malam aku dan suami sudah ketiduran. Suamiku tidur di sofa, aku di kasur yang di gelar di bawahnya. Anak-anak masih aktif bermain.

Ketika jam 11 malam, aku terbangun. Aku kaget menemukan Shafwan tidur di samping kananku, berselimutkan sprei, bajunya basah. Ziyad tidur di sebelah kiriku bajunya juga basah. Aku kira anak-anak tidur dengan Abinya. Rupanya saat kami tidur anak-anak mainan air di kamar mandi. Menyaksikan pemandangan seperti itu aku langsung nangis tersedu-sedu dipangkuan suamiku. Nelangsa hati ini melihat anak-anak tidur sendiri dengan baju basah tanpa sempat ganti dulu. Aku minta maaf sama suamiku, aku merasa belum bisa menjadi istri dan ibu yang baik. Aku kasian dengan Shafwan dan Ziyad. Hatiku sedih sekali.
Suami menenangkanku.

Setelah tangisku mereda, aku coba bangunkan anak-anak untuk membujuknya ganti baju dulu baru tidur lagi. Tapi semua menolak, sangking ngantuk dan juga capek mungkin. "Adeek bajunya lepas yuk, di ganti dulu.." bujukku. "Gak mau! Bialin aja! Nanti juga keling sendili." kata Ziyad.

Aku tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Hatiku sedih dan gelisah ga menentu.

Jam 3 an pagi anak-anak terbangun. Langsung kami tawari makan. Anak-anak minta jalan-jalan. Kami beri tau mereka bahwa hari masih petang. Karena pada ga tidur lagi dan hatiku yang gelisah tak menentu, akhirnya jam 4 pagi aku ajak suami ke Masjidil Haram. Anak-anak membawa mobilan remotnya agar nanti bisa dimainkan di pelataran Masjid.

Kami menunggu shalat subuh dalam Masjidil Haram. Hatiku terasa tenang disini. Selesai shalat subuh dan berdoa, jam 6an pagi kami menuju pelataran. Shafwan dan Ziyad mainan mobilan dan berlarian kejar-kejaran serta berlarian mengejar burung merpati disana. Jam 7 pagi kami pulang. Perjalanan pulang Ziyad sudah tertidur dalam mobil.

Saat anak-anak sudah tidur pagi ini aku ga bisa tidur lagi. Hatiku kembali sedih. Sangat sedih. Aku menangis lagi di pangkuan suamiku. Dia bertanya kenapa aku menangis lagi? Sambil menatap anak-anak yang tidur pulas, aku bercerita bahwa aku sedih sekali membayangkan suatu hari nanti kita akan kembali ke Indonesia meninggalkan Kota Mekkah. Kota ini penuh kenangan. Rumah apa adanya yang kami tempati, rumah masa kecil anak-anak, yang lebih sering berantakan daripada rapi, tempat anak-anak sejak lahir dan dibesarkan, mereka bermain-main disini, tempat yang biasa kita kunjungi, anak-anak yang suka berlarian di depan Masjidil Haram, bermain di gudang dan kita memelihara ayam disini. Semuanya.. Semuanya.. Berat rasanya untuk meninggalkan tempat ini.. Walau entah masih kapan kita akan meninggalkannya, tapi tempat ini sangat istimewa.. Membayangkan saja sudah membuatku mengharu biru.. Sangat sedih..

Aku tau suamiku ikut sedih. Aku dipeluknya agar bisa tenang.

Pagi itu kemudian kami semua tidur sampai siang menjelang sore.

Malamnya (Kamis malam/malam Jumat) agar tidak gelisah dan sedih lagi kami jalan-jalan mencari hiburan. Ke Suk Hijjas makan jagung rebus, kemudian Ke Parkiran Haji Syumaisyi aku kira disana ada acara hiburan tapi ternyata ga ada soalnya kemaren pas lewat kami lihat ada panggungnya. Kemudian kami main ke Mahrojan (pasar malam) di Rusaifa. Anak-anak bermain loncatan kemudian duduk-duduk makan kentang krisp serta jelly yang tadi kami beli di Toko Sumatra, Kakia. Jam 1 malam kami pulang.

No comments :

Post a Comment